Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

LGBT, apakah penyakit atau bukan?

LGBT, apakah penyakit atau bukan? Ilustrasi LGBT. ©2015 Merdeka.com

Merdeka.com - Lesbian, gay, biseksual dan transgender/transeksual (LGBT) sering kali disebut sebagai penyakit atau kelainan jiwa. Terlebih jika dilihat dari sudut pandang agama atau budaya yang kebanyakan menolak kehadiran LGBT.

Psikiater Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung dr. Teddy Hidayat, SpKJ (K) mengatakan, melihat isu LGBT mesti dengan pikiran jernih. Begitu juga saat menjawab pertanyaan apakah LGBT penyakit atau bukan?

"Sebelum bicara sakit atau bukan, kita jawab apakah LGBT ini normal atau tidak normal. Tapi sebelum lebih lanjut pendapat ini tidak boleh dibenturkan dengan norma atau kepercayaan, kita harus mencoba menjernihkan pikiran kita melihat, baru mendudukannya," terang Teddy di Bandung, Sabtu (20/2).

Mantan Kepala Psikiatri RSHS yang lama berkecimpung di bidang kecanduan narkoba dan HIV/Aids itu menjelaskan, ukuran normal dan tidak di antaranya bisa dilihat dari statistik. Jika angkanya hanya 30 persen, maka kelompok LGBT termasuk minoritas. Jadi secara statistik di luar angka normal.

Di sisi lain, kata dia, tidak ada kultur, agama atau kepercayaan yang menerima LGBT. Begitu juga di Indonesia. "Secara budaya memang ini sesuatu yang tidak normal," katanya.

Bagaimana secara psikopatologi atau gangguan kejiwaan?

Teddy menjelaskan gangguan jiwa adalah suatu kondisi stres atau menderita baik bagi pasien atau orang yang bersangkutan atau lingkungan keluarganya. Contoh yang hangat saat ini adalah Saipul Jamil.

Kini, tentu Saipul Jamil menderita karena kasus yang menimpanya. Namun sebelumnya, pedangdut ini tampak tidak menderita. Dia bisa menjalankan fungsi pekerjaan dan sosialnya.

Sebelum kejadian, kata dia, keluarga atau lingkungan Saipul Jamil tidak menderita. Pedangdut itu bisa bekerja, menghasilkan banyak uang, punya rumah dan mobil dan seterusnya.

Dengan kata lain, orientasi seksual Saipul Jamil tidak mengganggu pekerjaan dan lingkungannya. Begitu juga orientasi seksual LGBT umumnya tidak akan mengganggu pekerjaannya. "Ada yang jadi menteri, bidang film, pejabat. Jadi kalau kalau secara psikopatologi tidak bisa menyebut LGBT sebagai gangguan," terangnya.

LGBT merupakan kependekan dari lesbian, gay, biseksual dan transgender/transeksual. Teddy kemudian menelaah gay atau homoseksual yang merupakan bagian dari LGBT. Dalam literatur gangguan jiwa, kata dia, ada homoseksual yang digolongkan sebagai penyakit, yaitu homoseksual ego distonik (ego-dystonic homosexuality).

Homoseksual ego distonik yaitu seseorang homoseksual yang menderita dengan homoseksualnya. Dia tidak mau dan tidak menerima dirinya homoseks. "Orang yang tidak menerima dirinya homoseksual inilah yang kita bilang penyakit," katanya.

Namun, homoseksual ego destonik ini sulit ditemukan. Dia sendiri selama praktik tidak pernah menemukan satu pun kasus homoseksual ego distonik atau homoseksual sebagai penyakit.

Bahkan di Amerika Serikat, homoseksual ego distonik sudah lama dihapuskan. Menurutnya yang ada adalah homo seksual ego sintonik, yakni orang yang menerima homoseksualnya, dia enjoy dengan homoseksualnya itu. Homoseksual ini kemudian disebut varisi.

Teddy menganalogikan homoseksual variasi dengan fungsi tangan. Kebanyakan orang menulis dengan tangan kanan, tetapi ada juga yang biasa menulis dengan tangan kiri. Orang yang biasa menulis dengan tangan kiri tidak bisa dikatakan sakit.

