Mental Fore Besarkan Kopi Digital
Merdeka.com - Hari gini siapa yang tidak minum kopi. Kalangan tua hingga milenial muda menggandrungi minuman ini. Bentuknya pun semakin bervariasi. Meminum kopi kini sudah menjadi gaya hidup di Indonesia. Bahkan dunia.
Besarnya pangsa pasar membuat kedai kopi kini bertebaran di penjuru negeri. Dari perkotaan sampai pedesaan. Mulai dari kedai tradisional sampai modern, Indonesia pun tak mau ketinggalan. Sederet kedai kopi lengkap hadir di Tanah Air.
Fore menjadi salah satu pemain di industri kopi saat ini. Robin Boe, sang pendiri, berambisi seluruh masyarakat Indonesia bisa meminum kopi enak dengan harga ramah dan mudah dijangkau. Salah satu caranya melalui bantuan teknologi.
Fore Coffee ©2020 Merdeka.com/Imam BuhoriProses perkenalan Robin dengan kopi dimulai sekitar 11 tahun lalu. Bisa dibilang tak sengaja. Berawal dari rasa penasarannya saat melihat biji kopi, Robin mulai mempelajari buah yang katanya mirip Cherry merah.
"Saat melewati kebun kopi, saya penasaran. Dari situ saya sering bertanya, bagaimana cara tanamnya, olahnya. Pada saat itu, petani memberi saya sample (contoh), dari petik, buka buahnya, jemur, gongseng, sampai diolah, itu menyenangkan bagi saya. Di situ saya mulai mencintai kopi," ujarnya kepada merdeka.com saat ditemui di kantor Fore, Jumat pekan lalu.
Melihat peluang bisnis, Robin lalu mencoba mencari tahu apa yang bisa digarap dari kopi. Delapan tahun kemudian dia memutuskan membuka bisnis kopi pertamanya, Otten Coffee. Ya, memang bukan Fore. Robin memilih bisnis kopi pertamanya bergerak pada bidang penyediaan alat-alat pembuat kopi dan penjualan biji kopi secara daring.
"Setelah itu, berjalan 3 tahun, kita coba buka offline store. Karena kita melihat orang-orang susah beli mesin di online. Jadi offline itu lumayan penting buat Otten Coffee sendiri. Jadi kita buka store di luar dari medan. Yang pertama itu di daerah Senopati, Jakarta," jelasnya.
Cerita Fore Bermula
Barulah pada 2018, Robin memutuskan membangun Fore. Dia mengaku penanam modal Otten Coffee turut andil dalam keputusannya membangun Fore. "Sebenarnya ide di balik ini (Fore) juga dibantu sama investor (Otten Coffee). Juga untuk pendanaannya," ucap Robin.
Memulai dari bilik berukuran 2x2 meter di lantai 2 Otten Coffee, Fore kini telah menggurita dengan memiliki ratusan gerai. Fore pun telah membuka lapangan kerja bagi ribuan orang. Robin mengaku ekspansifnya Fore disokong oleh besarnya kepercayaan investor baik dari dalam maupun luar negeri.
"Nama Fore itu, dari forest awalnya. Kita inginnya Fore itu seperti forest. Seperti pohon yang bisa menghidupi area-area sekitarnya," ujar Robin saat menceritakan asal usul nama Fore.
CEO Fore Coffee Robin Boe 2020 Merdeka.com/Imam Buhori
Resep Sukses Bangun Fore
Robin menceritakan rahasia suksesnya membangun Fore sejauh ini adalah inovasi produk dan pemanfaatan teknologi. Dia tak memungkiri persaingan bisnis kopi sangat ketat saat ini. Maka dari itu, Robin berusaha tampil beda melalui inovasi.
Inovasi pertamanya ialah dalam desain gerai. Desain gerai Fore, menurutnya, mengusung konsep hutan sehingga di setiap toko memiliki kebun vertikal (vertical garden). Selain itu, Fore mengusung konsep minimalis dan futuristik untuk gerainya. "Itu menunjukkan masa depan," imbuhnya.
Fore Coffee 2020 Merdeka.com/Imam Buhori
Kunci kedua ialah pemanfaatan teknologi. Robin percaya peran teknologi vital dalam melejitkan setiap bisnis. Lewat teknologi, pelanggan juga mendapat pengalaman berbeda dari kedai kopi sejenis. Berkat teknologi, Fore juga mampu menyesuaikan kecenderungan keinginan pelanggannya.
"Dengan adanya teknologi, kita bisa tahu posisi customer kita ada di mana. Terus kita buka (gerai Fore) sesuai lokasi customer. Setelah itu kita bisa belajar dari customer behavior. Kita bisa kasih customer promosi-promosi yang berbeda berdasarkan apa yang mereka pesan," jelasnya.
2020 Merdeka.com
"Jadi kita percaya coffee for life itu dibantu dengan teknologi. That's way futuristik dan vertical garden itu kita gabungkan konsepnya," tambah Robin.
