Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Lihai partai politik manfaatkan artis cantik

Lihai partai politik manfaatkan artis cantik Caleg seksi. ©2013kapanlagi.com

Merdeka.com - Sesungguhnya tidak banyak artis yang menjadi anggota DPR. Dari 560 anggota hasil Pemilu 2009, hanya ada 14 orang. Beberapa dikenal publik melalui pemberitaan politik, karena pernyataannya bermutu atau kinerjanya baik, seperti Tantowi Yahya dan Nurul Arifin (Partai Golkar), Miing Bagito, dan Rieke Dyah Pitaloka (PDIP).

Tentu sebagian besar yang lain tidak berdiam diri. Mereka sibuk menghadiri rapat, dan ikut serta kunjungan kerja. Tetapi kehadiran dan keikutsertaan mereka, tak lebih dari sekadar mengisi presensi. Kalau ditanya wartawan soal substansi pekerjaannya, jawabannya tidak bisa dikutip. “Ya, daripada memalukan,” kata wartawan DPR.

Jika memang demikian, mengapa partai politik berlomba-lomba memajukan artis dalam daftar calon anggota legislatif (caleg) DPR Pemilu 2014? Apakah partai tidak malu memiliki anggota DPR yang tidak bunyi, disfungsi mengemban amanat rakyat, atau gagal memperjuangkan kepentingan konstituen?

Pertanyaannya yang salah! Sebab, partai tidak pernah memikirkan punya anggota DPR hebat dari kalangan artis. Jangankan artis, dari kader sendiri saja yang dituntut partai adalah loyalitas, bukan kerja cerdas. Bagi partai, anggota DPR baik adalah mereka yang tidak banyak cingcong, selalu mengikuti garis partai.

Kepentingan partai mencalonkan artis adalah meraih banyak suara untuk mendapatkan kursi. Artis punya potensi besar mendulang suara buat partai yang mencalonkannya, karena mereka populer. Mereka dikenal luas masyarakat, sehingga kalau fotonya mejeng di surat suara, pemilih cenderung mencoblosnya, sebab pemilih tidak kenal dengan calon-calon lain.

Masalahnya, dari dua ratusan caleg artis pada Pemilu 2009, ternyata yang terpilih hanya 14 orang. Jadi persentase keberhasilan artis masuk Senayan sangat kecil. Tetapi itu bukan berarti artis tidak meraih suara. Suaranya cukup banyak, namun tidak cukup menandingi suara yang diperoleh kader utama partai. Akibatnya, banyak artis gagal meraih kursi. Di sinilah kelihaian partai politik dalam memanfaatkan artis.

Sebagaimana diketahui, dalam sistem proporsional daftar terbuka, penghitungan suara untuk dikonversi menjadi kursi berlangsung dua tahap.

Pertama, menghitung perolehan kursi partai berdasarkan perolehan suara masing-masing partai berdasar metode kuota atau BPP. Suara partai itu adalah hasil jumlah suara yang diperoleh masing-masing caleg ditambah suara yang diperoleh partai.

Kedua, setelah dipastikan perolehan kursi masing-masing partai, selanjutnya menentukan caleg yang mendapatkan kursi. Dalam hal ini berlaku ketentuan: kursi diberikan kepada caleg yang memperoleh suara terbanyak. Nah, di sinilah suara caleg artis gagal melampaui caleg utama, yang tak lain adalah kader yang diandalkan partai.

Dengan demikian bagi partai, peran pokok caleg artis adalah sebagai vote getter, yakni mendulang suara untuk menambah suara partai sehingga partai memperoleh kursi. Tetapi kursi yang diperoleh partai itu, akhirnya jatuh ke kader utama partai.

Apakah artis mengetahui bahwa dirinya hanya difungsikan sebagai vote getter oleh partai? Tentu saja ada yang paham. Tapi sebagian besar tidak. Mengapa? Ya, karena mereka tidak pernah terlibat urusan politik partai, tidak mengetahui siapa kader utama partai, dan tidak mengetahui peta persaingan antarcalon dan antarpartai.

Artis sehari-hari sibuk mengurus dunia keartisan. Mereka tidak punya waktu mempelajari buku politik dan pemilu; mereka tidak punya ruang untuk praktik politik. Bandingkan dengan Tantowi, Nurul, Miing dan Rieke, yang membutuhkan waktu setidaknya 5 tahun untuk menggumuli kehidupan partai sebelum jadi caleg. Mereka juga memiliki kercerdasan politik karena mau belajar dan rajin membaca.

