Tinggalkan Hidup Enak di Istana, Ini Sosok Mbah Demang Keturunan Raja Bangkalan yang Memilih Jadi Warga Biasa
Dalam pengasingannya, ia berusaha menyembuyikan jati dirinya sebagai bangsawan.
sejarah![Tinggalkan Hidup Enak di Istana, Ini Sosok Mbah Demang Keturunan Raja Bangkalan yang Memilih Jadi Warga Biasa](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/1200x630/bg/newsOg/2024/4/18/1713426307946-tkc9ih.jpeg)
Dalam pengasingannya, ia berusaha menyembunyikan jati dirinya sebagai bangsawan.
![Tinggalkan Hidup Enak di Istana, Ini Sosok Mbah Demang Keturunan Raja Bangkalan yang Memilih Jadi Warga Biasa](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/480x/ori/feedImage/2024/4/18/1713424315439-vnwnt.jpeg)
Tinggalkan Hidup Enak di Istana, Ini Sosok Mbah Demang Keturunan Raja Bangkalan yang Memilih Jadi Warga Biasa
![Tinggalkan Hidup Enak di Istana, Ini Sosok Mbah Demang Keturunan Raja Bangkalan yang Memilih Jadi Warga Biasa](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/480x/ori/feedImage/2024/4/18/1713424631196-z4ma9.jpeg)
Sebelum menjadi kabupaten, Bangkalan dulunya berbentuk kerajaan yang dipimpin seorang sultan. Kehidupan bangsawan kerajaan tentu saja jauh lebih enak dibanding kaum pribumi biasa saat itu. Meski demikian, kehidupan nyaman tak menjamin seluruh anggota kerajaan betah tinggal di dalamnya.
Tinggalkan Kemewahan
Pangeran Cokrokusumo, putra ke-25 Sultan Bangkalan II meninggalkan kehidupan serba enak di kerajaan. Ia memilih hidup sangat sederhana berbaur dengan masyarakat biasa.
Alasan Tinggalkan Istana
Pada zaman itu sering terjadi pertikaian dan peperangan antar kelompok atau kerajaan akibat taktik adu domba yang dilakukan pemerintah Belanda.
Mengutip situs rodovid.org, Pangeran Cokrokusumo beranggapan bahwa memenuhi permintaan Pemerintah Hindia Belanda sama dengan menciptakan penderitaan bagi sanak keluarganya.
Di sisi lain, Pangeran Cokrokusumo sadar cepat atau lambat ia akan menerima giliran memimpin barisan Madura untuk melawan sesama bangsa pribumi.
Menolak tugas sama saja melawan pemerintah Hindia Belanda. Hal itu tentu saja akan berakibat buruk baginya.
Atas dasar itulah, akhirnya Pangeran Cokrokusumo memutuskan meninggalkan Bangkalan membawa istri, anak-anak dan kerabat dekatnya.
- Cerita Tukang Setrika Deg-degan Gosok Seragam Jenderal Bintang 2 'Saya Takut Ada yang Rusak'
- Kisah Hidup Basrizal Koto, Pengusaha Sukses Asal Pariaman yang Pernah Jadi Kernet Angkot
- Tak Menyangka Doanya Dikabulkan Tuhan, Ibu Pemulung 5 Anak Tinggal di Gubuk Pingir Kali Ini Nangis dan Sujud Syukur saat Dapat Rumah Baru
- Sisi Lain Pangeran Trunojoyo, Anak Bangsawan yang Menentang Kekuasaan Mataram dan Belanda tapi Berujung Mati Muda
- Respons Ma'ruf Amin Dituding Tak Ambil Peran di Pemerintahan: Saya Bukan Tipe Wapres yang Suka Tampil Atraktif
- Jokowi Yakin Timnas Indonesia Menang Lawan Irak Malam Ini
![Tinggalkan Hidup Enak di Istana, Ini Sosok Mbah Demang Keturunan Raja Bangkalan yang Memilih Jadi Warga Biasa](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/480x/ori/feedImage/2024/4/18/1713425418522-jk5xm.jpeg)
Selain menghindari tugas dari Pemerintah Hindia Belanda, Pangeran Cokrokusumo juga bercita-cita agar kelak, anak-anak dan keturunannya hidup damai dan sejahtera.
Perjalanan
Pada tahun 1845, rombongan Pangeran Cokrokusumo berangkat dari istana Kesultanan Bangkalan dengan menyeberangi selat Madura dan mendarat di pantai Gresik.
Selanjutnya, mereka melanjutkan perjalanan menuju sebuah perguruan (pesantren) Dosermo melalui Surabaya dan Wonokromo.
![Sembunyikan Identitas](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/480x/ori/feedImage/2024/4/18/1713425821595-wxprh.jpeg)
Sembunyikan Identitas
Selama perjalanan, rombongan Pangeran Cokrokusumo berusaha menyembunyikan jati diri sebagai bangsawan. Mereka mengubah nama dan identitas lainnya. Pangeran Cokrokusumo mengubah namanya menjadi Kyai Mendhung.
![Makam](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/480x/ori/feedImage/2024/4/18/1713426370721-74c8k.jpeg)
Makam
Mengutip situs p2k.stekom.ac.id, Pangeran Cokrokusumo atau Mbah Mendhung meninggal pada tahun 1843. Jasadnya dimakamkan di Dusun Kaliboto, Desa Jatialun-alun, Kecamatan Prambon, Kabupaten Sidoarjo.
Masyarakat setempat menyebut makam tersebut dengan sebutan makam Mbah Demang. Hingga kini, makam tersebut dikeramatkan dan dirawat oleh penduduk desa karena sosok Mbah Demang dianggap sesepuh desa.
![Tinggalkan Hidup Enak di Istana, Ini Sosok Mbah Demang Keturunan Raja Bangkalan yang Memilih Jadi Warga Biasa](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/480x/ori/feedImage/2024/4/18/1713426348344-oymhe.jpeg)