Airmata buaya, buaya darat dan buaya pasar
Merdeka.com - Gak dinyana, ada cocoklah nujuman merdeka.com 'Hari Pemilu Yang Susah Dilayani Kemauannya': Umumnya, hari maujud segenap partai peserta pemilu legislatif (pileg) itu klop sama hari penyelenggaraannya 9/4/2014, Rabu Pon. Terkecuali Gerindra, maujud 6/2/2008, Rabu Wage, berwuku Langkir. Sesuai klenikan warisan leluhur, Rabu ketemu Rabu itu buruk.
Juga, shionya pileg 9/4/2014 itu kuda, non-pasangannya Gerindra yang bershio tikus. Wajar, jika kuda kian sewot akibat jadi tunggangannya tikus berorasi politik di depan ribuan kader dan simpatisannya di Gelora Bung Karno barusan.
Maka maujudlah tulisan nasib itu. Gerindra merasa dibuaya-daratin oleh PDIP yang bercapreskan boneka dan berairmata buaya.
Tahun 2009, Gerindra dan PDIP membikin perjanjian Batu Tulis. Isinya, Prabowo mendukung penuh pencapresan Megawati dengan imbal balik pada tahun 2014 PDIP akan nyokong pencapresan Prabowo. Tapi sekarang, kok Jokowi dibonekakan nyapres 2014 oleh PDIP. Praktis, peluang Prabowo dibuaya-pasarkan.
Mungkin perlu diintip itu Presidensialismo Chileno. Berkat pilegnya bersistem binominal, maka dari sejak awalnya, tanpa harus ganti nama, partai-partai dipaksa berkoalisi secara tertulis, baik dalam penetapan caleg maupun capresnya. Michelle Bachelet yang berpresidenta sejak awal 2014 itu dari Partido Socialista. Tapi dalam pileg maupun pilpres yang diselenggarakan serentak akhir 2013 itu, Bachelet adalah capres kubu Nueva Mayoria (sebelumnya Concertacion de Partidos por la Democracia), yang sejak 1990 membuahkan 5 dari 6 presiden Cile, terdiri dari kongsiannya Partido Democrata Cristiana, Partido Socialista, Partido para la Democracia, Partido Radical Socialista, Partido Comunista, Iyquierda Ciudadana dan Movimiento al Socialismo.
Dalam kubu ini, di Camara de Diputados (DPR Cile), partidonya sang presidenta berkursi hanya 22 persen, sedangkan Partido Democrata Cristiana 33 persen. Gaibnya, perkoalisiannya gak berairmata buaya. Mungkin akibat perjanjiannya di Kertas Tulis dan bukan di Batu Tulis.
Kebobolan Gerindra itu akibat dari kelengahannya sendiri. Secara alam gaib, persekongkolannya dengan PDIP itu amat sukar. Maujudnya itu kabur. Di satu pihak, mengaku penerusnya PDI Orde Barusan, kelahiran 10/1/1973, Rabu Wage. Jika tanggal itu dijadikan acuan, maka produk gancetan Rabunya PDI sama Rabunya Gerindra adalah air mata jatuh ke perut alias berduka cita. Batu Tulis lalu maujud jadi Batuk Tuli.
Di lain pihak, kalau yang diakui itu tanggal deklarasinya 14/2/1999, maka PDIP bershio kelinci, non pasangannya tikus Gerindra. Karena Gerindra itu guremannya PDIP, maka alih-alih Batu Tulis ya Batur Turis.
Alhasil, Gerindra produk buaya daratan air mata buayanya PDIP itu lalu mbonek jadi air tenang jangan disangka tiada buaya. Maka, "Pilihannya jelas, 9 April nanti mau pilih Kurawa atau Pandawa," kata Prabowo. Alias: mau pilih kekurangwarasan atau jadi santapan dahaganya denawa.
