Cuaca ekstrem, salju muncul di Dataran Tinggi Dieng
Merdeka.com - Bulan puasa tahun ini suhu di dataran Tinggi Dieng sungguh sangat ekstrem. Suhu di negeri para Dewa itu sempat menembus minus lima derajat celcius.
"Paling terasa saat sahur, rasanya seperti membeku," ujar Sekretaris Kelompok Tani Kentang Perkasa Dieng Kulon Kecamatan batur, Banjarnegara, Kabul Suwoto, Rabu (1/8).
Kabul mengatakan, suhu ekstrem sudah terjadi selama dua hari terakhir ini. Apalagi saat mendekati bulan purnama, suhu akan terus bertambah ekstrem. Dia menyebutkan, suhu akan mencapai titik terendah sejak pukul 02.00-06.00 pagi.
Menurut dia, jika dipaksakan keluar rumah akan terasa sakit kepala. Apalagi saat harus mengambil air wudhu ketika hendak salat Subuh, dingin akan sangat terasa.
Akibat suhu ekstrem itu, lahan pertanian kentang menjadi seperti hamparan salju yang memutih. Penduduk setempat menyebutnya embun upas, atau embun yang membeku. Saat ini, kata Kabul, sedikitnya 50 hektare tanaman kentang sudah mati akibat serangan embun upas itu.
Akibat dinginnya suhu, kata dia, petani pun harus berangkat ke ladang saat matahari sudah tinggi. Mereka menunggu pipa paralon untuk menyemprot air tidak terlalu beku. Jika dipaksakan, paralon yang terdapat air di dalamnya membeku itu, bisa pecah.
Ketua Masyarakat Pariwisata Dieng, Alif Rahman mengatakan, hamparan salju di Dieng justru menjadi daya tarik untuk wisatawan. "Terutama wisatawan lokal yang belum pernah melihat salju," katanya.
Dia mengatakan, suhu di Dieng bisa menjadi sangat ekstrem. Pada siang hari, suhunya bisa mencapai 22-24 derajat celcius. Namun memasuki dini hari, suhu akan terus turun hingga titik terendah mencapai minus dua derajat bahkan bisa mencapai minus lima derajat.
Khusus untuk mengukur suhu ini, Dinas Pariwisata setempat menugaskan petugas khusus untuk mencatat perubahan suhu dari waktu ke waktu. Informasi inilah yang akan diberitahu kepada wisatawan yang ingin mengetahui berapa derajat suhu di Dieng.
Masih menurut Alif, hamparan salju hanya terjadi di wilayah Desa Dieng Kulon. Desa ini merupakan lembah yang dikelilingi pegunungan bekas Gunung Dieng purba. Hamparan salju paling mencolok terlihat di sekitar Kawasan Gunung Arjuna.
"Pemandangan inilah yang paling dinantikan oleh wisatawan lokal, saat candi-candi dikelilingi salju yang sebenarnya embun yang membeku,” katanya.
Kepala Desa Dieng Kulon, Slamet Budiyono mengatakan, dinginnya suhu di Dieng, bahkan mampu membekukan air di dalam ember yang diletakan di luar rumah. Embun upas ini, kata dia, biasanya terjadi pada saat puncak musim kemarau. "Biasanya bulan Juli hingga awal September," katanya.
Tanda-tanda akan datangnya embun upas sebenarnya sudah diketahui petani Dieng. Saat embun upas datang, siang hari akan sangat terik dan malam hari akan sangat dingin. Saat itulah, embun yang berada di ujung daun akan membeku dan berubah menjadi butiran es.
Masih menurut Slamet, petani hingga saat ini tak mempunyai metode yang pas untuk mengantisipasi dampak embun upas. Petani hanya bisa menambah pelindung tanaman kentang dari plastik untuk mengurangi efek dingin. “Tapi upaya ini tidak banyak berpengaruh terhadap dingin,” katanya.
Ia menambahkan, lahan kentang yang paling rentan terkena embun upas adalah lahan yang berada di cekungan atau lembah. Sementara lahan yang berada di lereng bukit, justru akan terhindar dari embun upas.
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Banjarnegara, Dwi Atmadji mengatakan, Dinas sudah menghimbau petani agar mewaspadai fenomena embun upas.
"Embun ini akan berdampak pada tanaman kentang yang berusia di bawah 70 hari, karena tidak tahan terhadap udara yang sangat dingin sehingga akan layu, membusuk, dan akhirnya mati,” katanya.
Dia meminta petani agar mengatur jadwal tanam agar tidak mengalami kerugian saat musim kemarau. Menurut dia, petani sebaiknya menanam tanaman kubis atau kol karena tanaman itu tahan terhadap embun upas.
Masih menurut Dwi, tahun lalu tercatat 25 hektare lahan tanaman kentang rusak. Sebelas hektare di antaranya bahkan dilaporkan puso dan tak bisa dipanen.
(mdk/hhw)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
14 daerah tersebut berpotensi mengalami cuaca ekstrem berupa hujan lebat yang disertai dengan petir serta angin kencang.
Baca SelengkapnyaCuaca ekstrem itu salah satunya dipengaruhi oleh kondisi wilayah Jateng yang telah memasuki musim pancaroba
Baca SelengkapnyaCuaca ekstrem yang terjadi membuat ratusan rumah warga rusak.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Cuaca panas bisa berdampak buruk pada kondisi kesehatan kita, namun hal ini bisa semakin berdampak buruk pada mereka yang tergolong kelompok rentan.
Baca SelengkapnyaCuaca ekstrem di Semarang menyebabkan banjir, tanah longsor sampai angin kencang
Baca SelengkapnyaCuaca adalah kondisi atmosfer di suatu wilayah pada suatu saat tertentu.
Baca SelengkapnyaUntuk titik rawan mulai dari Tahu Sumedang hingga Pananjung.
Baca SelengkapnyaPotensi terjadinya cuaca ekstrem akibat adanya intervensi tiga bibit siklon tropis secara sekaligus.
Baca SelengkapnyaKetujuhnya kini masih menjalani pemeriksaan intensif
Baca Selengkapnya