Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

28 Agustus: Irak Mendeklarasikan Kuwait Sebagai Provinsi Barunya, Berikut Sejarahnya

28 Agustus: Irak Mendeklarasikan Kuwait Sebagai Provinsi Barunya, Berikut Sejarahnya ilustrasi perang arab. ©media.iwm.org.uk/military-history.org

Merdeka.com - Pada awal tahun 1990, Irak menuduh Kuwait mencuri minyak di wilayahnya melalui pengeboran miring lintas batas. Meski demikian, beberapa sumber menyatakan bahwa Presiden Irak, Saddam Hussein telah membuat keputusan untuk menyerang Kuwait selama beberapa bulan sebelum invasi yang sebenarnya.

Berbagai spekulasi lantas dibuat mengenai maksud asli di balik langkah Irak itu, salah satunya adalah mengenai ketidakmampuan Irak untuk membayar hutang lebih dari US$14 miliar yang dipinjamnya dari Kuwait untuk membiayai Perang Iran-Irak, dan lonjakan tingkat produksi minyak Kuwait yang membuat pendapatan negara Irak menurun.

Invasi Irak ke Kuwait dimulai pada 2 Agustus 1990, dan dalam dua hari, sebagian besar militer Kuwait telah dikuasai oleh Garda Republik Irak atau mundur ke negara tetangga Arab Saudi dan Bahrain. Segera setelah invasi, Irak membentuk pemerintahan boneka yang dikenal sebagai "Republik Kuwait" untuk memerintah kawasan tersebut.

Pencaplokan wilayah Kuwait secara langsung akhirnya terjadi ketika Saddam Hussein mengumumkan pada tanggal 28 Agustus 1990 bahwa Kuwait adalah provinsi ke-19 Irak. Berikut sejarah lengkapnya dilansir dari history.com.

Perselisihan Hutang Dua Negara

Saat Perang Iran-Irak pecah, Kuwait sebagai negara tetangga awalnya menjadi pihak yang netral bahkan juga berperan sebagai penengah antara Iran dan Irak. Pada tahun 1982, Kuwait bersama dengan negara-negara Arab lainnya di Teluk Persia mendukung Irak untuk mengekang pemerintah Revolusioner Iran.

Pada tahun 1982-1983, Kuwait mulai mengirimkan pinjaman keuangan yang signifikan ke Irak. Bantuan ekonomi skala besar Kuwait ke Irak seringkali memicu tindakan permusuhan Iran terhadap Kuwait. Iran berulang kali menargetkan kapal tanker minyak Kuwait pada tahun 1984 dan menembakkan senjata ke personel keamanan Kuwait yang ditempatkan di pulau Bubiyan pada tahun 1988.

Selama Perang Iran-Irak, Kuwait berfungsi sebagai pelabuhan utama Irak setelah Basra ditutup oleh pertempuran. Namun, setelah perang berakhir, hubungan persahabatan antara kedua negara tetangga Arab itu berubah menjadi buruk karena beberapa alasan ekonomi dan diplomatik yang berujung pada invasi Irak ke Kuwait.

Pada saat Perang Iran-Irak berakhir, Irak tidak sedang dalam posisi keuangan yang baik untuk membayar 14 miliar dolar AS yang dipinjamnya dari Kuwait untuk membiayai perangnya dan meminta agar Kuwait mengampuni hutang tersebut. Irak berpendapat bahwa perang telah mencegah munculnya hegemoni Iran di Kuwait.

Namun, keengganan Kuwait untuk menghapus hutang-hutang tersebut membuat hubungan kedua negara menjadi tegang. Pada akhir tahun 1989, beberapa pertemuan resmi diadakan antara para pemimpin Kuwait dan Irak, namun pada saat itu mereka tidak dapat memecahkan kebuntuan di antara keduanya.

Perang Ekonomi Antar Irak dan Kuwait

Selain berselisih karena hutang, Irak dan Kuwait melanjutkan seterunya di ranah pasar minyak dunia. Pada tahun 1988 Menteri Perminyakan Irak, Issam al-Chalabi, menekankan pengurangan lebih lanjut dalam kuota produksi minyak mentah anggota Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) untuk mengakhiri kelebihan minyak tahun 1980-an.

