Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Profil

Muhammad Yusuf Abdulrahman

Profil Muhammad Yusuf Abdulrahman | Merdeka.com

Berawal dari kehidupan petani yang cinta pendidikan, Muhammad Yusuf Abdulrahman memulai karirnya di bidang pendidikan saat ia mendapati bahwa banyak kawan setanah kelahirannya yang tengah kuliah di Fakultas Keguruan Sastra dan Seni Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Malang, memutuskan untuk berhenti kuliah karena tidak adanya dana, ide untuk mendirikan sekolah atau memberikan pendidikan yang murah dan terjangkau pun digagas.

Menjabat sebagai rektor Universitas Khairun, Ternate, sejak tahun 1983, gagasan pria kelahiran Ternate, 19 Agustus 1938 ini bisa dikatakan cukup gila mengingat tidak biasanya seorang pengelola yayasan swasta mau bersusah-susah dalam memperjuangkan yayasan yang dipimpinnya. Kebanyakan, para pengelola yayasan akan berlomba-lomba untuk mendapatkan dan menguasai aset yayasan. Namun, ternyata tidak begitu bagi Yusuf. Berkeinginan untuk memajukan sistem pendidikan yang ada di Maluku Utara khususnya Ternate, serta kekhawatiran Yusuf pada aset yang barang kali nanti akan salah urus, diperebutkan, dan diperjualbelikan, Yusuf pun menemui presiden Megawati untuk meminta penggantian status Universitas Khairun dari swasta menjadi negeri. Bersama rektor Rifai Umar (Yusuf mengundurkan diri dari jabatan rektor pada tahun 1998 karena merasa terlalu lama menjabat), Yusuf menemui Megawati dan mengutarakan maksud yang pada Maret 2004 akhirnya turun sebuah Surat Keputusan Presiden Megawati Soekarnoputri yang menegaskan perubahan Universitas Khairun menjadi universitas negeri.

Tak cukup sampai di sana, ayah dari Yayang Maskur, Dadang Saifullah, Nur Hasanah, Muhammil Sun'an, dan Udan Irsadi ini pun juga menggagas pendirian sebuah sekolah yang ia beri nama SMA Unggulan Baabullah. Di sekolah tersebut, Yusuf tidak membebankan siswa dengan biaya sekolah, tapi membayar guru dengan bayaran yang tinggi. Hal ini diakui suami dari Maryam bertujuan untuk memajukan pendidikan warga Maluku Utara. Ia menambahkan bahwa pendidikan adalah hak setiap warga negara sehingga jika biaya pendidikan mahal, maka warga Maluku Utara sudah bisa dipastikan lebih memilih untuk tidak mengenyam bangku pendidikan dibandingkan bersekolah dengan biaya sekolah yang mahal. 

Berhasil mendapatkan SK dari presiden bukan berarti Yusuf dapat bergembira ria karena ia harus memikirkan bagaimana operasional universitas dan sekolah yang ia gagas tersebut. Maka, jalan yang ia tempuh akhirnya adalah mendatangi para pengusaha perkebunan yang terkenal berada untuk meminjam uang selain mendapatkan biaya dari pemerintah daerah setempat setiap bulannya. Berawal dari kepercayaan antara Yusuf, pemerintah daerah, serta pengusaha perkebunan, akhirnya Universitas Khairun dan SMA Baabullah pun dapat beroperasi. Beruntung usaha Yusuf tak sia-sia. Sampai saat ini, Universitas Khairun telah memiliki ribuan mahasiswa yang terdaftar, sedangkan SMA Baabullah pada angkatan pertama baru mewisuda 25 siswa. 

Ketelatenan Yusuf dalam mengelola sistem pendidikan di Maluku Utara memang tidak membuahkan penghargaan, tapi ide yang ia gagas dengan susah payah nyatanya mampu melambungkan nama dan perjuangannya. SMA Baabullah yang ia gagas pun akhirnya berubah nama menjadi SMA Negeri 8 Maluku Utara setelah ia berhasil meluluskan beberapa siswa yang disiplin waktu, bekerja keras, dan berprestasi sesuai dengan visi misi awal dari terbentuknya sekolah tersebut.

Kini, Yusuf memang sudah pensiun, namun pria yang sempat menjabat sebagai Anggota Badan Pekerja Majelis Permusyawaratan Rakyat Serikat (1966-1971) ini masih kerap kali dimintai tolong oleh para pendidik dan pakar pendidikan untuk membagi buah pikirannya dan mempersilakan bagi kaum muda yang ingin berdiskusi di rumahnya.

Riset dan Analisa: Atiqoh Hasan

Profil

  • Nama Lengkap

    Muhammad Yusuf Abdulrahman

  • Alias

    Yusuf

  • Agama

    Islam

  • Tempat Lahir

    Ternate

  • Tanggal Lahir

    1938-08-19

  • Zodiak

    Leo

  • Warga Negara

    Indonesia

  • Istri

    Mariam

  • Anak

    Yayang Maskur, Dadang Saifullah, Nur Hasanah, Muhammil Sun'an, Udan Irsadi

  • Biografi

    Berawal dari kehidupan petani yang cinta pendidikan, Muhammad Yusuf Abdulrahman memulai karirnya di bidang pendidikan saat ia mendapati bahwa banyak kawan setanah kelahirannya yang tengah kuliah di Fakultas Keguruan Sastra dan Seni Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Malang, memutuskan untuk berhenti kuliah karena tidak adanya dana, ide untuk mendirikan sekolah atau memberikan pendidikan yang murah dan terjangkau pun digagas.

