IDI: Dokter Indonesia Butuhkan 'Branding' dari Pemerintah
Merdeka.com - Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB-IDI) dr Daeng M Faqih mengemukakan bahwa para dokter dan sistem pelayanan kesehatan di Indonesia tidak kalah dengan negara lain. Hanya saja butuh tercitrakan (branding) dari pemerintah dengan baik di tengah masyarakat.
"Branding yang belum, secara teknologi (Indonesia) tidak jauh berbeda dengan luar negeri," katanya di sela-sela pembukaan Muktamar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) ke-31 dan Ikatan Istri Dokter Indonesia (IIDI) ke-22 di Banda Aceh, Provinsi Aceh. Demikian dikutip dari Antara, Rabu (23/3).
IDI tidak menampik terkait masih kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan di Indonesia. Sehingga banyak warga memilih untuk berobat ke luar negeri ketimbang di Tanah Air.
Hal itu tidak terlepas dari banyaknya masyarakat yang belum mengetahui. Bahwa kemampuan dokter, fasilitas, hingga teknologi kedokteran di Indonesia sebenarnya tidak kalah dengan luar negeri.
Salah satu konsep yang sedang digarap pemerintah dan IDI untuk mengubah informasi tersebut melalui pengembangan wisata kesehatan (health tourism).
Tentunya dalam gagasan tersebut, kata dia, sangat diperlukan upaya branding dari pemerintah terhadap fasilitas, kualitas pelayanan, hingga teknologi kedokteran di Indonesia agar tingkat kepercayaan masyarakat tinggi.
"Baik itu dokter, teknologinya, sarananya, itu di-'branding'. Karena kita ini, dokter ini dan kawan-kawan pelayanan ini, tidak boleh mengiklankan diri, itu dalam etik tidak dibolehkan," katanya.
Kehadiran pemerintah sangat dibutuhkan melalui program wisata kesehatan. Harapannya, mencitrakan sekaligus membantu menginformasikan kepada masyarakat bahwa sistem pelayanan kedokteran di Indonesia juga bagus.
"Supaya masyarakat mengetahui bahwa tidak kalah kita dengan pelayanan luar negeri, kompetensi juga tidak kalah," tegas Daeng M Faqih.
(mdk/lia)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
IDI mengungkapkan tidak seimbangnya rasio dokter umum dan spesialis di Indonesia sangat berdampak terhadap kualitas kesehatan di setiap daerah.
Baca SelengkapnyaIkatan Dokter Indonesia (IDI) menyebutkan bahwa Indonesia membutuhkan 78.400 dokter spesialis.
Baca SelengkapnyaDokter yang menggunakan media sosial juga diwanti-wanti untuk menjaga kerahasiaan informasi kesehatan pasien.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengungkapkan, alat kesehatan di Indonesia masih didominasi impor.
Baca SelengkapnyaCukup banyak alat bukti yang telah dikantongi penyidik, baik didapat dari TKP maupun serahan dari pelapor.
Baca SelengkapnyaIa membenarkan jika dokter Lo Siauw Ging MARS saat ini sedang mendapat perawatan di Rumah Sakit Kasih Ibu (RSKI) Solo.
Baca SelengkapnyaBudi menjelaskan, puncak dari transformasi tersebut adalah seluruh masyarakat Indonesia memiliki akses kesehatan yang berkualitas dan murah.
Baca SelengkapnyaPrabowo juga segera mempercepat mengatasi kekurangan dokter di Indonesia.
Baca SelengkapnyaBatara menilai Prabowo-Gibran merupakan sosok yang tepat untuk memimpin bangsa Indonesia dan melanjutkan program-program Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Baca Selengkapnya