Dibunuh Pemburu Teroris Doyan Judi

Merdeka.com - Bunyi klakson mobil berkepanjangan memecah keheningan malam di Perumahan Bukit Cengkeh I, Cimanggis, Depok.

Suara itu berasal dari mobil avanza warna merah marun nomor polisi B-1739-FZG terparkir di depan portal perumahan tersebut. itu

Warga bergegas menghampiri mobil tersebut, justru menemukan seorang pria yang sudah bersimbah darah tergeletak tak bergerak persis di samping mobil. Pria itu diduga korban pembunuhan.

"Bukan warga sini. Kejadian sudah mau subuh," kata Riko, Ketua RT 6 RW 15, Senin (23/1).

Suara mobil bersirine bersahutan mendekat ke lokasi kejadian. Sejumlah orang turun dari mobil bertuliskan Polres Depok dengan mengenakan seragam warna cokelat sambil membawa koper menghampiri lokasi penemuan mayat.

Garis kuning bertuliskan 'police line' langsung dibentangkan.

Beberapa lama melakukan olah tempat kejadian perkara, koper ditutup dan garis polisi dicabut menjadi tanda pemeriksaan terhadap jenazah selesai.

Sejumlah barang bukti pun turut diamankan. Ada kartu identitas tertera nama 'Sony Rizal Taihitu' warga Mekarsari Permai Kelurahan Mekarsari, Kecamatan Tambun Selatan, Kota Bekasi. Barang bukti lainnya, adalah kartu identitas yang jadi modal polisi mengungkap kasus ini.

Jenazah Sony dimasukkan ke kantong oranye, kemudian diangkut beberapa orang dan dibawa ke dalam mobil jenazah. Suara sirine kembali terdengar bersahutan menjauh dari lokasi penemuan mayat. Mayat pria yang bersimbah darah tersebut diantar ke RS Polri Kramatjati, Jakarta Timur.

Untuk menyelidiki lebih lanjut sebab penyebab kematian Sony, kasus ini dilimpahkan ke Mapolda Metro Jaya. "Dilimpahkan ke Polda Metro Jaya," kata Kapolres Metro Depok Kombes Achmad Fuady.

Densus 88

Kurang dari sehari, sekitar pukul 16.30 WIB sebuah rumah di kawasan Puri Persada, Desa Sindangmulya Bekasi, Jawa Barat disatroni sejumlah orang berpakaian serba hitam lengkap dengan baju taktikal sambil membawa senapan laras panjang.

Mereka adalah anggota Densus 88 yang bermaksud mengamankan seorang pria bernama Haris Sitanggang. Bukan karena kasus bom. Haris digiring ke Polda Metro Jaya lantaran diduga terlibat pembunuhan Sony.

Haris merupakan anggota Densus 88 berpangkat Bripda, hal itu diketahui usai polisi menemukan Kartu Anggotanya berada di lokasi penemuan mayat Sony, sopir taksi online di Perumahan Bukit Cengkeh I, Cimanggis, Depok.

"Ini kejadian kan sekira pada tanggal 23 Januari, pada tanggal 23 Januari didapat hasil dari tadi awal olah TKP satu identitas, identitas ini kemudian ditindaklanjuti," sebut Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Trunoyudo Wisnu Andiko.

Haris ditetapkan tersangka kasus pembunuhan Sony. Usut punya usut, Haris diduga merampok sopir taksi online itu karena ingin menguasai mobil Sony untuk menutupi utang.

Haris dititipkan uang Rp 90 juta oleh abangnya untuk dibelikan mobil, Rabu 18 Januari 2023. Bukan mencari mobil yang dimaksud, Haris malah main judi dari uang tersebut. Uang Rp 90 juta itu pun ludes.

Dia panik, kemudian timbul niat jahat. Rampok mobil sopir taksi online. Haris mempersiapkan semuanya untuk meluluskan kejahatannya tersebut. Mulai dari beli pisau hingga berkeliling Jakarta mencari korban.