    Menjabat sebagai rektor Universitas Khairun, Ternate, sejak tahun 1983, gagasan pria kelahiran Ternate, 19 Agustus 1938 ini bisa dikatakan cukup gila mengingat tidak biasanya seorang pengelola yayasan swasta mau bersusah-susah dalam memperjuangkan yayasan yang dipimpinnya. Kebanyakan, para pengelola yayasan akan berlomba-lomba untuk mendapatkan dan menguasai aset yayasan. Namun, ternyata tidak begitu bagi Yusuf. Berkeinginan untuk memajukan sistem pendidikan yang ada di Maluku Utara khususnya Ternate, serta kekhawatiran Yusuf pada aset yang barang kali nanti akan salah urus, diperebutkan, dan diperjualbelikan, Yusuf pun menemui presiden Megawati untuk meminta penggantian status Universitas Khairun dari swasta menjadi negeri. Bersama rektor Rifai Umar (Yusuf mengundurkan diri dari jabatan rektor pada tahun 1998 karena merasa terlalu lama menjabat), Yusuf menemui Megawati dan mengutarakan maksud yang pada Maret 2004 akhirnya turun sebuah Surat Keputusan Presiden Megawati Soekarnoputri yang menegaskan perubahan Universitas Khairun menjadi universitas negeri.

    Tak cukup sampai di sana, ayah dari Yayang Maskur, Dadang Saifullah, Nur Hasanah, Muhammil Sun'an, dan Udan Irsadi ini pun juga menggagas pendirian sebuah sekolah yang ia beri nama SMA Unggulan Baabullah. Di sekolah tersebut, Yusuf tidak membebankan siswa dengan biaya sekolah, tapi membayar guru dengan bayaran yang tinggi. Hal ini diakui suami dari Maryam bertujuan untuk memajukan pendidikan warga Maluku Utara. Ia menambahkan bahwa pendidikan adalah hak setiap warga negara sehingga jika biaya pendidikan mahal, maka warga Maluku Utara sudah bisa dipastikan lebih memilih untuk tidak mengenyam bangku pendidikan dibandingkan bersekolah dengan biaya sekolah yang mahal. 

    Berhasil mendapatkan SK dari presiden bukan berarti Yusuf dapat bergembira ria karena ia harus memikirkan bagaimana operasional universitas dan sekolah yang ia gagas tersebut. Maka, jalan yang ia tempuh akhirnya adalah mendatangi para pengusaha perkebunan yang terkenal berada untuk meminjam uang selain mendapatkan biaya dari pemerintah daerah setempat setiap bulannya. Berawal dari kepercayaan antara Yusuf, pemerintah daerah, serta pengusaha perkebunan, akhirnya Universitas Khairun dan SMA Baabullah pun dapat beroperasi. Beruntung usaha Yusuf tak sia-sia. Sampai saat ini, Universitas Khairun telah memiliki ribuan mahasiswa yang terdaftar, sedangkan SMA Baabullah pada angkatan pertama baru mewisuda 25 siswa. 

    Ketelatenan Yusuf dalam mengelola sistem pendidikan di Maluku Utara memang tidak membuahkan penghargaan, tapi ide yang ia gagas dengan susah payah nyatanya mampu melambungkan nama dan perjuangannya. SMA Baabullah yang ia gagas pun akhirnya berubah nama menjadi SMA Negeri 8 Maluku Utara setelah ia berhasil meluluskan beberapa siswa yang disiplin waktu, bekerja keras, dan berprestasi sesuai dengan visi misi awal dari terbentuknya sekolah tersebut.

    Kini, Yusuf memang sudah pensiun, namun pria yang sempat menjabat sebagai Anggota Badan Pekerja Majelis Permusyawaratan Rakyat Serikat (1966-1971) ini masih kerap kali dimintai tolong oleh para pendidik dan pakar pendidikan untuk membagi buah pikirannya dan mempersilakan bagi kaum muda yang ingin berdiskusi di rumahnya.

    Riset dan Analisa: Atiqoh Hasan

  • Pendidikan

    • Fakultas Keguruan Sastra dan Seni Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Malang, 1966-1970
    • Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Hasanuddin, Manado, 1960-1964
    • Fakultas Sastra Universitas Indonesia, 1958-1960
    • Sekolah Guru Atas, Malang, 1955-1958

  • Karir

    • Rektor Universitas Khairun, Ternate, 1983-1998
    • Anggota Badan Pekerja Majelis Permusyawaratan Rakyat Serikat, 1966-1971
    • Ketua DPD Golongan Karya, Maluku Utara, 1977-1984
    • Pegawai Departemen Dalam Negeri bidang Otonomi Daerah, 1960-1994

  • Penghargaan

Geser ke atas Berita Selanjutnya