Chalabi berpendapat bahwa harga minyak yang lebih tinggi akan membantu Irak meningkatkan pendapatannya dan membayar kembali utangnya sebesar US$60 miliar. Namun, mengingat industri minyak hilirnya yang besar, Kuwait tidak terlalu peduli dengan harga minyak mentah dan pada tahun 1989. Kuwait meminta OPEC untuk meningkatkan total pagu produksi minyak negara itu sebesar 50% menjadi 1,35 juta barel (215.000 m3) per hari.

Sepanjang tahun 1980-an, produksi minyak Kuwait menjadi jauh di atas kuota wajib OPEC dan hal ini rupanya mencegah kenaikan harga minyak mentah lebih lanjut. Kurangnya konsensus di antara anggota OPEC melemahkan upaya Irak untuk mengakhiri kelebihan minyak dan akibatnya mencegah pemulihan ekonominya yang lumpuh akibat perang.

Hubungan yang semakin tegang antara Irak dan Kuwait semakin diperparah ketika Irak menuduh bahwa Kuwait melakukan pengeboran miring melintasi perbatasan ke ladang Rumaila Irak. Kuwait menolak tuduhan ini dan menyatakannya sebagai taktik palsu Irak untuk membenarkan tindakan militer terhadap wilayahnya. Beberapa perusahaan asing yang bekerja di ladang Rumaila juga menolak klaim pengeboran miring yang dituduhkan Irak.

Invasi Irak ke Kuwait

Pada tanggal 2 Agustus 1990, sekitar pukul 2 pagi waktu setempat, pasukan Irak menyerbu Kuwait. Pasukan pertahanan Kuwait dengan cepat kewalahan, dan mereka yang tidak hancur mundur ke Arab Saudi.

Emir Kuwait, keluarganya, dan para pemimpin pemerintah lainnya melarikan diri ke Arab Saudi, dan dalam beberapa jam Kota Kuwait telah direbut. Pada tanggal 28 Agustus 1990, Irak mendeklarasikan telah mendirikan pemerintahan provinsi di wilayah Kuwait.

Dengan mencaplok Kuwait, Irak menguasai 20 persen cadangan minyak dunia dan, untuk pertama kalinya, juga menguasai garis pantai substansial di Teluk Persia. Pada hari yang sama, Dewan Keamanan PBB dengan suara bulat mengecam invasi tersebut dan menuntut penarikan segera Irak dari Kuwait.

Pada tanggal 6 Agustus, Dewan Keamanan memberlakukan larangan perdagangan di seluruh dunia dengan Irak. Pada tanggal 9 Agustus, Operasi Desert Shield, pertahanan Amerika atas Arab Saudi, dimulai ketika pasukan AS berlomba ke Teluk Persia. Diktator Irak Saddam Hussein, sementara itu, membangun pasukan pendudukannya di Kuwait menjadi sekitar 300.000 tentara.

Operasi Badai Gurun Sebagai Respon Internasional Terhadap Irak

Pada tanggal 29 November, Dewan Keamanan PBB mengeluarkan resolusi yang mengizinkan penggunaan kekuatan terhadap Irak jika gagal menarik diri pada tanggal 15 Januari 1991. Hussein menolak untuk menarik pasukannya dari Kuwait, yang telah ia dirikan sebagai provinsi Irak sejak 28 Agustus 1990.

Pukul 16.30 EST pada 16 Januari 1991, Operasi Badai Gurun, serangan besar-besaran pimpinan AS terhadap Irak, dimulai saat pesawat tempur pertama diluncurkan dari Arab Saudi dan lepas landas dari kapal induk AS dan Inggris di Teluk Persia.

Sepanjang malam, pesawat dari koalisi militer pimpinan AS menggempur sasaran di dan sekitar Baghdad saat dunia menyaksikan peristiwa itu terjadi di tayangan televisi yang disiarkan langsung melalui satelit dari Irak.

Operasi Badai Gurun dilakukan oleh koalisi internasional di bawah komando tertinggi Jenderal AS Norman Schwarzkopf dan menampilkan pasukan dari 32 negara, termasuk Inggris, Mesir, Prancis, Arab Saudi, dan Kuwait.

