Dokter di Garut Bikin Aplikasi Permudah Alur Rujukan Ibu Melahirkan
Merdeka.com - Marlinda Siti Hana, salah seorang dokter dan juga Kepala Bagian Perencanaan dan Evaluasi RSUD Slamet Garut menggagas aplikasi Simarukanteh, sebagai upaya untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi saat melahirkan.
Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kabupaten Garut, Rizki Safaat Nurahim yang juga dokter spesialis kebidanan dan kandungan menyebut bahwa angka kematian ibu dan anak di Kabupaten Garut saat ini memang cukup tinggi.
"Garut juara satu kematian (ibu dan bayi). Kita saat ini 99 orang (meninggal dunia) se-Garut. Ini termasuk tinggi dalam kurun 11 bulan sekarang, dari Januari sampai November," kata Rizki, Jumat (26/11).
Ia menyebut bahwa kematian ibu dan bayi itu adalah bencana dan seharusnya tidak ada kematian. Oleh karena itu menurutnya diperlukan berbagai upaya untuk meminimalisasi angka kematian tersebut, mulai dari sistem hingga penanganan.
Melihat tingginya angka kematian ibu dan bayi saat melahirkan, Marlinda Siti Hana kemudian menggagas sistem rujukan berbasis data terintegrasi. Gagasan itu dilakukan untuk bisa mengurangi risiko kematian ibu dan bayi akibat dari ruwetnya persoalan rujukan.
"Masalah rujukan ini memang kalau bahasa kami never ending problem. Masalahnya tetap rujukan lagi rujukan lagi (sebelumnya). Kita sudah berbagai jurus bagaimana mengoptimalkan alur rujukan dengan baik tapi ternyata belum berhasil. (kemudian digagas) Simarukanteh ini merupakan sistem berbasis manajemen berbasis aplikasi, sistem informasi manajemen rujukan terintegrasi," kata Marlinda atau biasa disapa dokter Alin.
Dalam prosesnya, tutur Alin, para dokter senior yang ada di RSUD dr Slamet akan mendapat pemberitahuan dari aplikasi apabila terdapat persoalan dalam masalah rujukan pasien.
"Bagaimana mengintervensi dan penanganannya, nanti berbalas balik," tambahnya.
Alin menjelaskan bahwa dengan sistem aplikasi yang digagasnya, ia berinovasi agar masalah rujukan menjadi sangat jelas dan lengkap saat ibu yang hendak melahirkan dikirim oleh verifikator ke RSUD dr Slamet.
Dengan jelas dan lengkapnya sistem rujukan tersebut, saat ibu yang hendak melahirkan datang di RSUD dr Slamet Garut langsung ditangani sesuai dengan kondisi yang pasien hadapi. "Aplikasi ini saya yakin bisa meminimalisasi risiko kematian bayi dan anak minimal 5 hingga 10 persen, namun tentunya harus ditunjang sarana dan prasarana lainnya," katanya.
Aplikasi tersebut, menurut Alin bisa diakses oleh siapapun dan rencananya akan mulai bisa digunakan Desember 2021. Meski saat ini yang dijadikan pilot project adalah untuk mereka yang hendak melahirkan, ke depannya aplikasi ini akan dikembangkan lagi.
"Setelah (aplikasi) ini berjalan dengan baik (saat digunakan untuk persalinan), ke depan masalah penyakit lainnya akan sama juga akan ada (pengembangan) aplikasinya sehingga masyarakat akan bisa mengakses sendiri. Intinya semua data tentang rujukan, bagaimana mengintervensi, bagaimana penanganan cepat bisa terakses di data ini," sebutnya.
Aplikasi yang akan segera berjalan ini, untuk tahap awal hanya terkoneksi dengan RSUD dr Slamet saja. "Tapi ini ke depan, mungkin 2022-2023 mencoba akan mengintegrasikan dengan rumah sakit yang lainnya," ucap Alin.
Ketua IDI Garut, Rizki Safaat Nurahim berharap agar inovasi yang dilakukan menjadi terobosan dan menyempurnakan sistem rujukan lama. Sistem tersebut pun secara data diharapkan menjadi lebih lengkap.
"Kita akan tahu asal rujukan. Kita akan tahu jenis-jenis rujukan yang akan ada, mulai dari nama umur alamat serta jenis diagnosis yang dirujuk dari puskesmas atau lapangan nanti. Jadi, rujukan pasien yang memerlukan tindakan segera dari lapangan ke rumah sakit sehingga data yang masuk ke rumah sakit menjadi lebih lengkap, jadi kita tidak melayani tidak terlalu terlambat karena tatalaksana di awalnya sudah dilakukan di tingkat dasar, tingkat sekunder. Di rumah sakit tinggal melakukan eksekusi akhir, misalkan harus dioperasi atau tindakan lainnya," jelas Rizki.
Sebelum adanya aplikasi yang digagas oleh Alin, menurut Rizki, sistem rujukan sebetulnya memang sudah berjalan, namun masih ada kendala. Dan kendala yang paling sering dihadapi adalah kemampuan untuk tata laksana lebih awal antara dari sisi komunikasi.
"Jadi dengan adanya aplikasi ini diharapkan kita perbaiki komunikasi, kita di SPOG di RSUD dr Slamet dengan dokter dan bidan-bidan di lapangan. Dengan begitu, morbiditas ibu dan mortalitas ibu bisa turun dengan cepatnya respons kita ke lapangan. Kita bisa memberikan instruksi awal untuk pelayanan dasar sehingga pasien menjadi lebih aman, lebih tertolong untuk tata laksana daruratnya sehingga datang ke rumah sakit sudah menjadi lebih stabil untuk dilakukan tindakan-tindakan," tutup Rizki.
(mdk/cob)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Dokter Saskia menyarankan agar tidak langsung mencuci muka setelah beraktivitas di luar ruangan atau terpapar sinar matahari.
Baca SelengkapnyaPada usia 40-an, seiring menerapkan gaya hidup sehat, penting juga untuk melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin.
Baca SelengkapnyaSeorang dokter wanita asal Inggris mengungkap manfaat dari gerakan sholat rukuk dan sujud.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Dari hasil pemeriksaan dokter Puskesmas bocah itu diperkirakan meninggal dunia tengah malam
Baca SelengkapnyaPria pecinta ular kobra tersebut belum lama ini memeriksakan dirinya ke dokter. Usut punya usut, Panji mengidap penyakit diabetes.
Baca SelengkapnyaCukup banyak alat bukti yang telah dikantongi penyidik, baik didapat dari TKP maupun serahan dari pelapor.
Baca SelengkapnyaKorban berinisial TA (22) melayangkan laporan dugaan pencabulan itu ke Polda Sumatera Selatan pada pekan lalu.
Baca SelengkapnyaDokter spesialis ortopedi inisial MY membantah telah mencabuli istri pasiennya, wanita hamil berinisial TA (22). Dia siap dihukum jika tuduhan itu terbukti.
Baca SelengkapnyaSeiring bertambahnya usia, memang fungsi mata akan menurun dengan sendirinya. Namun Anda harus tetap bisa melakukan beragam cara untuk menjaga kesehatannya.
Baca Selengkapnya