Penambangan Pasir Ilegal di Muara Sungai Opak Rusak Pertanian dan Hutan Mangrove
Merdeka.com - Warga di Kalurahan Srigading dan Tirtohargo, Kabupaten Bantul menggelar aksi demonstrasi menolak penambangan pasir ilegal di Muara Sungai Opak, Minggu (18/4). Puluhan warga dari dua kalurahan ini menggelar aksi sembari membakar sampah dan memasang belasan spanduk di lokasi pertambangan pasir ilegal.
Aksi demonstrasi ini merupakan respons atas rusaknya lingkungan dan lahan pertanian di muara Sungai Opak karena penambangan pasir ilegal.
Koordinator aksi, Setyo mengatakan penambangan pasir ilegal ini selama 5 tahun ini nekat melakukan aktivitas pertambangan di gumuk pasir. Padahal gumuk pasir ini merupakan pembatas antara Laut Selatan dengan Laguna Pantai Samas yang berada di muara Sungai Opak.
"Dampaknya lahan pertanian hilang karena terkena abrasi yang disebabkan hilangnya gumuk pasir karena penambangan pasir ilegal. Padahal gumuk pasir itu menahan laju air ke daratan menjadi rusak," kata Setyo.
Abrasi, kata Setyo dikhawatirkan merusak vegetasi tanaman. Selain itu sangat dimungkinan terjadinya intrusi air laut yang mempengaruhi kualitas air di permukiman warga.
Setyo menerangkan dampak lain dari penambangan pasir ilegal adalah banyak hutan mangrove yang mati akibat terseret arus muara Sungai Opak. Tak hanya itu, penambangan tersebut juga menyebabkan tempat bertelur penyu juga terancam punah.
Melihat banyaknya dampak kerusakan lingkungan akibat penambangan pasir ilegal ini, sambung Setyo, warga pun sepakat melakukan penolakan. "Warga sepakat menolak penambangan pasir di muara Sungai Opak," tegas Setyo.
Sementara itu, Lurah Srigading, Prabowo Suganda menilai jika aktivitas tambang pasir saat ini tak terkontrol. Akibatnya banyak orang yang terdampak dan lingkungan pun terancam mengalami kerusakan.
“Ada hutan mangrove di wilayah ini, selain itu warga juga banyak yang bertani. Berbicara soal penghidupan memang mungkin para penambang harus melakukan itu untuk bertahan hidup. Tapi bukan berarti tak melihat sekitarnya yang juga berjuang hidup dengan cara bertani,” tutur Prabowo.
Sementara Lurah Tirtohargo Sugiyamto menyebut aktivitas pertambangan ilegal di muara Sungai Opak, merusak lingkungan. Selain itu ratusan hektar sawah di sekitaran Sungai Opak terancam.
"Kalau dibiarkan kita mau wariskan apa kepada anak cucu kita. Para konsumen yang membeli pasir pantai untuk membangun rumah pasti dalam waktu tidak lama bangunan akan hancur karena pasir pantai mengandung garam," tutup Sugiyamto.
(mdk/gil)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Masyarakat sekitar kawasan ekosistem mangrove yang menjadi lokasi kerja sama mesti dilibatkan dan menjadi bagian dalam kegiatan kerja sama ini.
Baca SelengkapnyaKeluhan Pemudik di Merak: Kami Sudah Sabar Semalaman, Tapi Belum Juga Masuk Kapal
Baca SelengkapnyaSelain dikelilingi lembah perbukitan dan muara sungai, pantai tersebut turut menjadi habitat bagi banyak kerbau.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Mereka terdampar di pulau yang sangat terpencil di Samudra Pasifik.
Baca SelengkapnyaSalah satu masyarakat asli Sumatra Timur yang kesehariannya hidup di perairan ini berperan dalam melestarikan kehidupan bahari.
Baca SelengkapnyaHasil pembakaran sampah itu bisa dimanfaatkan sebagai pupuk, sementara asapnya bisa disuling menjadi pupuk cair.
Baca SelengkapnyaRombongan polisi dan istri mengunjungi permukiman suku Talang Mamak untuk menyosialisasikan pemilu damai.
Baca SelengkapnyaKementerian Kelautan dan Perikanan membuka kemungkinan pemanfaatan hasil sedimentasi di laut untuk diekspor.
Baca SelengkapnyaMasyarakat dan pendaki diharapkan dapat menaati kebijakan tersebut.
Baca Selengkapnya