Sosok Choirul Huda Legenda Persela Lamongan, Setia Bela Satu Klub Sepak Bola hingga Akhir Hayat
Sosok yabg tak akan dilupakan LA Mania,fans Persela Lamongan
Sosok yabg tak akan dilupakan LA Mania,fans Persela Lamongan
Choirul Huda hanya membela Persela Lamongan di sepanjang kariernya. Di kandang Persela pula Huda kehilangan nyawa.
Huda dikenal sebagai penjaga gawang yang tangguh. Tak hanya dikenal sebagai penahan tembakan, ia juga kerap berduel di depan mistar gawang agar bola tak menjebol pertahanannya.
Sayang, keberanian Huda berujung mala petaka. Ia bertabrakan dengan rekan satu timnya pada
Liga 1 2017 silam saat melawan Semen Padang.
Kerasnya benturan menyebabkan Huda terpakar cukup lama di lapangan. Kiper berusia 38 tahun itu mengerang kesakitan memegangi bagian pipi.
Tak lama, Huda ambruk dan tak sadarkan diri. Ia lalu dilarikan ke Rumah Sakit Umum Daerah Dr Soegiri, Lamongan. Sayang, nyawanya tak tertolong.
Tabrakan dengan Ramon Rodrigues membuat Huda mengalami lidah tertelan (Tongue Swallowing). Akibatnya, aliran udara tidak bisa masuk karena terhalang lidah sehingga menutup saluran pernapasan.
Huda berseragam Persela sejak 1999, dan tak pernah berganti klub hingga akhir hayat. Tak peduli dengan pasang surut penampilan Persela di kancah sepak bola tanah air, klub berjuluk Laskar Joko Tingkir itu adalah satu-satunya tujuan karier Huda.
Bersama Persela, Choirul Huda menapaki perjalanan panjang kariernya di dalam maupun luar lapangan. Tim kesebelasan itu jadi saksi perjalanan hidup Huda mulai lajang, menikah, mendapatkan status Pegawai Negeri Sipil Pemerintah Kabupaten Lamongan, hingga merambah bisnis pencucian motor.
Sepanjang hidupnya, Choirul Huda tercatat 503 kali merumput membela Persela. Catatan yang agak susah dicapai dalam sepak bola Indonesia, seperti dilansir bola.com.
Kenangan akan sosok Choirul Huda diabadikan di salah satu sudut Stadion Surajaya yakni di tribun sisi barat. Di sana dibangun monumen khusus untuk mengingat sosok Huda. Monumen ini diresmikan bertepatan dengan ulang tahun Persela Lamongan ke-56, Selasa (18/4/2023).
Monumen itu terdiri dua bagian. Bagaian atas berbentuk miniatur lapangan sepakbola terbuat dari lempeng kuningan.
Pada bagian tengah ada jam yang menunjukkan pukul 16.14 WIB, sebagai penunjuk waktu meninggalnya Choirul Huda. Sementara pada bagian bawah, terpampang tanggal terjadinya tragedi yang membuat publik sepak bola Lamongan kehilangan Huda untuk selamanya, yakni 15 Oktober 2017.
Klub sepakbola asal Banda Aceh ini sudah malang melintang di kompetisi Liga Indonesia sejak tahun 1980-an.
Baca SelengkapnyaHingga kini Pardedetex tetap tertulis dalam sejarah sepakbola di Indonesia sebagai pelopor lahirnya klub profesional di Indonesia.
Baca SelengkapnyaSejumlah ormas Islam di Semarang menggelar deklarasi mendukung Anies.
Baca SelengkapnyaNasib miris dialami ratusan pemain sepak bola klub Liga 2 Indonesia. Mereka belum menerima gaji dengan nilai mencapai Rp5,4 miliar.
Baca SelengkapnyaDua perempuan berbagi pengalaman pertamanya nonton sepak bola di Stadion Gelora Bung Tomo (GBT) Surabaya. Awalnya takut, ujungnya ketagihan.
Baca SelengkapnyaGede Widiade didapuk jadi bendahara Umum untuk tim pemenangan Anies-Muhaimin.
Baca SelengkapnyaPolitikus Golkar Agus Gumiwang menggelar nonton bareng (Nobar) Timnas Indonesia di Piala Dunia U-17 di Posko Pemilih Prabowo-Gibran (Kopi Pagi), Jumat (10/11).
Baca SelengkapnyaIntip keseruan tim sepak bola Pemkot Medan bertanding melawan Tim Kepling pada Kamis (22/6).
Baca SelengkapnyaPelatih Jerman, Christian Wueck memuji para pemainnya yang bermain kuat dan menjaga dominasi sepanjang laga.
Baca Selengkapnya