Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Epidemiolog: Idealnya Minimal 2 Juta Orang per Hari Divaksin Covid-19

Epidemiolog: Idealnya Minimal 2 Juta Orang per Hari Divaksin Covid-19 simulasi penyuntikkan vaksin covid-19 di bandung. ©2020 Merdeka.com/Aksara Bebey

Merdeka.com - Mantan Wakil Presiden RI, Jusuf Kalla (JK) menyarankan pemerintah untuk bisa menyuntikkan vaksin Covid-19 sebanyak satu juta orang per hari. Dengan begitu, JK yakin program vaksinasi di Indonesia bisa selesai dalam waktu satu tahun. Menurutnya, program vaksinasi harus cepat dan akurat.

Menanggapi hal ini, Epidemiolog dari Griffith University Australia, Dicky Budiman menyatakan, bahwa idealnya dalam sehari, Indonesia memvaksin 1 persen penduduk. Tentunya bukan 1 persen seluruh jumlah penduduk Indonesia, namun 1 persen target penduduk yang akan divaksin, yakni yang berusia 18-59 tahun.

"Kalau bicara ideal, sebenarnya saat ini menunjukkan angka di satu persen. Seperti yang dilakukan oleh Israel, Bahrain, UK (United Kingdom) vaccination rate-nya satu persen dari jumlah penduduk yang ditargetkan," kata Dicky saat dihubungi merdeka.com, Rabu (30/12).

Bila dihitung dengan jumlah target penduduk yang akan divaksin di Indonesia, maka idealnya Indonesia bisa memvaksin sekitar 2 juta penduduk dalam sehari.

"Saya merujuk pada pernyataan yang disampaikan Menkes kemarin, bilangnya mau pakai vaksin yang efikasinya 60 persen, maka saya hitung, itu perlu 83 persen orang yang divaksinasi. 83 Persen dari jumlah penduduk itu 220 juta. Maka idealnya 2 juta-an orang dalam sehari," kata Dicky menjelaskan.

Dia melihat, target tersebut merupakan tantangan yang cukup berat bagi Indonesia. Jangankan target 2 juta per hari yang ia sebutkan, target yang disarankan oleh JK saja menurutnya, Indonesia masih harus berupaya keras untuk mewujudkannya.

"Saran Pak JK itu divaksin 1 juta penduduk per hari itu saran yang baik, walaupun belum ideal, karena belum mencapai 1 persen. Vaccination rate kalau bisa 1 persen penduduk per hari, itu bagus sekali. Ini tantangan yang sangat berat untuk Indonesia, bahkan negara seperti Australia sekalipun," katanya.

epidemiolog dari griffith university australia dicky budiman©2020 Merdeka.com/dokumen pribadi

Selain itu, dia menilai, herd immunity tetap bisa diwujudkan meskipun jumlah orang yang divaksin per harinya tidak mencapai satu atau setengah persen penduduk.

"Tantangan 1 persen per hari memang berat, namun bukan berarti kalau tidak mencapai 1 persen, maka tidak tercapai herd immunity, ya tidak juga," ujarnya.

"Memang bagusnya dalam waktu sesingkat-singkatnya tapi tidak bisa seperti itu. Apalagi kondisi Indonesia luar biasa. Setidaknya program vaksinasi diupayakan dalam kurun waktu satu tahun, 83 persen penduduk tercakup," imbuhnya.

Menurutnya, jumlah ideal yang ia sebutkan itu bukanlah suatu keharusan. Sebab, kata dia, pengendalian pandemi Covid-19 bukan semata-mata bergantung dengan vaksin saja.

Menurutnya, 3T dan 5M harus tetap dijalankan. Sebab, sekalipun seluruh penduduk usia 18-59 tahun sudah divaksin, namun sisanya yang tidak masuk ke dalam rentang usia tersebut, belum divaksin. Dicky menegaskan, mereka harus tetap dilindungi dengan 3T dan 5M itu.

"Ini bukan suatu keharusan ya, tidak selalu begitu (1 persen) karena kita harus ingat bahwa pengendalian pandemi ini tidak semata-mata tergantung oleh vaksin. Inilah yang harus diketahui oleh pemerintah," katanya.

"Ada 40 persen penduduk yang harus dilindungi, lalu mereka yang belum mendapatkan vaksin kan juga harus kita lindungi, seperti kelompok rentan. Kita harus lindungi mereka dengan 3T dan 5M itu," imbuhnya.

Dicky pun mengajarkan 3T dan 5M yang dimaksud. 3T yaitu testing, tracing, dan treatment. Kemudian 5M yaitu mencuci tangan, menjaga jarak, memakai masker, membatasi mobilitas dan interaksi, mencegah dan menghindari kerumunan.

Apa Kata Satgas?

Sementara itu, Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito menyatakan, pemerintah berkomitmen agar vaksin bisa diterima oleh masyarakat Indonesia.Setidaknya 70 persen dari jumlah populasi, yakni diterima oleh masyarakat berusia 18-59 tahun. Menurut Wiku, hal tersebut harus dilakukan untuk membentuk herd immunity.

"Iya, pemerintah berkomitmen vaksin dapat diterima setidaknya cukup untuk membentuk herd immunity, kurang lebih 70 persen dari total populasi," kata Wiku saat dihubungi merdeka.com, Rabu (30/12).

Namun, Wiku tak menjawab tegas, berapa orang target per hari pemerintah untuk program vaksinasi tersebut. Dia menilai, untuk alur vaksinasi atau teknisnya, pemerintah masih belum mempublikasikan secara resmi. Sebab, saat ini masih tahap finalisasi.

"Untuk detail teknisnya masih dalam tahap finalisasi," kata Wiku.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menuturkan, rencana vaksinasi akan dilakukan dalam beberapa tahap.

