Aktivis gelar solidaritas untuk korban antitambang di Lumajang
Merdeka.com - Para aktivis LSM, seniman dan mahasiswa di Malang menggelar aksi solidaritas atas aksi pembunuhan sadis aktivis antitambang di Lumajang, Jawa Timur. Mereka menggelar orasi, mengutuk tindakan premanisme terhadap warga petani Desa Selok Awar-Awar, Kecamatan Pasirian, Kabupaten Lumajang.
Massa yang menamakan diri Sedulur Tunggal Roso itu menyampaikan tuntutan proses hukum atas tewasnya Salim alias Kancil (52) dan Tosan (51), yang kini dalam perawatan di rumah sakit.
"Kami mengutuk dan mengecam keras tindakan penganiayaan tidak manusiawi ini," kata koordinator aksi, Abdurrahman Sofyan di Balaikota Malang, Senin (28/9).
Kedua korban adalah petani yang gigih bertahan tetap melawan dan menolak aktivitas tambang pasir golongan B di pesisir pantai Watu Pecak. Salim dikeroyok dan dianiaya hingga meninggal dunia oleh para preman pada Sabtu (26/9). Jasadnya ditemukan tewas tergeletak di pinggir jalan setelah diculik oleh segerombolan orang.
Korban Tosan (51) dalam kondisi terluka parah dan dirawat di rumah sakit di Malang. "Mereka adalah petani yang sedang memperjuangkan ekologis bagi kelangsungan hidup. Tidak layak diperlakukan secara premanisme. Seperti zaman PKI saja, para aktivis dibunuh dan dihabisi," katanya.
Para peserta aksi membawa sejumlah poster tuntutan di antaranya, Segera Tangkap Aktor Intelektual, Pemprov Jatim Segera Tertibkan Tambang, Hentikan Eksploitasi Tambang, Lawan Mafia Tambang, Pray for Salim.
Massa juga membawa kain putih yang dibentangkan di jalan. Sementara di tengah kain putih tersebut tergeletak foto almarhum Salim, bertabur bunga. Para aktivis satu per satu membubuhkan tanda tangan sebagai bentuk solidaritas.
"Perjuangan Salim untuk generasi yang akan datang, kita berharap tidak akan terjadi lagi. Bayangkan kalau Salim Kancil ini saudara, anak-anak kita yang akan terus didera ketakutan," katanya.
Massa mendesak Pemerintah Kabupaten Lumajang dan Pemerintah Daerah Jawa Timur untuk menghentikan seluruh kegiatan penambangan. Selain itu juga mendesak polisi mengusut dan memproses hukum pelaku penganiayaan serta membongkar aktor intelektualnya.
"Kami mendesak Komnas HAM untuk melakukan investigasi menyeluruh terkait pelanggaran hak warga," katanya.
Sementara itu aktivis Malang Corruption Watch (MCW), Lutfi J Kurniawan menduga pelaku penganiayaan adalah orang yang memiliki akses secara politik. Kasus pembunuhan Salim sudah terencana dan menjadi ancaman bagi mereka.
"Banyak sekali kasus pertambangan yang memunculkan masalah. Kasus ini tidak serta merta datangnya, tetapi sudah didesain, dilakukan secara berurutan. Ini dilakukan oleh orang yang mempunyai akses secara politis," katanya.
(mdk/hhw)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Masyarakat Kaltim Berhasil Jaga Kondusifitas Pasca Pemilu 2024
Baca SelengkapnyaJusuf Kalla atau JK menduga ada pengkondisian suara rakyat bila melihat hasil pemilu 2024.
Baca SelengkapnyaTim SAR gabungan menemukan jasad korban banjir bandang di Kecamatan Suli, Kabupaten Luwu. Korban diidentifikasi sebagai Suardi (70) dan Mutmita (5).
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Ketika dikonfirmasi soal pelaku adalah orang dengan gangguan jiwa (ODGJ), polisi masih melakukan pendalaman.
Baca SelengkapnyaRamai sajadah dijadikan sebagai alat kampanye, tuai sorotan di media sosial.
Baca SelengkapnyaKubu Dito menyebut majelis hakim sudah menetapkan terdakwa tetap ditahan di Rumah Tahanan Salemba Cabang Kejaksaan Agung.
Baca SelengkapnyaSecara teknis, MK memberi kesempatan yang sama seperti yang dilakukan oleh pemohon 1 yaitu Tim Hukum Nasional Anies-Muhaimin kemarin.
Baca SelengkapnyaIstri Lettu Agam sebelumnya ditetapkan sebagai tersangka dan dijerat UU ITE usai memviralkan dugaan perselingkuhan suaminya.
Baca SelengkapnyaOrganisasi kelompok anti-Pancasila sudah dibubarkan, tapi sel-sel mereka masih terus bergerak di bawah tanah.
Baca Selengkapnya