Gabungan Pewarta Gelar Aksi Simpatik Mengecam Kekerasan pada Jurnalis
Merdeka.com - Sejumlah pewarta yang melakukan aktivitas di wilayah Tasikmalaya, Ciamis, Banjar dan Pangandaran, menggelar aksi simpatik di Alun-alun Kota Tasikmalaya bersama santri, pelajar, mahasiswa, dan seniman, Rabu (2/10). Aksi simpatik tersebut dilakukan sebagai bentuk kecaman terhadap aksi kekerasan yang masih terjadi pada masyarakat yang menyuarakan aspirasi di Indonesia.
Perwakilan aliansi pewarta Tasikmalaya, Adeng Bustomi mengatakan, saat ini dalam proses menyuarakan aspirasi para jurnalis tidak luput dari objek kekerasan saat menjalankan tugasnya.
"Dalam sepekan terakhir, proses demokrasi di negeri ini harus dilumuri darah ratusan anak bangsa bahkan nyawa beberapa di antaranya hilang begitu saja," ujarnya.
Mereka yang menjadi korban bukan hanya masyarakat yang sedang menyampaikan aspirasi, namun juga belasan jurnalis sebagai bagian pilar demokrasi. Atas hal tersebut, dia menyebut, aksi simpatik yang digelar di sekitar Tugu Mak Eroh Alun-Alun Tasikmalaya itu diisi diskusi publik bertajuk 'Tindakan represif jalan penyelesaian?'.
"Kita tentunya sangat menyayangkan masih adanya tindak kekerasan oleh aparat ketika jurnalis melakukan kegiatannya. Padahal, pekerjaan jurnalis dilindungi oleh Undang-Undang Pers. Aksi ini sebagai bentuk solidaritas kepada sesama jurnalis yang menjadi korban kekerasan," jelas Adeng.
Dia meminta pihak kepolisian mengusut tuntas kekerasan yang terjadi kepada para jurnalis. Selama ini sendiri menurutnya pelaku kekerasan terhadap jurnalis tidak jelas kasusnya, hanya berakhir pada permintaan maaf saja dari pelaku atau institusinya.
Sementara itu perwakilan aktivis Tasikmalaya, Aa Syaepul Milah menyebut bahwa semua orang pada hakikatnya menolak tindakan kekerasan. Tindakan kekerasan, menurutnya tidak hanya terjadi kepada para jurnalis saja, namun juga masih sering terjadi kepada para mahasiswa dan masyarakat yang melakukan aksi demonstrasi.
"Padahal kan aksi demonstrasi merupakan tindakan yang wajar dalam negara demokrasi karena merupakan salah satu cara penyampaian pendapat yang mestinya dilindungi aparat, bukan justru sebaliknya. Kita mengutuk keras tindak kekerasan, karena itu kita bersolidaritas," tutupnya.
Dalam aksi simpatik itu, para wartawan dan mahasiswa menggelar renungan, orasi, musik, diskusi, teatrikal, dan doa bersama. Kegiatan aksi juga diisi teatrikal, musikalisasi puisi, dan pernyataan sikap dari peserta aksi.
(mdk/fik)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Nurhadi mendapat intimidasi, ditantang berkelahi bahkan hingga diminta untuk menghapus gambar rekaman hasil liputan.
Baca SelengkapnyaJenderal Bintang Empat tersebut pun mewanti-wanti pentingnya menjaga kerukunan dan perdamaian selama proses pemilu.
Baca SelengkapnyaBawaslu memastikan, mereka telah menjalankan apa yang menjadi tugasnya sebagai pengawas Pemilu.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Peristiwa itu terjadi di Jalan Raya Narogong Kelurahan Bojong Menteng Kecamatan Bekasi Timur, pada Sabtu (9/3) subuh.
Baca SelengkapnyaMenjadi jurnalis perempuan yang meliput sepak bola bak dua mata pisau berlawanan. Pada satu sisi bisa memperoleh kemudahan, tapi bisa juga jadi korban kekerasan
Baca SelengkapnyaDia menyayangkan pelaku pembuat dan penyebaran berita profokatif yang membuat kegaduhan di masa tenang.
Baca SelengkapnyaMuzani tidak menyebut secara jelas terkait komposisi jumlah kursi menteri.
Baca Selengkapnya"Iya, iya (akan diusut dugaan tindak pidananya)," kata Bagja
Baca SelengkapnyaMenurut Hasto PDIP, Ganjar mampu menurunkan angka kemiskinan dengan sumber dana yang tidak sebanyak DKI Jakarta.
Baca Selengkapnya