Tahap pertama akan dilaksanakan pada periode Januari - April 2021. Pada periode ini diprioritaskan untuk 1,3 juta tenaga kesehatan dan 17,4 juta petugas pelayan publik di 34 provinsi.

”Jadi tahap pertama dilakukan adalah vaksinasi ke tenaga atau petugas kesehatan, health workers" kata Budi dalam siaran telekonference dalam akun youtube Sekretariat Presiden, Selasa (29/12).

Tahap kedua, vaksinasi diperuntukkan bagi 63,9 juta masyarakat rentan dan 77,4 juta masyarakat lainnya yang diberikan sesuai pendekatan klaster. Tahap kedua ini rencananya akan dilakukan mulai April 2021 hingga Maret 2022.

Tahap selanjutnya, masyarakat lansia di atas 60 tahun yang jumlahnya sekitar 21,5 juta orang.

Saran JK

Mantan Wapres JK bercerita, vaksinasi di Amerika Serikat hanya bisa mencapai 600 ribu orang seminggu. Dengan kata lain, hanya mencapai 100 ribu orang dalam satu hari.

"Kita punya penduduk 270 juta atau 70 persennya berarti 200 juta. Kalau (vaksinasi) bisa hanya 100 ribu sehari maka itu berarti butuh kira-kira 3 sampai 4 tahun baru selesai (program vaksinasi)," kata JK dalam webinar Dewan Pakar KAHMI yang disiarkan di Youtube, Senin (28/12).

Pekerjaan itu yang dianggap JK tidak mudah. Terlebih, tantangan datang dari sisi ekonomi,. Vaksin harus segera dilakukan demi pemulihan ekonomi.

JK memprediksi, tahun depan 30-40 persen APBN Indonesia hanya digunakan untuk membayar bunga dan pokok utang saja.

Oleh sebab itu, JK menyarankan, program vaksin harus cepat dan akurat dilakukan pemerintah. Sebab jika tidak, bukan hanya ekonomi, bisa juga memicu persoalan politik kalau ditangani dengan lambat.

"Karena itulah penyelesaiannya vaksinasi harus lebih cepat dan lebih banyak ini masalah strategis," kata JK lagi.

Dia ingin, dalam sehari Indonesia mampu melakukan vaksinasi terhadap satu juta warganya. Dengan begitu, Covid-19 di Tanah Air akan segera berakhir.

"Vaksinasi minimal sejuta sehari kalau ingin selesai setahun. Kalau dua tahun, 500 ribu sehari, kita butuh dua tahun. Jadi masih sampai tahun depan kita harus bekerja keras untuk itu," ujar JK.

(mdk/rnd)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Pasien Covid-19 yang Dirawat di Rumah Sakit RI Naik 255 Persen
Pasien Covid-19 yang Dirawat di Rumah Sakit RI Naik 255 Persen

Tjandra mengatakan, data WHO menunjukkan, ada kenaikan 255 persen perawatan Covid-19 di rumah sakit Indonesia.

Baca Selengkapnya
Sejarah 2 Maret: Kasus Pertama Virus Covid-19 di Indonesia
Sejarah 2 Maret: Kasus Pertama Virus Covid-19 di Indonesia

Pada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus pertama virus Covid-19, menandai awal dari pandemi yang memengaruhi seluruh masyarakat.

Baca Selengkapnya
Covid-19 Naik Lagi, Menkes Minta Masyarakat Pakai Masker Selama Libur Akhir Tahun
Covid-19 Naik Lagi, Menkes Minta Masyarakat Pakai Masker Selama Libur Akhir Tahun

Imbauan ini mengingat penularan Covid-19 dilaporkan kembali meningkat dalam beberapa waktu terakhir.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Menkes Budi: Kasus Covid-19 di Indonesia Jelang Natal dan Tahun Baru 2024 Tak Mengkhawatirkan
Menkes Budi: Kasus Covid-19 di Indonesia Jelang Natal dan Tahun Baru 2024 Tak Mengkhawatirkan

Budi juga menganjurkan masyarakat untuk kembali menggunakan masker saat mengakses tempat-tempat yang rawan.

Baca Selengkapnya
Kasus Covid-19 Kembali Muncul di Solo
Kasus Covid-19 Kembali Muncul di Solo

Meskipun Covid-19 yang muncul saat ini sudah tidak berbahaya seperti dulu.

Baca Selengkapnya
Kasus Covid-19 Meningkat, Penumpang Kereta Api Wajib Pakai Masker
Kasus Covid-19 Meningkat, Penumpang Kereta Api Wajib Pakai Masker

Imbauan ini seiring meningkatnya angka kasus Covid-19 di Indonesia dalam beberapa waktu terakhir.

Baca Selengkapnya
Menkes Ungkap Asal Usul Omicron EG.5 Pemicu Kenaikan Covid-19 di RI
Menkes Ungkap Asal Usul Omicron EG.5 Pemicu Kenaikan Covid-19 di RI

Saat ini, Omicron EG.5 mendominasi di tengah kenaikan kasus Covid-19.

Baca Selengkapnya
Daftar 9 Varian yang Mendominasi Kasus Covid-19 Dunia Menurut WHO
Daftar 9 Varian yang Mendominasi Kasus Covid-19 Dunia Menurut WHO

WHO saat ini memonitor berbagai varian yang banyak ditemui.

Baca Selengkapnya
61 Kasus Positif Covid-19 Ditemukan di DIY
61 Kasus Positif Covid-19 Ditemukan di DIY

Lonjakan kasus Covid-19 terjadi di DIY. Berdasarkan data Dinas Kesehatan (Dinkes) DIY saat ini sudah tercatat 61 kasus positif Covid di provinsi itu.

Baca Selengkapnya