Situasi itulah yang dimanfaatkan oleh partai, sehingga dengan mudah mereka bisa menyakinkan para artis untuk dimasukkan dalam daftar caleg. Mereka diiming-imingi predikat "wakil rakyat", yang bisa memperjuangkan kepentingan masyarakat selain kepentingan diri sendiri. Pekerjaan DPR adalah memutuskan, bukan membuat konsep kebijakan. Itu sudah ada timnya. So, ongkang-ongkang saja sudah membantu rakyat.

Lagi pula, jadi anggota DPR selalu jadi sorotan televisi. Lihat saja, bukan hanya Tantowi, Nurul, Miing dan Rieke, yang sering masuk televisi; artis-artis DPR yang lain, juga jadi sorotan kamera. Soal masuk televisinya di infotainment atau berita politik, itu tidak penting. Yang jelas jadi anggota DPR, artis semakin populer. Undangan dan kontrak pun berdatangan.

Ya, jadi anggota dewan memang mengenakkan. Artis cantik mana yang tidak tergiur bujuk raya itu.

(mdk/tts)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Berkali-kali Jadi Capres, Para Politikus Luar Negeri Ini Selalu Kalah dalam Pemilu, Ada yang Sampai 10 Kali
Berkali-kali Jadi Capres, Para Politikus Luar Negeri Ini Selalu Kalah dalam Pemilu, Ada yang Sampai 10 Kali

Berkali-kali Jadi Capres, Para Politikus Luar Negeri Ini Selalu Kalah dalam Pemilu, Ada yang Sampai 10 Kali

Baca Selengkapnya
Beda Nasib dengan Komeng, Berikut Perolehan Sementara Suara Opie Kumis hingga Dede Sunandar di Pemilu
Beda Nasib dengan Komeng, Berikut Perolehan Sementara Suara Opie Kumis hingga Dede Sunandar di Pemilu

Para pelawak itu bersaing memperebutkan suara dari daerah pemilihan masing-masing dengan kolega satu partai maupun partai politik lain.

Baca Selengkapnya
Memasuki Tahun Politik, Plt Ketum PPP Ajak Kader Ketuk Pintu Langit Jemput Kemenangan
Memasuki Tahun Politik, Plt Ketum PPP Ajak Kader Ketuk Pintu Langit Jemput Kemenangan

Dia mengajak semua pengurus dan kader bergandengan tangan dan bergerak menyapa masyarakat, raih elektoral secara maksimal, seraya terus mengetuk pintu langit.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Momen Canggung Hendi Ketika Didoakan Elektabilitas di Jateng Semakin Naik
Momen Canggung Hendi Ketika Didoakan Elektabilitas di Jateng Semakin Naik

Hendi meraih tingkat elektabilitas sebesar 23,21% sebagai nama potensial dalam pilgub Jateng 2024.

Baca Selengkapnya
Menangkan Pilkada 2024, Cak Imin Tegaskan PKB Terbuka Koalisi dengan Siapa saja
Menangkan Pilkada 2024, Cak Imin Tegaskan PKB Terbuka Koalisi dengan Siapa saja

Cak Imin menegaskan partainya terbuka berkoalisi dengan partai politik manapun.

Baca Selengkapnya
Daftar Caleg Artis yang Gagal Lolos ke Senayan, Ada Anang Hermansyah, Aldi Taher hingga Thariq Halilintar
Daftar Caleg Artis yang Gagal Lolos ke Senayan, Ada Anang Hermansyah, Aldi Taher hingga Thariq Halilintar

Pemilu 2024 kembali diramaikan dengan perlombaan para artis untuk mendapatkan kursi sebagai anggota legislatif.

Baca Selengkapnya
Ini Daftar Caleg Dapil Banten Lolos Senayan, Ada Nama Dasco hingga Airin
Ini Daftar Caleg Dapil Banten Lolos Senayan, Ada Nama Dasco hingga Airin

Pengumuman hasil rekapitulasi nasional perolehan suara Pilpres dan Pileg 2024, berdasarkan berita acara KPU nomor 218/PL.01.08-BA/05/2024.

Baca Selengkapnya
Contoh Koalisi Partai Politik Sebagai Penentu Pembentukan Pemerintahan Kuat, Kenali Bedanya dengan Oposisi
Contoh Koalisi Partai Politik Sebagai Penentu Pembentukan Pemerintahan Kuat, Kenali Bedanya dengan Oposisi

Berikut contoh koalisi Partai Politik dan kenali perbedaan dengan oposisi.

Baca Selengkapnya
4 Partai Pemenang Pemilu 1955, Berikut Sejarah dan Hasil Suaranya
4 Partai Pemenang Pemilu 1955, Berikut Sejarah dan Hasil Suaranya

Pemilu 1955 memiliki peran penting dalam sejarah Indonesia karena hasil pemilu tersebut menjadi dasar pembentukan negara Kesatuan Republik Indonesia.

Baca Selengkapnya