Alami Banyak Kegagalan
Robin bercerita, layaknya bisnis pada umumnya, proses membangun Fore bukan tanpa kendala. Sejumlah kegagalan pernah dialaminya. Namun, semangat pantang menyerah tetap dipegang. "Oh iya sering gagal. Namanya startup ya," tegasnya.
Salah satu kegagalan yang dialami yakni pada proses membangun aplikasi. Kesalahan sistem kerap timbul. "Sampai customer, feedback minumannya rasanya bagaimana. Dari harga, kita juga trial and error, awal harganya sekian sekarang sekian. Dari ukuran. Banyak yang kita pelajari."
Fore Coffee 2020 Merdeka.com/Imam Buhori
Robin mengakui sempat stress ketika harus berhadapan dengan kegagalan. Akan tetapi, dia tidak ingin larut terlalu lama. Sebisa mungkin dia mencari akar permasalahan dan memperbaikinya.
"Biasanya jika lagi down atau stress banget, saya juga meditasi untuk menenangkan pikiran," imbuhnya.
Serap 1.000 Tenaga Kerja
Robin bersyukur Fore turut berkontribusi pada perekonomian nasional. Di mana, dengan kepemilikan 132 gerai saat ini, Fore mampu menyerap sekitar 1.000 tenaga kerja.
Selain membuka lapangan kerja, Fore juga disebutnya membantu memberdayakan petani lokal. Sebab, kopi yang menjadi bahan baku produk dibelinya langsung ke petani.
"Kita menggunakan kopi yang berkualitas dari Indonesia. Sumbernya langsung dari petani. Rostingnya di fasilitas sendiri," ujar Robin.
Pegawai Fore Coffee 2020 Merdeka.com/Imam Buhori
Fore tengah berencana melakukan ekspansi ke sejumlah kota di Indonesia. Seperti ke Indonesia Timur. Saat ini, gerai Fore baru berada di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi (Jabodetabek), Surabaya, Medan, dan Bandung. Walau diakui, ekspansi bukanlah fokus utama Robin.
"Gerai bukan prioritas buat Fore. Kita lebih penting dalam upaya menjaga kualitas dan keberlanjutan konsumsi pelanggan."
Robin menambahkan Fore memiliki 3 jenis gerai. Leisure store, grab and go, dan kitchen. Leisure store terbanyak berada di pusat perbelanjaan yang memang membutuhkan ruang luas. "Areanya lebih luas, di atas 100 meter. Ada tempat duduk, ada wifi dan sebagainya," ucap Robin.
Sementara, grab and go lebih banyak berada di daerah perkantoran dan perumahan. "Terakhir yang kitchen itu cuma untuk pesan antar misal dari aplikasi Fore atau Gojek. Kitchen ini yang paling murah investasinya," bebernya.
Bisnis Kopi Tak Pernah Mati
Robin melihat bisnis kopi di Indonesia belum akan menemui senjakala. Sebab, kopi sudah menjadi minuman favorit dari generasi ke generasi. Bedanya memang dari sisi penyajiannya.
"Sekarang lebih gampang. Lebih terjangkau harganya dibandingkan merek-merek dari luar," ucapnya.
CEO Fore Coffee Robin Boe 2020 Merdeka.com/Imam Buhori
Kopi, menurutnya, sudah menjadi bagian hidup masyarakat Indonesia. Maka dari itu, umurnya akan lama. "Saya rasa untuk kopi, bukan minuman musiman, tapi minuman yang jangka panjang. Diminum terus-terusan. Lama-lama jadi lifestyle," jelas Robin.
Berkaca dari besarnya pasar Indonesia, membuat Robin masih memfokuskan Fore menggarap potensi di Tanah Air. Meski tak menutup kemungkinan ekspansi keluar negeri jika ada peluang. "Mau fokus dulu di Indonesia karena potensinya sangat besar."
Reporter Magang: Nurul Fajriyah
(mdk/ang)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Industri mesin sangrai kopi pun kini turut berkembang mengikuti perubahan zaman.
Baca SelengkapnyaDulunya jenis kopi ini menjadi favorit Ratu Belanda yang diproduksi khusus dari biji kopi terbaik.
Baca SelengkapnyaKopi bisa menjadi katalisator dari berbagai ide kreatif karena kandungan yang ada di dalamnya.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Areal panen kopi di Indonesia rata-rata seluas 1.25 juta ha/tahun.
Baca SelengkapnyaBegini sikap Prabowo Subianto saat minum kopi di tengah kampanye di Medan.
Baca SelengkapnyaBangunan itu mulai digunakan untuk penggorengan maupun penggulingan kopi pada tahun 1928
Baca SelengkapnyaMasyarakat perbatasan di Kecamatan Entikong, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat memilih belanja kebutuhan rumah tangga ke Malaysia dengan berjalan kaki.
Baca SelengkapnyaPenggemar game di Indonesia ditaksir mencapai 65 juta orang
Baca SelengkapnyaPotret pabrik kopi yang pernah jadi eksportir terbesar di dunia ternyata ada di Semarang.
Baca Selengkapnya