Berpolitik tanpa bermusuhan (3): Soekarno dan Hatta
Merdeka.com - Pertentangan antara Soekarno-Hatta dalam kabinet Ali Sastroamidjojo II mengalami puncaknya yaitu dengan pengunduran diri Hatta dari posisi sebagai wakil presiden pada 1 Desember 1956. Pengunduran diri Bung Hatta dinilai merupakan kumpulan akumulasi dari beberapa konflik yang terjadi antara Bung Hatta dengan Soekarno yang tidak bisa diakhiri.
Meskipun dikenal dekat, Soekarno dan Hatta seringkali terlibat pertentangan pendapat. Itu terjadi sejak mereka aktif dalam organisasi pergerakan pemuda menentang kolonialisme Belanda hingga akhirnya Bung Hatta mengundurkan diri dari pemerintahan.
Tipikal keduanya memang berbeda. Soekarno adalah seorang solidarity maker yaitu seorang pemimpin yang pandai menarik simpati massa dan menggerakkan mereka untuk tujuan tertentu, sedangkan Hatta adalah seorang administrator yang ahli dalam penyelenggaraan negara.
Kedua tokoh ini mempunyai perbedaan pandangan satu sama lain, terutama strategi dan orientasi politik keduanya. Disatu sisi Bung Karno ingin melanggengkan dominasinya meneruskan perjuangan revolusi, pada sisi lainnya Bung Hatta telah berpikir maju untuk segera mengakhiri Revolusi menuju kearah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya.
Setelah pengunduran diri Hatta, apakah kemudian hubungan kedua tokoh tersebut menjadi renggang? Rupanya tidak. Pada saat Bung Hatta sakit, Bung Karno selalu berpikir untuk perawatan terbaik bagi Bung Hatta .
Keduanya beserta keluarga juga kerap makan bersama. Seperti diceritakan Hatta dalam "Bung Hatta Menjawab", pada awal tahun 1958, waktu itu Bung Karno mau pergi istirahat ke Tokyo. Dia bertemu dengan istri Bung Hatta dan mengatakan kepada Rahmi Hatta, "Oom mau pergi istirahat ke Tokyo. Kapan oom mau diundang makan sebelum berangkat?" Rahmi Hatta menjawab: "Nantilah, saya bicarakan dulu dengan Kang Hatta kapan dia sempat". Kemudian setelah dibicarakan, Bung Hatta menyampaikan: "baiklah, kalau memang akan ke Tokyo, singgalah ke rumah"
Bung Hatta kemudian bercerita. "Maka datanglah Bung Karno makan ke rumah, sebelum berangkat ke Tokyo. Dan sebelum makan, saya katakan: "sebelum makanan siap marilah sebentar kita bicarakan masalah PKI ini'. Saya katakan selanjutnya: "Kalau begini terus menerus, Negara ini kau sampaikan kepada PKI. Kau naikkan PKI dengan cara 'kuda berkaki empat' (kabinet PKI ikut di dalamnya)". Tuntutan PKI masuk kabinet "kuda berkaki empat" itu dinyatakan dengan coretan-coretan yang berisi tuntutan PKI agar masuk dalam kabinet waktu itu. Saya seperti diketahui, terus menerus tidak setuju dan mengritik pikiran-pikiran yang demikian."
Meskipun terus menyampaikan kritik, hubungan Soekarno dan Hatta secara pribadi tetaplah erat. Pandangan politik boleh beda, tetapi keduanya tak pernah dendam dan tidak punya sifat pendendam.
(mdk/tts)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sesaat setelah diberi pangkat, Soeharto mengabadikan momen dengan sosok jenderal bintang 4.
Baca SelengkapnyaSuhartoyo meminta semua pihak untuk hadir dan mendengrkan kesaksian dari empat menteri terkait.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Menegaskan kedekatannya dengan Soeharto, Prabowo mengaku jika dia kerap melakukan makan siang bersama.
Baca SelengkapnyaSaat menyebut Soeharto, Prabowo mengaku cukup kenal.
Baca SelengkapnyaAri lantas mengutip pernyataan Ganjar agar persatuan Indonesia harus terus dibangun melalui kedewasaan berdemokrasi dan berpolitik.
Baca SelengkapnyaPria berdarah Bone ini telah meniti karier dari politik sebagai menteri perindustrian hingga menjadi Panglima ABRI yang satu-satunya dari Sulawesi.
Baca SelengkapnyaJarang tersorot, berikut adalah potret kebersamaan enam anak Presiden Soeharto.
Baca SelengkapnyaDua sosok Jenderal TNI bintang lima ini ternyata pernah jadi atasan dan bawahan. Simak karier keduanya hingga mampu meraih penghargaan tertinggi militer.
Baca Selengkapnya