Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Islam konservatif plus militer vs kelompok pluralisme di pemilu 2019

Islam konservatif plus militer vs kelompok pluralisme di pemilu 2019 Sosiolog UI Dr Thamrin Amal Tomagola. ©2017 Merdeka.com/Ahda Bayhaqi

Merdeka.com - Sosiolog Universitas Indonesia Thamrin Amal Tomagola melihat pengaruh besar kelompok Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) dalam kontestasi politik di 2019 mendatang. Kendati telah dibubarkan oleh pemerintah dengan UU Ormas, gerakan mereka di akar rumput masih hidup.

HTI, menurut Thamrin, bersemayam di balik gerakan 212. Mereka merupakan kelompok muslim perkotaan konservatif yang juga terdidik. Berusaha merangkul masyarakat akat rumput. Salah satu tujuannya adalah memenangkan kandidat mereka.

"Mereka akan memobilisir warga yang mereka pikir blok 212 untuk mendukung kandidat tertentu. Operasi akar rumputnya sudah besar enggak kepegang rektor, menteri, presiden. Benar-benar ngambang di bawah. Mereka memiliki organisasi rapi, terstruktur, sistematis, masif," ujar Thamrin dalam diskusi di gedung KPU, Jakarta Pusat, Selasa (7/11).

Thamrin menilai yang sesungguhnya bisa melawan gerakan seperti HTI adalah kelompok dari militer. Sayangnya, kata Thamrin ada kesamaan musuh bersama antara kelompok Islam konservatif tersebut dengan militer yakni komunisme.

Thamrin pun menuturkan gabungan dua kelompok tersebut bisa menghasilkan kandidat di 2019. Dia menyebut, bisa muncul pasangan seperti Prabowo Subianto dan Anies Baswedan. Ataupun Panglima Gatot Nurmantyo dengan Anies Baswedan.

"Sejauh ini dari ucapan Gatot, militer dasarnya anti komunis PKI. Siapa yang anti komunis, muslim perkotaan siapa yang usung sejalan dengan militer. Kemungkinan untuk bergabung besar sekali untuk memuluskan jalan ke 2019 lewat manuver pasangan tertentu di lokasi tertentu, operasi mulai sekarang," jelas Thamrin.

Polarisasi ini bisa terjadi lantaran pilkada DKI Jakarta lalu. Gerakan 212, kata Thamrin, lahir karena kemarahan masyarakat miskin kalangan menengah ke bawah yang tidak terangkul pemerintah. Dari sini HTI masuk.

NU dan Muhammadiyah, kata Thamrin kecolongan oleh gerakan ini. Dua kelompok agama besar di tanah air itu, terlalu mendekatkan ke politik kenegaraan. Kurang mengawasi yang berada di akar rumput.

"NU sibuk di menengah, Muhammadiyah sibuk di pendidikan. NU sibuk mendekati negara, meninggalkan umat di akar rumput. Umat diambil FPI, HTI. Muncul gerakan 212 kegagalan NU dan Muhammadiyah mengurus umat akar rumput, lahan diambil," kata dia.

Hal yang terjadi pun luput dalam politik Presiden Joko Widodo. Sosok yang lahir dengan embel-embel rakyat kecil, gagal merangkul golongannya. Alih-alih Jokowi malah mendekat ke elite politik nasional dekat masa jabatannya habis. Seperti sikap Jokowi yang tidak memihak dalam polemik pansus hak angket KPK.

"Jokowi berhasil ambil elite politik tapi ditinggalkan rakyat," ucap Thamrin.

Akhirnya, ujar dia, polarisasi politik 2019 makin terlihat dengan dua kubu. Pertama kubu muslim konservatif dari gerakan 212, dan militer. Melawan, kelompok yang berbicara kebhinekaan, pluralisme dan Pancasila.

(mdk/bal)
ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Demokrat Hampir 10 Tahun jadi Oposisi, Kritik AHY: Pembangunan di Indonesia Belum Merata

Demokrat Hampir 10 Tahun jadi Oposisi, Kritik AHY: Pembangunan di Indonesia Belum Merata

AHY menegaskan ingin fokus memenangkan Partai Demokrat dan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka di Pemilu 2024.

Baca Selengkapnya
Menag Minta Khatib Salat Jumat Sampaikan Pesan Pemilu Damai dan Hargai Perbedaan Pilihan Politik

Menag Minta Khatib Salat Jumat Sampaikan Pesan Pemilu Damai dan Hargai Perbedaan Pilihan Politik

Yaqut mengatakan, pemilu sebagai pesta demokrasi yang diselenggarakan lima tahun sekali sehingga dijalankan dengan penuh riang gembira.

Baca Selengkapnya
Kapolri Ingatkan Masyarakat Berbeda Pilihan Politik Biasa, Asal Tak Fanatik untuk Hindari Konflik

Kapolri Ingatkan Masyarakat Berbeda Pilihan Politik Biasa, Asal Tak Fanatik untuk Hindari Konflik

Rasa fanatik itu harus dicegah dengan edukasi, agar mencegah terjadinya konflik.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Beda Nasib dengan Komeng, Berikut Perolehan Sementara Suara Opie Kumis hingga Dede Sunandar di Pemilu

Beda Nasib dengan Komeng, Berikut Perolehan Sementara Suara Opie Kumis hingga Dede Sunandar di Pemilu

Para pelawak itu bersaing memperebutkan suara dari daerah pemilihan masing-masing dengan kolega satu partai maupun partai politik lain.

Baca Selengkapnya
Guru Besar-Dosen ITB Minta Pemerintah Netral dan Beri Perlakuan Sama Bagi Setiap Kontestan Pilpres

Guru Besar-Dosen ITB Minta Pemerintah Netral dan Beri Perlakuan Sama Bagi Setiap Kontestan Pilpres

Guru Besar-Dosen ITB Mendukung pilpres yang jujur, adil, dan damai, serta menjunjung hak asasi setiap pemilih.

Baca Selengkapnya
Jika Menang Pilpres, Mahfud Sebut Bakal Mengambil Kombinasi Kepemimpinan Soekarno-Hatta

Jika Menang Pilpres, Mahfud Sebut Bakal Mengambil Kombinasi Kepemimpinan Soekarno-Hatta

Sumatera Barat bagi Mahfud bukan hanya sekadar penyumbang orang atau tokoh, tetapi juga sebagai daerah tempat meramu ideologi yang lahir di negara ini.

Baca Selengkapnya
Curhat Eks Napiter Kembali ke Pangkuan NKRI Sumpah Setia pada Pancasila

Curhat Eks Napiter Kembali ke Pangkuan NKRI Sumpah Setia pada Pancasila

Munir berharap agar masyarakat tetap damai dan rukun meskipun memiliki perbedaan pilihan politik.

Baca Selengkapnya
Debat ke-3 Pilpres 2024, Akademisi Menilai Capres Tak Perlu Bermain Gimik Politik

Debat ke-3 Pilpres 2024, Akademisi Menilai Capres Tak Perlu Bermain Gimik Politik

Para akademisi dan pengamat politik berharap para capres tetap berdiri pada substansi masing-masing, pada debat ketiga Pilpres 2024, Minggu (7/1/2024).

Baca Selengkapnya
Sivitas Akademika Unipdu Jombang Serukan Pemilu Damai dan Tolak Politik Praktis

Sivitas Akademika Unipdu Jombang Serukan Pemilu Damai dan Tolak Politik Praktis

Mahasiswa juga menyuarakan agar ASN, TNI dan Polri tetap netral dan bekerja sesuai dengan porsinya.

Baca Selengkapnya