Cerita warga Gunungkidul pukul kentongan dan lesung saat gerhana bulan
Merdeka.com - Gerhana bulan akan dapat dilihat oleh masyarakat Indonesia malam ini. Sejumlah masyarakat pun antusias untuk melihat fenomena alam yang jarang ditemui.
Di sejumlah wilayah ada berbagai tradisi unik untuk menandai munculnya gerhana bulan. Di Gunungkidul, DIY, saat ada gerhana bulan maupun gerhana matahari, masyarakat pun langsung membunyikan kentongan secara bersamaan. Selain itu masyarakat juga mengevakuasi perempuan yang tengah hamil untuk masuk atau bersembunyi di bawah tempat tidur.
Menurut salah seorang sesepuh Desa Bejiharjo, Karangmojo, Gunungkidul, Mbah Tukijo, fenomena gerhana bagi masyarakat Jawa dipercaya adalah hasil perbuatan raksasa atau buto. Masyarakat percaya saat gerhana bulan atau matahari, ada buto yang memangsa bulan dan matahari.
"Dulu waktu saya kecil masih percaya itu. Dulu pada percaya kalau gerhana karena ada buto yang makan bulan dan matahari. Ya kalau orang sekarang bilangnya Gugon Tuhon atau cerita turun menurun dari nenek moyang," ujar Mbah Tukijo yang saat ini berusia 60 tahun dalam bahasa Jawa, Rabu (31/1).
Mbah Tukijo menerangkan jika dulu masyarakat lebih takut pada gerhana bulan daripada gerhana matahari. Hal ini karena saat gerhana bulan suasana menjadi gelap. Terlebih lagi saat itu listrik belum bisa dinikmati semua warga.
"Ya dulu pada mukul kentongan bareng-bareng. Ada juga yang mukul lesung. Pokoknya bikin bunyi-bunyian untuk mengusir buto yang mau makan bulan. Mukul kentongannya juga ga boleh asal. Harus terus menerus sampai gerhananya selesai," ungkap Mbah Tukijo.
Mbah Tukijo mengatakan selain memukul kentongan, warga juga menyembunyikan keluarganya yang sedang hamil. Biasanya, kata Mbah Tukijo, disembunyikan di bawah tempat tidur. Warga percaya hal itu bisa menghindari bayi dari kecacatan karena gerhana bulan.
"Setelah selesai gerhana, perut ibu hamil diolesi abu hangat yang berasal dari perapian dapur, tidak boleh yang dingin, sambil mengucapkan "ojo kaget yo jabang bayi" (Jangan kaget ya bayi yang ada di kandungan)," kenang Mbah Tukijo.
Mbah Tukijo menerangkan jika saat ini karena kemajuan pengetahuan akhirnya masyarakat tahu bahwa gerhana bulan adalah fenomena alam. Sehingga, lanjut Mbah Tukijo, saat ini sangat jarang warga yang memukul kentongan saat gerhana terjadi.
Saat ini, tradisi membunyikan kentongan dan lesung sangatlah jarang dilakukan saat gerhana bulan. Untuk itu, Mbah Tukijo dan warga di daerah Gelaran, Bejiharjo, Karangmojo, Gunungkidul akan menghidupkan kembali tradisi tersebut. Acara memukul kentongan saat gerhana bulan ini akan digelar di Monumen Serangan Belanda 10 Maret 1949.
"Kami sudah menyiapkan teropong dan kentongan untuk nanti saat gerhana bulan. Ini kami lakukan semata-mata hanya untuk melestarikan tradisi saja," kata Mbah Tukijo.
(mdk/dan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Mengenal Tradisi Gunungan Ketupat di Nganjuk, Warga Kompak Sedekah dan Saling Memaafkan saat Lebaran
Semua warga tampak semringah mengarak gunungan ketupat keliling kampung
Baca SelengkapnyaUniknya Tradisi Sambut Lebaran di Bengkulu, Bakar Batok Kelapa dengan Penuh Sukacita
Tradisi ini biasa dilakukan oleh masyarakat Suku Serawai yang ada di Bengkulu yang dilaksanakan pada malam menjelang Idulfitri.
Baca SelengkapnyaMengenal Tradisi Bodho Kupat, Satu Kampung di Lumajang Kompak Jadi Pedagang Janur dan Ketupat
Bodho Kupat sendiri merupakan tradisi yang rutin diselenggarakan masyarakat Lumajang ketika memasuki hari ketujuh Lebaran Idulfitri.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Mengenal Mandi Gading, Upacara Ritual Meminta Hujan dari Masyarakat Gunung Kerinci
Bukan hanya gunungnya saja yang menyimpan misteri dan legenda, namun masyarakatnya juga memiliki ritual yang begitu unik.
Baca SelengkapnyaMengulik Lebaran Ketupat, Tradisi Penting dalam Budaya Masyarakat Muslim Jawa
Lebaran Ketupat dilaksanakan satu minggu setelah perayaan Idul Fitri, tepatnya pada 8 Syawal.
Baca SelengkapnyaMengenal Tari Selapanan, Kesenian Tradisional dari Keratuan Darah Putih Asal Provinsi Lampung
Kesenian tradisional dari Provinsi Lampung ini biasanya dibawakan ketika acara-acara besar di Keratuan Darah Putih.
Baca SelengkapnyaMengenal Sekura, Tradisi Masyarakat Lampung Rayakan Lebaran dengan Sukacita
Topeng-topeng ini sudah ada sejak zaman Kesultanan Banten ketika menguasai wilayah Sumatra.
Baca SelengkapnyaKeseruan Tradisi Praonan di Pasuruan, Warga Ramai-Ramai Naik Perahu Nelayan Rayakan Lebaran Ketupat
Ribuan masyarakat datang memenuhi pelabuhan demi merasakan sensasi naik perahu bersama-sama.
Baca SelengkapnyaMengenal Tradisi Nengget, Upacara Berikan Kejutan agar Memperoleh Anak Ala Masyarakat Karo
Tradisi kuno dan unik dari Karo Sumut ini dilakukan dengan diam-diam dan bertujuan agar sebuah keluarga bisa segera memiliki anak laki-laki.
Baca Selengkapnya