Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Dubes RI untuk Swiss Akui Tak Mudah Terapkan New Normal

Dubes RI untuk Swiss Akui Tak Mudah Terapkan New Normal Ilustrasi Virus Corona. ©2020 Merdeka.com/ cdc

Merdeka.com - Duta Besar Indonesia untuk Swiss, Muliaman Hadad, menilai sejumlah negara Eropa terkesan memaksakan pemberlakuan new normal. Padahal, menurut dia, hanya beberapa negara di Eropa yang siap melakukan pelonggaran kebijakan terkait Covid-19. Sebab kurva penyebaran Covid-19 yang mulai melandai.

"Beberapa negara Eropa terkesan memaksakan diri untuk melakukan pelonggaran walaupun memang beberapa negara sudah melandai Spanyol, Italia, termasuk juga di Swiss juga sudah melandai," kata dia, dalam diskusi daring, Sabtu (30/5).

Di negara tempat dia bertugas juga sudah mulai dilakukan pelonggaran. Sejumlah fasilitas umum seperti toko dan sekolah sudah mulai dibuka. Namun, tetap dengan penerapan protokol Covid-19.

"Hari ini di Swiss sendiri toko-toko sudah mulai dibuka, sekolah mulai dibuka namun penerbangan masih belum mulai," ujar dia.

Belajar dari kebijakan yang dilakukan pemerintah Swiss, lanjut dia, penerapan new normal bukanlah perkara mudah. Sebab membutuhkan peran dan keterlibatan besar dari pemerintah untuk membangun literasi terkait bahaya Covid-19.

"Ini melibatkan usaha yang tidak kecil. Pemerintah setempat (Swiss) melakukan edukasi yang luar biasa kepada masyarakat agar bisa memahami protokol yang diminta untuk menghadapi situasi baru sebelum vaksin dan obat ditemukan," ujar dia.

Sama seperti negara-negara pada umumnya, upaya untuk menemukan vaksin Covid-19 juga dilakukan di Swiss. Upaya itu dijalankan baik oleh perusahan farmasi maupun di kampus-kampus. Hanya saja, belum bisa dipastikan kapan tepatnya vaksin bisa ditemukan lalu dapat digunakan secara luas.

"Belum banyak spekulasi (kapan vaksin ditemukan), di Swiss bilang akhir tahun ini vaksin sudah bisa mulai ditemukan, sudah bisa mulai dimanfaatkan oleh masyarakat tapi banyak sekali inisiatif terutama oleh perusahaan farmasi besar yang seperti berlomba-lomba untuk menciptakan vaksin ini. Ada lebih dari 100 upaya dalam penemuan vaksin walaupun beberapa ahli mengatakan mungkin hanya beberapa yang betul-betul bisa jadi," jelas dia.

Syarat Menerapkan New Normal

Hadad menambahkan, keberhasilan satu negara pada fase new normal ditentukan kemampuan negara itu sendiri dalam mengelola dua pilar penting penanganan Covid-19. Dua pilar itu, yakni upaya mengatasi masalah di sisi kesehatan dan upaya menjaga ketahanan ekonomi.

Dua pilihan tersebut, lanjut dia, memang patut diakui merupakan pilihan sulit yang harus dihadapi semua negara di dunia. Sebab keduanya saling berkaitan. "Karena fokus kita ke kemanusiaan kan punya dampak ekonomi," jelas dia.

Berbagai upaya untuk menekan penyebaran Covid-19 akan berdampak pada dibuatnya sejumlah pembatasan. Pembatasan-pembatasan yang dibuat tersebut, tentu punya dampaknya pada sisi perekonomian.

"Upaya flattening the curve, bagaimana agar jumlah orang terkena wabah ini terjangkau oleh kapasitas sistem kesehatan kita kan diperlukan upaya restriksi lebih banyak," jelasnya.

"Tambahan restriksi yang lebih banyak malah berdampak negatif pada perekonomian berikutnya. Jadi pilihan-pilihan yang tidak mudah. Dan ini dihadapi oleh seluruh negara bahwa upaya flattening the curve yang dilakukan masing-masing negara terutama agar semua ini dapat dikelola dalam kapasitas infrastruktur kesehatan kita itu ternyata mengorbankan ekonomi," imbuh dia.

Karena itu, mantan ketua Dewan Komisioner OJK ini menyarankan dua upaya itu seharusnya dilakukan bersamaan. Tidak bisa yang satu didorong sementara yang lain ditinggalkan.

