Diduga korban malapraktik, Ahza meninggal dengan kondisi mengenaskan
Merdeka.com - Orang tua manapun pasti sedih ditinggal anak untuk selama-lamanya. Apalagi anak yang sangat dicintai itu merupakan semata wayang. Perasaan itulah yang kini dialami pasangan suami istri (Pasutri) Tety Rihardini (36) dan Yudi Purnomo (44).
Pasutri warga Desa Kebaron, Tulangan, Sidoarjo, Jawa Timur itu kini telah ditinggal Ahmad Ahza Zadittaqwa, putra yang dicintainya untuk selama-lamanya. Kepergian putra yang masih berusia 21 bulan itu menyisakan tanda tanya besar.
Pasalnya, Ahza diduga merupakan korban malapraktik ketika dirawat di Rumah Sakit (RS) Aisyiyah Siti Fatimah Sidoarjo.
"Kami sangat kecewa dengan pihak Rumah Sakit yang teledor dan tidak profesional dalam proses penanganan, hingga sampai putra saya meninggal dunia," ucap Tety Rihardini yang didampingi Yudi di Sidoarjo, Rabu (1/11).
Tety tahu persis persoalan putranya yang diduga menjadi korban dugaan malapraktik itu, karena dia paham tentang dunia medis. "Saya paham dan terlatih untuk tindakan medis apalagi menyangkut nyawa," ujar perempuan yang berprofesi sebagai dosen Kebidanan di Universitas Adi Buana Suarabaya itu.
Tety mulai menceritakan putranya dibawa ke RS Aisyiyah Siti Fatimah, Selasa (24/10) sekitar pukul 08.00 WIB, karena kondisi badannya panas, pilek, lemas dan muntah.
Putranya lalu masuk ke IGD. Hampir 3 jam, Ahza akhirnya dimasukkan ke ruang perawatan. "Awalnya saya minta masuk ke ruang VVIP karena putra saya agak rewel jika AC kurang, namun akhirnya masuk di ruang kelas satu. Saya pakai jalur umum mas, itu pun jam 11 siang baru masuk ruangan kelas satu," jelasnya.
Sejak masuk ruang perawatan hingga pukul satu, dia sempat syok ketika melihat infus anaknya terlepas. Dia pun meminta agar tim medis memasang kembali. Selang dua jam, perawat melakukan injeksi dengan dalih agar tidak muntah, lalu diberikan melalui intravena.
Namun selang satu jam, alangkah kagetnya Tety ketika melihat bibir putranya membengkak sambil digaruk. "Saya melaporkan ke perawat, namun dijawab sabar," imbuhnya.
Tety mununggu permintaan perawat itu, hingga puncak kepanikan melihat kondisi bibir dan lidahnya membiru hingga membengkak besar.
"Saya sudah melapor sebanyak empat kali namun tidak ada tanggapan dengan alasan kata perawat nanti dulu bu, dikonsultasikan ke dokter. Saya sudah sampaikan berkali-kali anak saya alergi obat, namun tetap dikatakan menunggu dokter," ulasnya.
Dia pun tidak sabar menunggu dokter yang tak kunjung datang, hingga akhirnya mendengar jika dokter spesialis anak bernama Medy Priambodo sedang praktik di lantai bawah.
"Saya akhirnya membawa turun anak sambil teriak agar segera ditangani karena kondisinya sudah memburuk. Namun ketika berada di dokter masih menunggu status ke perawat, saya bilang ini sudah kritis," ungkapnya sambil menangis.
"Lalu saya bilang segera dibawa ke HCU, namun ketika di ruangan itu tidak ada peralatan yang hidup. Dokter lalu membawa ambubeg, tanpa ada petalatan yang standar, lalu dipompa begitu saja. Tepat pukul 21.30 WIB putra saya dinyatakan meninggal," tambahnya.
Selepas meninggalnya putranya itu, Tety belum diberikan rekam medis dari pihak rumah sakit. "Tidak ada permintaan maaf juga. Makanya, kami akan bawa ke ranah hukum dan melaporkan ke Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia (MKDI) melalui kuasa hukum saya. Intinya agar ada iktikad baik dari pihak rumah sakit," harapnya.
Terpisah, Direktur RS Aisyiyah Siti Fatimah Tulangan, Tjatur Prijambodo membantah dugaan malapraktik yang dituduhkan. "Kami sudah melakukan standar operation prosedur (SOP)," ujarnya.
Menurutnya, selama di ruang perawatan pihak rumah sakit juga melakukan pemantauan kepada pasien. "Dokter anak memang praktik di poli tetapi juga menerima laporan terkait resume rekam medis," jelasnya.
Ketika disinggung, penyebab kematian dari pasien karena ada kesalahan pemberian obat hingga terjadi pembengkakan, dia mengaku sudah berupaya maksimal untuk melakukan perawaan dan penanganan saat kondisi pasien kritis.
(mdk/cob)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
"Kondisi luka bakar jenazah 90-100 persen, dalam kondisi hangus,” kata Kabid Dokkes Polda Jawa Barat Kombes Nariyan
Baca SelengkapnyaSalah satu korban gigitan ulat berbisa di Kampung Cibogo Desa Kanekes Kecamatan Leuwidamar, pada bagian tangan kanananya menghitam dan membusuk.
Baca SelengkapnyaJaringan di tangannya mengalami kematian atau tak berfungsi sehingga mesti operasi.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Penemuan kedua jenazah ini bermula ketika pembantu mengetuk pintu namun tidak ada jawaban dari kedua korban.
Baca SelengkapnyaMelihat kondisi korban, diyakini keempatnya sudah tewas lebih dari tiga hari.
Baca SelengkapnyaHasil pemeriksaan sementara, empat orang korban meninggal dunia diduga akibat bunuh diri lompat dari Lantai 22.
Baca Selengkapnya"Korban ditemukan tewas dengan banyak luka. Diduga akibat pembunuhan," ungkap Kasi Humas Polres OKU Iptu Ibnu Holdon
Baca SelengkapnyaDavid menjelaskan untuk dua kasus yang menyeret nama Andika statusnya masih saksi terlapor.
Baca SelengkapnyaPria di Palembang Gantung Diri Karena Ditinggal Anak Istri, Tulis Wasiat Menyentuh Hati
Baca Selengkapnya