Kisah sukses mahasiswa jadi jagal dan tekuni bisnis kambing
Merdeka.com - Asep Sunandar, mahasiswa tingkat akhir di Universitas Negeri Jakarta mulai menjalani usaha turunan dari Kakeknya. Bersama dengan Atu Sumirat, ayahnya, Asep menjalani bisnis ternak dan jagal sapi serta kambing di halaman rumahnya. Kini, Asep sudah dipercaya oleh sang ayah untuk memegang beberapa pelanggannya.
Sejak SMP, anak sulung dari tiga bersaudara ini sudah mulai diajarkan untuk menjagal kambing maupun sapi. Bahkan, saat SMA dia pernah masuk koran Bekasi karena kelihaiannya menyembelih dan menguliti hewan kurban. Hingga kini, ia sudah mendapat kepercayaan dari ayahnya untuk mengerjakan dan mengelola pesanan dari beberapa pelanggannya. Asep pun berniat untuk terus menekuni bisnis tersebut. Semua bisa didapatkannya berkat kepercayaan diri dan tidak adanya rasa malu ketika ia harus menjagal kambing dan sapi.
"Kalo menurut saya, usaha ini cukup menjanjikan, ya, karena udah terbukti yang dilihat dari hasilnya. Bapak sudah bisa beli tanah sekitar 5.000 meter, punya kontrakan 40 pintu, dan udah bisa beberapa kali naik haji bareng Umi," cerita Asep pada merdeka.com, selasa (17/2).
Usaha yang sudah dimulai sejak tahun 90an ini memang menguntungkan. Dalam satu hari omzet bersih yang diperoleh bisa mencapai Rp 10 jutaan. Menjelang Idul Fitri dan Idul Adha pun omzetnya meningkat jauh, yakni sekitar Rp 150 jutaan.
"Kalo kambing keluar masuk, kalo ngelayanin tukang sate itu, kan, nggak bisa dikondisikan, jadi kadang ada 200 ekor untuk beberapa hari. Kalo sapi di rumah sekitar sepuluhan, untuk dipelihara aja. Untuk harian kan kita jual kambing, sapi tergantung pesanan dan rame kalau Idul Adha. Jadi ikutin pesanan aja," kata Asep.
Bagi Asep, kendala dalam menjalani bisnis ini adalah waktu. "Soalnya yang lain pada tidur, kita harus bangun. Jam 1 malam udah mulai motong kambing, ngulitin, bersihin jeroan, dan segala macam. Sebelum subuh harus udah beres semuanya dan langsung jalan ke pasar. Kan di pasar harus sudah buka dari habis subuh, jam 5an dan tutup nanti jam 9an," ungkap Asep.
Bersama dengan 3 orang karyawannya Asep dan ayahnya pun membagi tugas siapa yang jaga di pasar dan mengurusi hal lainnya.
Kambing yang tidak sesuai dengan permintaan juga terkadang menjadi halangan sendiri dalam usahanya. Seperti kambing yang lebih banyak gajihnya daripada daging. Meski tak sering mendapati kambing seperti itu, tidak menutup kemungkinan Asep mendapat sedikit kerugian.
"Selebihnya enjoy aja, sih. Semua udah jadi satu sama jiwa saya, jadi enggak ada beban. Ke depannya saya ada rencana membuka restoran sate, sekarang belum dapet tempat yang enak dan strategis," tutup Asep.
(mdk/bal)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Di tengah teman-temannya yang berlomba membeli jajanan, siswa ini harus duduk sendirian menikmati bekal nasi yang dibawanya.
Baca SelengkapnyaAsosiasi Pengusaha Importir Daging Indonesia (Aspidi) menyebut stok daging sapi terancam langka saat bulan Ramadan.
Baca SelengkapnyaKarena kelezatannya yang tiada duanya, kuliner ini jadi incaran para pencinta kuliner.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Tahu merupakan opsi makanan yang bersahabat bagi individu yang mengalami masalah asam lambung apabila diproses dengan cermat.
Baca SelengkapnyaPenjual bakso tersebut berhasil membuka tiga cabang di berbagai wilayah Cirebon, Jawa Barat.
Baca SelengkapnyaSejak lulus sekolah, ia memang tidak mau bekerja menjadi seorang karyawan. Ia kini berhasil menekuni profesi berdagang dengan hasil jutaan rupiah dalam sehari.
Baca SelengkapnyaBaim Wong kembali membuka bisnis kuliner. Kali ini, ia membuka sebuah tempah makan dengan menyuguhkan sate sebagai menu utamanya.
Baca SelengkapnyaCerita pria dulunya pengemis dan suka mabuk kini berhasil mengubah hidupnya menjadi pribadi lebih baik.
Baca SelengkapnyaSaat menerima nasi bungkus, kakek ini sengaja tak menghabiskan sayur dan lauknya lantaran untuk sang istri di rumah.
Baca Selengkapnya