"Jadi homoseksual itu bukan penyakit, kecuali yang ego destonik. Tapi hampir semua homoseksual ego sintonik, dia bisa bahagia dengan prilaku itu," katanya.

Konflik yang dialami homoseksual justru banyak muncul dari luar dirinya, yakni dari keluarga atau lingkungannya. Misalnya orang tua atau lingkungan mereka menekan, baru mereka mulai menderita.

Banyak teori yang menyebutkan sebab-sebab homoseksual atau LGBT. Teddy mengungkapkan, meski sampai hari ini belum ada teori yang pasti. Ia sendiri cenderung meyakini penyebab LGBT karena faktor biologis.

Faktor biologis terdiri dari faktor genentik, kemudian faktor hormonal terutama pada saat anak dalam kandungan. Teori lain adalah yang diungkapkan Sigmund Freud tentang perkembangan psikososial. Ada juga yang mengungkapkan teori pengalaman seksual masa kecil.

"Jadi ada beberapa penyebab homoseksual, kalau dia itu genetik ada kelainan di otak, di hormon, apakah salah dia? Apakah salah orang tuanya? Apakah dia patut dihukum, disingkirkan? Orang tuanya tidak ingin anaknya seperti itu, si anak tidak ingin seperti itu. Jadi kita harus berpikir jernih di sana," paparnya.

(mdk/ang)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Terungkap, Bripda AN Terlibat Kasus LGBT Pernah Jadi Korban Kekerasan Seksual
Terungkap, Bripda AN Terlibat Kasus LGBT Pernah Jadi Korban Kekerasan Seksual

Propam Polda Sultra masih memeriksa personel Polresta Kendari berinisial Bripda AN di Kendari.

Baca Selengkapnya
Bripda AN, Polisi di Kendari Ditangkap Terkait Kasus LGBT
Bripda AN, Polisi di Kendari Ditangkap Terkait Kasus LGBT

Bripda AN, saat ini masih diperiksa Propam Polda Sultra.

Baca Selengkapnya
Beredar Surat Larangan LGBT, Begini Penjelasan Fakultas Teknik UGM
Beredar Surat Larangan LGBT, Begini Penjelasan Fakultas Teknik UGM

Ada dua poin yang disampaikan dalam surat edaran larangan LGBT di FT UGM ini.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Diskriminasi adalah Perlakuan Berbeda yang Merugikan Golongan Tertentu, Ini Penyebab dan Dampaknya
Diskriminasi adalah Perlakuan Berbeda yang Merugikan Golongan Tertentu, Ini Penyebab dan Dampaknya

Diskriminasi sosial adalah suatu sikap membedakan secara sengaja terhadap orang atau golongan yang berhubungan latar belakang tertentu.

Baca Selengkapnya
Apa Penyebab Orang Terjangkit HIV?
Apa Penyebab Orang Terjangkit HIV?

Banyak orang belum memahami penyebab HIV. Yuk, simak hal-hal yang bisa jadi penyebab seseorang terjangkit HIV!

Baca Selengkapnya
Manfaat Gaya Hidup Berkelanjutan, Ketahui Cara Penerapannya
Manfaat Gaya Hidup Berkelanjutan, Ketahui Cara Penerapannya

Gaya hidup berkelanjutan tak hanya berguna untuk lingkungan.

Baca Selengkapnya
"Jaga Gaya Hidupmu, Jaga Kesehatan Matamu!"

Gaya hidup yang kita miliki sehari-hari bisa sangat berpengaruh terhadap kesehatan kita. Hal ini termasuk dalam kesehatan mata.

Baca Selengkapnya
138 Ekor Sapi di Lumajang Terjangkit Penyakit Lato-Lato, Ciri-cirinya Ada Benjolan dan Lemas
138 Ekor Sapi di Lumajang Terjangkit Penyakit Lato-Lato, Ciri-cirinya Ada Benjolan dan Lemas

Kepada peternak, apabila ada ternak yang muncul gejala LSD, diimbau untuk segera dilakukan vaksinasi.

Baca Selengkapnya
Mengapa sih Lalat Selalu Muntah atau BAB Setiap Kali Hinggap?
Mengapa sih Lalat Selalu Muntah atau BAB Setiap Kali Hinggap?

Mengungkap mitos dan fakta seputar lalat, serangga umum yang sering mengganggu rumah tangga.

Baca Selengkapnya