Gus Sholah: NU Terlalu Besar untuk Diwadahi PKB
Merdeka.com - Pengasuh Ponpes Tebuireng, Jombang, KH Solahuddin Wahid atau Gus Sholah menekankan, Nahdlatul Ulama (NU) tidak boleh hanya 'dikangkangi' oleh satu partai demi ambisi politik.
Terlebih di tahun politik seperti saat ini, partai-partai politik (Parpol) berbasis Islam, saling klaim sebagai partainya orang NU, demi mendapat dukungan suara dari Nahdliyin (sebutan warga NU).
Termasuk Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) sekalipun, kata Gus Sholah, yang kerap menyerukan agar warga NU memilih partai besutan Muhaimin Iskandar tersebut.
"NU terlalu besar untuk diwadahi PKB. Terlalu besar! Jadi dia (NU) perlu partai (lainya)," tegas Gus Sholah di acara Oase Bangsa bertema Muslim Peduli Pemilu yang digelar di Surabaya, Rabu (20/2).
Sebagai organisasi Islam terbesar di Tanah Air, tegas Gus Sholah, NU harus bisa menyalurkan kader-kadernya di berbagai Parpol. "Jadi di Demokrat banyak, di Golkar banyak, di PPP banyak, di PKB juga ada. Rasanya tidak ada masalah. Jadi memang tidak harus seperti itu (NU hanya diwadahi satu Parpol)."
Adik kandung almarhum Gus Dur (KH Abdurrahman Wahid) ini juga menandaskan, jika ada seruan untuk memilih salah satu Parpol, itu tidak dibenarkan, karena bisa mengecilkan posisi NU di mata warganya.
Seperti kasus Pilgub Jawa Timur 2018 contohnya, Gus Sholah menyebut bahwa Ketua Umum PBNU, KH Said Aqil Siroj sempat menyerukan agar warga NU memilih Saifullah Yusuf (Gus Ipul).
"Dulu waktu pemilihan gubernur ya, (ada) video Pak Said itu, kemudian menyatakan warga NU harus memilih Saifullah Yusuf, nyatanya kan gak diikuti," ungkapnya.
Mayoritas warga NU kala itu, khususnya NU kultural, justru memilih Khofifah Indar Parawansa yang sekarang sudah resmi menjadi gubernur Jawa Timur, ketimbang mengikuti instruksi PBNU. "Ya iya, itu fakta," tegasnya.
Namun, NU tidak pernah belajar dari Pilgub Jawa Timur, dan kembali mengulang di Pemilu 2019 dengan menyerukan agar warga NU memilih KH Ma'ruf Amin, yang menjadi Cawapres dari calon petahana, Joko Widodo (Jokowi).
"NU tidak boleh berpolitik praktis. Kalau warga NU memilih Pak Ma'ruf Amin itu wajar-wajar saja gitu lho, tidak perlu harus dikatakan warga NU harus memilih Pak Ma'ruf Amin oleh struktur NU, itu yang tidak benar. (Termasuk memilih prabowo) ya silakan saja," tandas Gus Sholah.
(mdk/cob)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
PBNU Tetapkan 1 Ramadan 1445 H Jatuh Pada 12 Maret 2024
Pengurus Besar Nahdatul Ulama (PBNU) menetapkan 1 Ramadan 1445 Hijriah jatuh pada tanggal 12 Maret 2024
Baca SelengkapnyaDorong Prabowo Rangkul Kubu Ganjar, Bamsoet Golkar: Kita Tidak Butuh Oposisi
Wakil Ketua Umum Partai Golkar Bambang Soesatyo menilai, pemerintahan ke depan tidak membutuhkan oposisi.
Baca SelengkapnyaCurhat Eks Napiter Kembali ke Pangkuan NKRI Sumpah Setia pada Pancasila
Munir berharap agar masyarakat tetap damai dan rukun meskipun memiliki perbedaan pilihan politik.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Beda Nasib dengan Komeng, Berikut Perolehan Sementara Suara Opie Kumis hingga Dede Sunandar di Pemilu
Para pelawak itu bersaing memperebutkan suara dari daerah pemilihan masing-masing dengan kolega satu partai maupun partai politik lain.
Baca SelengkapnyaGus Yahya: Khofifah Harus Nonaktif dari Ketum Muslimat NU Jika Jadi Jurkam Prabowo-Gibran
NU sudah menetapkan aturan bahwa pengurus di lingkungan PBNU yang terlibat secara resmi di tim kampanye pemilihan presiden harus nonaktif dari jabatannya.
Baca SelengkapnyaKetum Tegaskan Muhammadiyah Netral Terkait Hak Angket Kecurangan Pemilu
Menurut dia, pandangan Muhammadiyah sebagai organisasi terhadap Indonesia masih sama yaitu netral dan independen dari kekuatan politik.
Baca SelengkapnyaMasuk Tim Kampanye Prabowo, Khofifah Belum Ajukan Cuti PBNU dan Gubernur
Ia menyebut bahwa nantinya PBNU akan mengumumkan dan mengeluarkan nama-nama siapa saja pengurus PBNU yang mengajukan cuti untuk kampanye.
Baca SelengkapnyaPrabowo Ajak NasDem Gabung, Surya Paloh: Lihat Perkembangan ke Depan, 50-50 Ya
Paloh bakal melihat perkembangan kedepan apakah akan bergabung dengan Koalisi Indonesia Maju.
Baca Selengkapnya50 Ulama 'Nderek Dawuh' Habib Lutfi Dukung Prabowo-Gibran
Ada pun 7 poin penting yang dihasilkan dalam pertemuan tersebut adalah untuk kemaslahatan bangsa.
Baca Selengkapnya