"Ini memang bukan pilihan. Karena dua pilihan yang sama-sama sulit.

Dalam pengamatan dia, isu yang dihadapi dalam penanganan Covid-19 sebenarnya tidak hanya berkutat pada dua persoalan itu saja. Di negara-negara lain, lanjut dia, upaya penanganan Covid-19 berfokus pada tiga poin.

"Pertama bagaimana virus di-contain sehingga masyarakat terhindar dan sistem kesehatan bisa menghandle ya. Kedua stimulus ekonomi, pemerintah saat yang sama di seluruh dunia menstimulus ekonomi," urai dia.

Ditambah upaya untuk mempersiapkan diri guna menghadapi situasi baru setelah pandemi. Atau yang akhir-akhir ini kita kenal dengan istilah new normal.

"Satu lagi preparing for the recovery ini yang saya kira juga penting karena kita tidak hanya berhenti sampai dua pilihan ini kita cari jalan tengahnya tapi kita harus mempersiapkan diri memasuki recovery, the new normal istilahnya dengan karakteristik tertentu," katanya.

"Bahkan keberhasilan kita di dalam me-recovery dan memasuki new normal sangat ditentukan oleh bagaimana kita menghandle dua isu tadi secara bersamaan," tandasnya.

(mdk/lia)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Menkes Budi: Kasus Covid-19 di Indonesia Jelang Natal dan Tahun Baru 2024 Tak Mengkhawatirkan
Menkes Budi: Kasus Covid-19 di Indonesia Jelang Natal dan Tahun Baru 2024 Tak Mengkhawatirkan

Budi juga menganjurkan masyarakat untuk kembali menggunakan masker saat mengakses tempat-tempat yang rawan.

Baca Selengkapnya
Menuju Indonesia Adil Makmur, Anies Janjikan Akses Kesehatan Berkualitas
Menuju Indonesia Adil Makmur, Anies Janjikan Akses Kesehatan Berkualitas

Peran pemangku kepentingan diperlukan agar tidak menciptakan kebijakan yang saling tumpang tindih.

Baca Selengkapnya
Indonesia Harus Lebih Tegas Melawan Diskriminasi Perdagangan Global
Indonesia Harus Lebih Tegas Melawan Diskriminasi Perdagangan Global

Indonesia kini menghadapi diskriminasi perdagangan dari banyak negara terkait kebijakan ekspor minyak kelapa sawit.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Kasus Covid-19 Meningkat di 21 Provinsi
Kasus Covid-19 Meningkat di 21 Provinsi

Tren kenaikan kasus mingguan Covid-19 nasional per 9 Desember 2023 dilaporkan menyentuh angka 554 kasus positif.

Baca Selengkapnya
Begini Kondisi Menteri Jokowi Usai Mahfud Ungkap Bakal Mundur
Begini Kondisi Menteri Jokowi Usai Mahfud Ungkap Bakal Mundur

Mahfud sendiri telah menemui Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Pratikno pada Senin, 29 Januari 2024 malam.

Baca Selengkapnya
Ketum Muhammadiyah Minta Capres-Cawapres dan Pendukung Harus Siap Kalah
Ketum Muhammadiyah Minta Capres-Cawapres dan Pendukung Harus Siap Kalah

Haedar mengatakan menjadi pemimpin negara bukan suatu hal yang ringan karena harus mengurusi sangat banyak hal.

Baca Selengkapnya
Sejarah 2 Maret: Kasus Pertama Virus Covid-19 di Indonesia
Sejarah 2 Maret: Kasus Pertama Virus Covid-19 di Indonesia

Pada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus pertama virus Covid-19, menandai awal dari pandemi yang memengaruhi seluruh masyarakat.

Baca Selengkapnya
Covid-19 Naik Lagi, Menkes Minta Masyarakat Pakai Masker Selama Libur Akhir Tahun
Covid-19 Naik Lagi, Menkes Minta Masyarakat Pakai Masker Selama Libur Akhir Tahun

Imbauan ini mengingat penularan Covid-19 dilaporkan kembali meningkat dalam beberapa waktu terakhir.

Baca Selengkapnya
Respons PDIP Soal Tiga Kali Prabowo Setuju dengan Gagasan Ganjar Saat Debat Ketiga Capres
Respons PDIP Soal Tiga Kali Prabowo Setuju dengan Gagasan Ganjar Saat Debat Ketiga Capres

Debat ketiga capres bertema pertahanan dan keamanan, hubungan internasional dan globalisasi, serta geopolitik dan politik luar negeri.

Baca Selengkapnya