BMKG Susun Rencana Aksi Nasional Adaptasi dan Mitigasi Perubahan Iklim
Merdeka.com - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) tengah menyusun Rencana Aksi Nasional Adaptasi Perubahan Iklim (RAN-API) sebagai respons terhadap situasi iklim global yang dinilai terus mengalami penurunan kualitas.
Adapun rencana aksi tersebut mengacu pada kerangka CORDEX-SEA (Coordinated Regional Climate Downscaling Experiment South East Asia) di bawah Program Penelitian Iklim Dunia (WCRP) dari Organisasi Meteorologi Dunia (WMO), yang juga telah menjadi acuan bagi rencana aksi nasional.
"BMKG telah bekerja sama dengan CORDEX Southeast Asia (CORDEX-SEA) untuk melakukan penelitian, pelatihan dan workshop terkait data proyeksi iklim," ujar Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Jumat (19/11).
Dwikorita mengatakan rencana aksi tersebut didasari bahwa Indonesia sangat rentan terhadap dampak perubahan iklim. Merujuk data Intergovernmental Panel on Climate Change atau IPCC menunjukkan bahwa suhu bumi saat ini telah mencapai level yang belum pernah terjadi sebelumnya setidaknya dalam 2.000 tahun terakhir.
Ia memperkirakan, suhu bumi akan mencapai atau melampaui batas 1,5 derajat Celsius di atas level pra-industri, antara tahun 2021 dan 2040. Di bawah skenario emisi tinggi, ambang batas 1,5 derajat Celsius ini akan dicapai dalam waktu yang lebih singkat lagi.
Adapun dampak tersebut telah terjadi, terutama peningkatan cuaca ekstrem dan kejadian iklim ekstrem, kenaikan suhu udara, berkurangnya tutupan salju di puncak Jayawijaya dan naiknya permukaan air laut.
Menurut dia, perubahan iklim tersebut sangat berdampak pada Indonesia yang merupakan negara kepulauan yang terdiri dari banyak pulau-pulau kecil, dan memiliki curah hujan tahunan yang tinggi.
"Kondisi ini membutuhkan adaptasi dan mitigasi perubahan iklim untuk mengurangi dampak bencana hidrometeorologi dan menurunkan emisi gas rumah kaca. Indonesia berkomitmen dan bekerja keras untuk menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 29 persen menjadi 41 persen dari skenario business-as-usual pada tahun 2030," kata Dwikorita.
Sehingga Dwikorita mengatakan dalam ketidakpastian kondisi iklim ke depan, yang perlu disediakan adalah data proyeksi iklim dan diturunkan dari resolusi global menjadi resolusi tinggi dengan beberapa skenario proyeksi iklim, sehingga dapat menentukan strategi dan perencanaan yang tepat di masa mendatang.
Untuk mendapatkan data proyeksi iklim, BMKG menggelar lokakarya yang diselenggarakan secara daring dari tanggal 15-17 November 2021. BMKG bekerja sama dengan Ramkhamhaeng University Center of Regional Climate Change and Renewable Energy (RU-CORE), Bangkok, Thailand dan Department of Earth Sciences and Environment The National University of Malaysia dan CORDEX-SEA.
Lokakarya tersebut memiliki beberapa tujuan, di antaranya adalah mensosialisasikan kegiatan CORDEX dalam memajukan ilmu pengetahuan dan penerapan downscaling iklim regional khususnya di Asia Tenggara.
Kemudian, mempererat kegiatan dan kemajuan CORDEX-SEA dalam memajukan ilmu pengetahuan dan penerapan downscaling iklim regional di Asia Tenggara melalui kemitraan regional.
Selain itu juga untuk berbagi informasi tentang beberapa hasil publikasi yang telah dilakukan di beberapa negara di Asia Tenggara yang menggunakan data CORDEX-SEA untuk menghasilkan informasi iklim dalam menangani isu-isu terkait perubahan iklim di kawasan dan berbagi informasi tentang aplikasi potensial data CORDEX-SEA resolusi tinggi.
(mdk/eko)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kelembamban udara tinggi dan angin cenderung rendah sehingga menyebabkan suhu yang dirasakan meningkat dan menyebabkan tubuh merasa tidak nyaman.
Baca SelengkapnyaKondisi ini akibat di wilayah ibu kota Provinsi Sumatera Utara tersebut sudah masuk musim kemarau terhitung sejak Januari tahun ini.
Baca SelengkapnyaBadan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) berbicara soal potensi angin puting beliung ekstrem muncul di DKI Jakarta.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Indonesia lebih awal menginisasi beberapa aksi pengendalian perubahan iklim.
Baca SelengkapnyaAksi yang melibatkan beberapa unsur masyarakat itu merupakan langkah nyata untuk menuju Indonesia Maju.
Baca SelengkapnyaWilayah Indonesia tidak mengalami gelombang panas, karena berada di wilayah ekuator dengan kondisi geografis kepulauan dan dikelilingi perairan luas.
Baca SelengkapnyaDari catatan Badan Meterorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Geofisika kelas II Pasuruan, gempa bumi susulan Bawean sudah mencapai 229 kali.
Baca SelengkapnyaSungai atmosfer ini memiliki lebar berkisar antara 400 hingga 600 kilometer dan biasanya terbentuk di lautan tropis.
Baca SelengkapnyaBMKG minta masyarakat waspada cuaca ekstrem periode 3-10 Januari 2024
Baca Selengkapnya