Selain itu, apesnya Gerindra itu gara-gara bikin perjanjian Batu Tulis 15/5/2009, Jumat Pon, berwuku Tambir. Wataknya: gak bisa dijadikan tempat berlindung dan cita-citanya sering gak kesampaian. Dengan dibuaya-daratinnya Gerindra oleh airmata buayanya PDIP itu, bisalah dipastikan, bahwa pada saat nulis-nulis di batu itu, Gerindra khilaf bersesajen nasi uduk, berlaukkan pindang bebek dan ayam.
Sesungguhnya, kalau Gerindra tekun ber-merdeka.com, berbagai jenis kebuayaan akan enteng disongsong. Tapi, apa lacur, nasi sudah jadi bubur. Dan sebaiknya segera ndubur, agar gak mules. Sebenarnya, pencapresan Jokowi itu persoalan enteng. Gerindra mesti berjurus buaya melangsar bak buaya pasar. Peluangnya cantik.
Pertama, Jokowi pengen PDIP menang mutlak agar gampang mresiden. Kalau menang tipis susah katanya, karena ada tawar menawar. Menang mutlak dalam proporsional daftar terbuka suara terbanyak itu mustahil. Kedua, seperti kebiasaannya, ntar di tengah jalan, Jokowi bisa pindah jabatan. Misalnya Nyekjen PBB. Macam Ahok yang bakal nggubernur, maka buaya daratkan Jokowi presiden dan Prabowo berairmata buaya dululah buat ngewapres.
(mdk/tts)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Saluran Pipa Air Bersih Disetop Caleg Gagal, Walkot Cilegon Gandeng Pengelola PLTU Jawa 9&10 Bantu Warga
Warga Cisuru, Cilegon, Banten kerap mengeluhkan sulitnya mendapatkan air bersih
Baca SelengkapnyaHasil Survei Terbaru Ungkap Peta Kekuatan Partai, Skor Imbang Gerindra dan PDIP 3-3
Secara garis besar, Gerindra dan PDIP sama-sama unggul di enam kategori wilayah
Baca SelengkapnyaBintara Polisi Masih Bujangan saat Kenaikan Pangkat, Komandan Langsung Siram Air 'Ben Laku'
Momen lucu Bintara Polisi bujangan dan komandannya saat kenaikan pangkat. Disiram air supaya cepat laku. Begini ulasannya.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Beda dari yang Lain, Intip Keunikan Curug Ceret Naringgul di Cianjur yang Letaknya di Pinggir Jalan
Air terjun ini dijamin "menggoda" para pengguna jalan.
Baca SelengkapnyaSempat Tutup Akses Jalan karena Kecewa Hasil Pemilu, Caleg Gerindra Minta Maaf & Bongkar Tembok
Wawan berharap ke depannya pembangunan dan kesejahteraan masyarakat di desanya bisa tercapai.
Baca SelengkapnyaPDIP Catat Pengeluaran Dana Kampanye Terbanyak di Pemilu 2024, PSI Urutan Ketiga Setelah Gerindra
PDIP, Gerindra, PSI masuk dalam tiga besar partai kategori pengeluaran terbanyak selama Pemilu 2024.
Baca SelengkapnyaSuara Partai Meroket, Airlangga Hartarto Dinilai Sukses Kembalikan Kejayaan Golkar
Selisih Golkar dan juara bertahan PDIP hanya tipis
Baca SelengkapnyaDinilai Berpeluang Jadi Ketum Golkar, Ini Respons Khas Gibran
Cawapres Gibran Rakabuming Raka memberi jawaban khas saat ditanya soal peluangnya menjadi Ketua Umum Partai Golkar menggantikan Airlangga Hartarto.
Baca SelengkapnyaTak Kalah Indah dari Kawah Ijen, Intip Pesona Sungai Kalipait Bondowoso Mengalir Membelah Hutan dan Tebing Batu
Airnya sangat jernih hingga membuat dasar sungai tampak jelas
Baca Selengkapnya