ICW bersikukuh minta TPF kasus Novel Baswedan dibentuk
Merdeka.com - Koordinator Indonesian Corruption Watch (ICW) Adnan Topan Husodo menduga ada kelompok non struktural di tubuh Polri yang menghambat pengungkapan kasus penyerangan terhadap penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan. Hal ini menjadi alasan kuat pihaknya bersikukuh untuk meminta dibentuknya Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF).
"Saya mau bilang ada organisasi informal mungkin di dalam kepolisian yang mengganggu kerja formal kepolisian untuk mengungkap pelaku kekerasan terhadap Novel," ujar Adnan saat menghadiri diskusi dengan tema 'Cerita Novel, KPK, dan Pansus hak angket' di Jakarta Pusat, Sabtu (5/8).
Belajar dari kasus-kasus sebelumnya terkait upaya pemberantasan korupsi. Adnan menilai pengungkapan kasus tidak maksimal lantaran tidak melibatkan masyarakat sipil. Belum lagi, imbuhnya, dugaan adanya pihak 'pengganggu' di tubuh lembaga penegak hukum akan menjadi kontribusi sebuah kasus tidak terungkap.
"Kasus-kasus semacam ini memang sulit terungkap kalau menggunakan dengan cara-cara biasa kalau TGPF itu kan untuk menerobos segala macam halangan yang non struktural atau kekuatan informal yang ikut mengganggu kerja perkara ini. Kalau tidak dibentuk segera kita khawatir upaya untuk menghilangkan mengaburkan, menyembunyikan bukti yang seharusnya dimiliki penegak hukum itu lebih mudah dilakukan," tandasnya.
Keinginan Adnan agar terbentuknya TGPF berseberangan dengan pernyataan Kapolri Jenderal Tito Karnavian. Usai bertemu dengan Presiden Joko Widodo, Tito menegaskan tidak akan membentuk TGPF.
"TGPF itu tidak pro-justicia, artinya hasilnya tidak bisa langsung dijadikan barang bukti penyidikan dan dibawa ke pengadilan. Tim ini tim investigasi, lebih dalam lagi, masuk ke data mentah bukan superficial," ujar Tito di kantor presiden, Senin (31/7).
Mantan Kapolda Metro Jaya itu bahkan mengungkapkan gagasan lain selain pembentukan TGPF, yakni tim gabungan antara Polri dengan KPK.
"Saya pikir kita cukup percayakan kepada institusi KPK juga. Karena teman-teman KPK cukup kredibel. Selama ini tim Polri bekerja. Ok, kalau dianggap kurang kredibel. Tapi saya kira tim KPK dipercaya publik, jadi mengapa tidak digabungkan saja tim Polri dan KPK", tegasnya.
(mdk/noe)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Mereka menduga ada pihak yang memainkan isu ini untuk menyudutkan paslon nomor urut 02.
Baca SelengkapnyaCalon Presiden nomor urut 1, Anies Baswedan menanggapi isu salam empat jari hingga gerakan tak memilih pasangan Capres nomer 2, Prabowo-Gibran.
Baca SelengkapnyaBerikut potret 74 personil polisi Satgas pengamanan Capres Anies Baswedan yang telah selesai bertugas.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Anies Baswedan menyebut banyak prajurit TNI belum punya rumah, tapi Menteri Pertahanan, Prabowo Subianto menguasai lahan 34.000 ha.
Baca SelengkapnyaPasangan Capres-Cawapres nomor urut 1, Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (AMIN) menyambangi kediaman Jusuf Kalla seusai acara debat Cawapres.
Baca SelengkapnyaDugaan ancaman penembakan ini berasal dari salah satu akun sosial media.
Baca SelengkapnyaCapres nomor urut 1 Anies Baswedan mengkaji bahan-bahan terkait tema debat sembari melangsungkan kampanye akbar ke berbagai wilayah.
Baca SelengkapnyaCak Imin menegaskan dalam kepemimpinannya nanti bersama Anies Baswedan, harus dilandasi pada objektifitas, kalkulatif dan memahami skala prioritas.
Baca SelengkapnyaIsi pesannya aykni agar tak melakukan pelanggaran hingga hidup bermewah-mewahan.
Baca Selengkapnya