Harry Poeze: Saya peneliti Tan Malaka, bukan komunis
Merdeka.com - Penulis buku biografi Tan Malaka , Harry Poeze, mengaku heran dengan banyaknya ancaman yang ditujukan pada acara bedah buku Tan Malaka yang dilakukan di beberapa kota pada tahun ini. Padahal, beberapa tahun sebelumnya ancaman tidak pernah terjadi.
"Memang ada beberapa ormas yang ingin agar diskusi bedah buku ini tidak digelar," ujarnya usai acara bedah buku Tan Malaka , Gerakan Kiri dan Revolusi Indonesia di Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Senin (17/2).
Ia mengemukakan, dari beberapa kota yang disinggahinya untuk menggelar acara ini, selalu ada ormas yang menolak. "Tetapi, seharusnya pihak yang tidak bersepakat bisa ikut diskusi dan mengemukakannya dalam diskusi," paparnya.
Lebih jauh, Poeze mengungkapkan jika yang ditolak ormas adalah ideologi komunisme, sudah saatnya para pihak yang menolak ikut mengetahui latar belakangnya.
"Tan Malaka sendiri sudah keluar dari PKI di tahun 1927. Kalau ada yang berpikiran, acara seperti ini untuk menghidupkan ajaran komunis, tidak demikian," ujarnya.
Poeze mengatakan, selama ini buku yang dihasilkannya adalah hasil penelitian ilmiah. "Saya sendiri bukan komunis, saya adalah peneliti Tan Malaka ," ujarnya.
Lebih jauh, ia menyampaikan saat ini di Indonesia adalah zaman demokrasi. Semua orang bisa mengeluarkan pendapat.
"Kalau ada usaha untuk menggagalkan diskusi ini, saya rasa itu sudah menghambat demokratisasi di Indonesia. Bahkan, ingin membuat Tan Malaka sebagai Pahlawan Nasional dihilangkan," ungkapnya.
Tan Malaka diresmikan sebagai Pahlawan Nasional oleh pemerintah pada tahun 1963. Saat itu, Soekarno masih menjabat sebagai presiden. Beberapa pemikiran Tan Malaka yang dituangkan dalam karyanya, merupakan pemikiran originalnya melihat konteks Indonesia dan gerakan kemerdekaan kala itu.
Namun, oleh pemerintah Orde Baru karya Tan Malaka dinyatakan terlarang. Hingga hari ini, penolakan pemikiran Tan Malaka kerap dilakukan organisasi tertentu.
Meski begitu, Poeze mengemukakan, pihaknya tidak gentar adanya ancaman tersebut. "Saya hanya memikirkan pihak penyelenggara yang mendapat ancaman, karena itu saya lebih baik bersikap menjaga keselamatan penyelenggara," ucapnya.
(mdk/ren)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
"Pak Nawawi Pomolango, Ketua Sementara mengatakan sehabis dilantik itu akan mengejar Harun Masiku. Ternyata hanya omong doang karena kemarin buktinya tak ada,"
Baca SelengkapnyaKPK diduga tengah mencari tahu keberadaan mantan Caleg PDIP Harun Masiku.
Baca SelengkapnyaSejumlah barang bukti diamankan dari pelaku yang diduga melakukan penganiayaan terhadap keponakannya
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Skandal pungli di Rutan KPK itu diduga melibatkan 93 pegawai.
Baca SelengkapnyaPemilu 1955 di Indonesia merupakan salah satu tonggak sejarah penting dalam proses demokratisasi dan konsolidasi negara setelah merdeka pada tahun 1945.
Baca SelengkapnyaPolisi mengajak masyarakat untuk melawan hoaks terkait Pemilu.
Baca SelengkapnyaPerjuangan dan semangat yang dimiliki pasukan tentara Indonesia melawan Belanda demi mempertahankan kemerdekaan begitu besar dalam peristiwa ini.
Baca SelengkapnyaKubu mantan Wamenkum HAM Eddy Hiariej menuding Alexander Marwata menggiring opini dan menyebarkan hoaks terkait penetapan tersangka kasus suap dan gratifikasi.
Baca SelengkapnyaGanjar mengajak sejumlah parpol untuk memperkuat hak angket.
Baca Selengkapnya