Kronologi Kejadian

Target pun didapat ketika turun dari Transjakarta di Halte Semanggi. Sekiranya ada tiga mobil yang berjejer pada saat itu. Pertama mobil taksi online Blue Bird, kedua taksi online avanza merah milik korban Sony Rizal Taihitu, dan taksi online avanza silver.

Tak ada alasan khusus bagi Haris yang akhirnya memilih mobil Sony. Hanya terbesit dalam pikirannya ingin cepat-cepat melunasi uang yang sudah dikirim dari abangnya.

Terjadilah tawar menawar antara Haris dengan Sony. Pelaku melakukan pesanan langsung alias tidak melalui aplikasi dengan tujuan wilayah Depok.

"Pak narik gak. Pengemudi bertanya 'mau ke mana', 'ke Depok' jawab Haris. Tersangka bertanya harga, 'berapa nih?' Pengemudi mengecek aplikasi sebesar Rp 94 ribu, lalu ditawar menjadi Rp90 ribu," kata penyidik sambil menirukan suara korban dan pelaku.

Kesepakatan pun tercapai, Sony akhirnya mau mengantar Haris tanpa melalui aplikasi. Haris duduk di bangku tengah.

Mengaku Anggota

Ketika tiba di lokasi yakni di kawasan Perumahan Bukit Cengkeh, Depok, Jawa Barat. Pelaku sempat minta korban memutarbalikkan kendaraan. Namun permintaan itu tidak diindahkan dengan alasan agar pelaku turun terlebih dahulu.

Lantas, Haris menodongkan pisau ke Sony sambil menyebut kalau dirinya 'anggota'. Sambil menghadap ke belakang, dengan nada tinggi Sony menanyakan maksud dari tindakan pelaku.

Suasana tegang pun terjadi, korban melakukan perlawanan dengan meraih wajah pelaku sedangkan satu tangannya menahan pisau. Sebagai anggota Densus 88 perlawanan Sony tak begitu berarti. Dia langsung menikam korban.

Melihat korbannya yang sudah terbujur lemas, Haris keluar untuk mengambil alih kendaraan. Tindakannya justru gagal, korban sudah lebih dahulu mengunci seluruh pintu kendaraan hingga akhirnya suara klakson nan panjang membuat kegaduhan dan memancing warga sekitar.

Paniknya Haris usai semua rencana gagal membuatnya lari meninggalkan lokasi kejadian.

Namun kepanikannya tidak berhenti sampai di situ. Lantunan suara Azan subuh terdengar, menjadi panggilan warga sekitar untuk melaksanakan salat. Bripda Haris berupaya sembunyi.

Memanfaatkan momen itu, pelaku masuk ke dalam toilet masjid untuk membersihkan sisa bercak darah yang tertinggal di jaket dan wajahnya. Diusapnya sisa darah yang sudah mengering.

Haris juga mampir ke salah satu warung dan menceritakan dirinya korban perampokan. Mendengar kisah miris itu, sang penjaga warung memberikan kaos dan ongkos pulang sebesar Rp 20 ribu.

Teriak Lirih Istri Korban

Usai penangkapan Haris, polisi menggelar rekonstruksi kasus pembunuhan Sony. Rekonstruksi digelar di Mapolda Metro Jaya.

Haris muncul tertunduk malu dengan mengenakan baju oranye. Ada sekitar 37 adegan yang diperagakan dalam rekonstruksi.

Melihat detik-detik pembunuhan Sony, istrinya, Rusni Masna Asmita alias Meta histeris.

"Kamu pembohong, suamiku baik, suamiku baik. Haris tidak mungkin karena itu kamu. Aku percaya suamiku. Kau jahat, kau pembohong Haris," kata Meta.

Meta tak terima suami telah tiada, sementara pembunuhnya masih sehat. Karena kondisi emosional yang tak terkendali, Meta pun pingsan. Dia dievakuasi oleh petugas Polwan, keluarga, serta Tim Penasihat Hukum yang mendampingi.