Serangan berlanjut hingga akhir Februari dan pada 25 Februari, Kuwait secara resmi dibebaskan dari Irak. Pada tanggal 15 Maret 1991, Emir Kuwait kembali ke negara itu setelah menghabiskan lebih dari 8 bulan di pengasingan. Selama pendudukan Irak, sekitar 1.000 warga sipil Kuwait tewas dan lebih dari 300.000 penduduk meninggalkan negara tersebut.

(mdk/edl)
ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Blak-blakan Cak Imin Dulu Ikut Potong Tumpeng di IKN, Kini Berbalik Menolak Pemindahan Ibu Kota

Blak-blakan Cak Imin Dulu Ikut Potong Tumpeng di IKN, Kini Berbalik Menolak Pemindahan Ibu Kota

Cak Imin akhirnya buka suara soal dulu dukung pembangunan IKN, sekarang malah menolak

Baca Selengkapnya
Hari Istiqlal 22 Februari: Memaknai Sejarah dan Nilai Persatuan

Hari Istiqlal 22 Februari: Memaknai Sejarah dan Nilai Persatuan

Setiap tanggal 22 Februari 2024, Indonesia memperingati Hari Istiqlal.

Baca Selengkapnya
Batal Diperiksa Kemarin, Siskaeee Minta Polisi Jadwal Ulang 15 Januari 2024

Batal Diperiksa Kemarin, Siskaeee Minta Polisi Jadwal Ulang 15 Januari 2024

Sedianya, Siskaeee diperiksa pada Senin (8/1/2024) kemarin.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Rekam Jejak Kerajaan Kandis, Konon Jadi Kerajaan Tertua yang Terletak di Sumatra Tengah

Rekam Jejak Kerajaan Kandis, Konon Jadi Kerajaan Tertua yang Terletak di Sumatra Tengah

Sebuah kerajaan berbasis di Kepulauan Sumatera ini disinyalir menjadi kerajaan tertua yang diperkirakan sudah berdiri sejak abad ke-1 SM.

Baca Selengkapnya
Sejarah Kabupaten Kuningan, Salah Satu Daerah Tertua di Jawa Barat yang Sudah Ditinggali sejak 3500 SM

Sejarah Kabupaten Kuningan, Salah Satu Daerah Tertua di Jawa Barat yang Sudah Ditinggali sejak 3500 SM

Dulunya Kuningan merupakan wilayah permukiman dan kerajaan.

Baca Selengkapnya
KPU Bantah Ada Hasil Hitung Suara Pemilu di Luar Negeri Sebelum 14 Februari

KPU Bantah Ada Hasil Hitung Suara Pemilu di Luar Negeri Sebelum 14 Februari

Pemungutan suara di luar negeri berjalan lebih dulu namun, penghitungan dibarengi dengan di dalam negeri

Baca Selengkapnya
Kalimat Tertua di Dunia Ditemukan Pada Sisir dari Gading Binatang, Isi Tulisannya Kocak

Kalimat Tertua di Dunia Ditemukan Pada Sisir dari Gading Binatang, Isi Tulisannya Kocak

Kalimat tertua di dunia yang ditulis menggunakan abjad pertama berhasil ditemukan pada sebuah sisir yang terbuat dari gading binatang.

Baca Selengkapnya
Jelang Cuti, Para Taruna Akpol Tampan Ini Diberi Pesan dari Komandan, Dilarang Hidup Mewah hingga Jaga Nama Baik

Jelang Cuti, Para Taruna Akpol Tampan Ini Diberi Pesan dari Komandan, Dilarang Hidup Mewah hingga Jaga Nama Baik

Isi pesannya aykni agar tak melakukan pelanggaran hingga hidup bermewah-mewahan.

Baca Selengkapnya
Kisah Burung Berpangkat Letnan Paling Berjasa Bagi Pejuang Indonesia Sampai Tewas Ditembak di Hadapan Komandan

Kisah Burung Berpangkat Letnan Paling Berjasa Bagi Pejuang Indonesia Sampai Tewas Ditembak di Hadapan Komandan

Bukan hanya manusia, ini sosok binatang paling berjasa dalam kemerdekaan Indonesia. Siapa yang dimaksud?

Baca Selengkapnya