Air gentong di kubur Habib Kuncung
Merdeka.com - Ruang berukuran sekitar 15 x 8 meter itu dipenuhi rombongan peziarah sebagian besar berpakaian serba putih. Ada sekitar 40 orang memadati ruangan. Tanpa aba-aba, mereka langsung duduk mengelilingi cungkup persegi panjang dari tembok bata.
Rombongan laki-laki duduk bersila, sedangkan perempuan bersimpuh. Kemudian salah satu dari mereka mulai merapal doa dalam bahasa arab dilanjutkan membaca surat Yasin, jamaah lain mengikuti. Mulanya, nada bacaannya pelan, namun perlahan terdengar cepat pada tiap ayat didaras.
Dengan kepala tertunduk dan mata sekali-sekali terpejam, suara-suara itu seolah diarahkan pada makam yang empat sisinya dipasangi tiang besi dan ditutupi kelambu hijau. Di sanalah tempat peristirahatan terakhir Habib Ahmad bin Alwi al-Haddad atau dikenal dengan nama Habib Kuncung.
Ahad siang pekan lalu itu matahari sudah terik. Kubur tidak jauh dari Mal Kalibata, Jakarta Selatan, ini semakin dipadati peziarah. Mengetahui masih ada pengunjung di dalam dan kondisinya penuh, peziarah baru datang hanya bisa menunggu di luar.
Lebih dari 50 orang menunggu di bawah atap dari fiber yang juga jalan menuju bangunan makam. “Tidak apa-apa, kita sama-sama berziarah agar bisa mendapatkan ketenangan batin, mungkin cara dan waktunya berbeda,” ujar Imran, 36 tahun, peziarah dari Pasar Minggu, Jakarta Selatan, juga antre hari itu.
Meski sudah lebih dari setengah jam, antrean peziarah di luar masih setia menunggu giliran. Hal itu tidak mengurangi kekhusyukan peziarah di dalam makam terus berdoa. Buktinya, setelah surat Yasin selesai dibacakan, langsung dilanjutkan tahlil dan salawat dengan iringan hadrah.
Tidak cukup sampai di situ, rombongan itu mengelilingi dan menyentuh batu nisan enam makam lainnya dalam ruangan itu. Bahkan, beberapa orang mencium nisan tiap pusara dengan berjalan jongkok.
Setelah selesai rombongan itu keluar dengan tertib tanpa banyak bicara. Ada yang langsung menghampiri kotak amal untuk memasukkan uang sumbangan. Yang lain menuju tiga deret gentong air untuk mengisi botol air kemasan berukuran 600 mililiter. Sisanya keluar menuju parkir kendaraan di luar makam.
Menurut anggota rombongan mengaku bernama Fauzi, 23 tahun, mereka berasal dari majelis taklim di Pancoran, Jakarta Selatan. Dia menjelaskan selain ziarah Habib Kuncung setiap bulan, jelang Ramadan ini, pengajiannya menziarahi makam-makam dianggap keramat di Jakarta dan Bogor. “Selain mengingat mati, ziarah makam itu untuk mencari berkah dengan cara berdoa,” kata Fauzi meyakinkan. Fauzi enggan menjelaskan apa makna air dari dalam gentong di makam itu. Namun, dia yakin air itu berkhasiat.
Saat rombongan Fauzi meninggalkan makam, peziarah lainnya langsung masuk, termasuk Imran. Sebelum memulai ritualnya, dia membbuka botol air kemasan. Meski ada peziarah lain, Imran hanya sendiri berdoa. Tidak mengikuti bacaan orang di sebelahnya. Kadang suaranya terdengar keras membaca tahlil dengan cepat. Setelah selesai, dia kembali menutup botol air kemasan dan meninggalkan kompleks makam.
Imran mengaku karyawan swasta ini datang bersama istrinya. Satu hal penting, menurut dia, saat berziarah pikiran dan hal-hal duniawi harus ditanggalkan. "Doa melalui orang berkaromah lebih diijabah karena mereka memiliki wasilah langsung dengan Sang Pencipta.
(mdk/fas)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Selain saluran air, ada juga sumur kuno yang ditemukan secara tidak sengaja oleh warga.
Baca SelengkapnyaBantuan air ini diberikan oleh Kemhan dan Unhan RI sebagai pengabdian untuk masyarakat.
Baca SelengkapnyaKabarnya, air yang ada di pemandian Umbul Manten bersumber dari dua buah mata air.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Sejumlah buah bisa jadi sajian yang tepat untuk berbuka puasa dan memenuhi kebutuhan air di tubuh dengan cepat.
Baca SelengkapnyaMenahan air kecil atau kencing saat perjalanan bisa memicu munculnya penyakit.
Baca SelengkapnyaMeski lezat dan penuh nutrisi, tidak semua orang bisa menikmati air kelapa. Dampak negatif bagi kesehatan adalah ancaman bagi orang-orang tertentu ini.
Baca SelengkapnyaCurug Bibijilan memang berbeda karena air terjunnya bisa dipanjat.
Baca SelengkapnyaWaktu terbaik mengunjungi air terjun ini adalah saat musim hujan
Baca SelengkapnyaAirnya jernih dengan pemandangan hutan dan bukit yang memanjakan. Lokasi ini cocok untuk healing dari hiruk pikuk perkotaan.
Baca Selengkapnya