Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Tak Lagi Berjaya, Ini Kata Pakar UGM Soal Industri Gula di Indonesia

Tak Lagi Berjaya, Ini Kata Pakar UGM Soal Industri Gula di Indonesia Pabrik Gula Colomadu. ©Puromangkunegaran.com

Merdeka.com - Di zaman Belanda, tepatnya pada akhir abad ke-19 hingga awal abad ke-20, Indonesia merupakan eksportir gula terbesar kedua di dunia setelah Kuba. Pada saat itu, produksi gula di negeri ini mencapai 2,9 juta ton per tahun dengan luas area perkebunan tebu mencapai 196 ribu hektar.

Namun kini, setelah 90 tahun berlalu, Indonesia tak lagi menjadi negara eksportir gula. Justru sebaliknya, untuk memenuhi kebutuhan gula dalam negeri saja Indonesia harus impor dari negeri lain. Kondisi inilah yang diungkapkan Direktur Utama PT Perkebunan Nusantara (PTPN) III, Dr. Mohammad Abdul Ghani dalam webinar bertajuk “Problematika Kebijakan dan Revitalisasi Industri Gula Nasional” pada Kamis (23/9).

“Terjadi penurunan produktivitas. Sejak tahun 1970 kita jadi importir gula. Untuk gula buat produk makanan dan minuman kita belum sanggup karena masih ada keterbatasan lahan,” kata Abdul Ghani.

Tidak Semudah Mengembalikan Telapak Tangan

pabrik gula colomadu

©Puromangkunegaran.com

Guru Besar Ilmu Tanah Fakultas Pertanian UGM, Prof. Azwar Maas mengatakan bahwa tantangan PTPN dalam meningkatkan produktivitas gula nasional tidak semudah mengembalikan telapak tangan. Menurutnya, tanaman tebu memerlukan lahan khusus agar produktivitas meningkat.

Ia menyebutkan, tanah di Jawa, Sumatera, dan Sulawesi merupakan daerah yang cocok untuk tanaman tebu. Namun untuk di Jawa sendiri tak banyak lahan yang bisa dikonversi menjadi kebun karena luasnya sudah terbatas.

“Untuk pengembangan Hak Guna Usaha (HGU) tampaknya sulit karena pemda tidak semuanya mampu menyediakan lahan di atas 10 ribu hektare,” terang Azwar dikutip dari laman resmi UGM pada Jumat (24/9).

Perlu Keberpihakan Pemerintah

pabrik gula gondang

©Kemendikbud.go.id

Berdasarkan temuannya di lapangan, Azwar mengatakan bahwa pabrik-pabrik gula khususnya yang dikelola BUMN masih berjuang untuk bertahan dalam menghadapi kendala baik dari segi budi daya, pasca budidaya, dan pengelolaannya. Selain itu, menurutnya pengembangan gula nasional perlu dukungan dan keberpihakan pemerintah.

“Di negara lain justru penanam tebu ada subsidinya dari pemerintah. Lihat saja Thailand bisa mengekspor karena kelebihan produksi. Ada campur tangan pemerintah yang pro tebu, ada pula subsidi sampai 30 persen. Keberpihakan pemerintah ini kita tunggu kapan masanya bisa dapat seperti itu,” tegas Azwar.

Harus Berbasis Riset

ptpn

©2018 Humas Kementerian BUMN

Sementara itu Guru Besar Bidang Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian UGM, Prof. Irham mengatakan bahwa setiap kebijakan yang dikeluarkan pemerintah, terutama soal pertanian, harus berbasis riset. Ia pun mengusulkan adanya konsolidasi perkebunan tebu rakyat dengan melibatkan pabrik gula secara aktif.

“Kita ingin suatu saat nanti PTPN bisa jadi perusahaan berbasis riset seperti perusahaan di negara maju. Tujuannya adalah untuk menjamin bibit yang berkualitas dan tepat waktu, menjamin ketersediaan pupuk, waktu tebang yang benar, transportasi tebu ke penggilingan yang tepat waktu, serta adanya peningkatan kesejahteraan petani,” kata Prof. Irham.

(mdk/shr)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Pengusaha Minuman Ringan Keluhkan Mahalnya Harga Gula Dunia
Pengusaha Minuman Ringan Keluhkan Mahalnya Harga Gula Dunia

Gula merupakan bahan baku utama bagi industri minuman Indonesia. Sehingga, dengan naiknya harga gula dunia membuat pelaku usaha terbebani.

Baca Selengkapnya
Warga Indonesia Beli Gula & Kopi Jalan Kaki ke Malaysia, Prajurit TNI Langsung Memeriksanya 'Lain kali belanja di Indonesia Ya'
Warga Indonesia Beli Gula & Kopi Jalan Kaki ke Malaysia, Prajurit TNI Langsung Memeriksanya 'Lain kali belanja di Indonesia Ya'

Masyarakat perbatasan di Kecamatan Entikong, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat memilih belanja kebutuhan rumah tangga ke Malaysia dengan berjalan kaki.

Baca Selengkapnya
Gudang Penyimpanan Pil Koplo di Semarang Digerebek, 110 Juta Tablet Senilai Triliunan Disita
Gudang Penyimpanan Pil Koplo di Semarang Digerebek, 110 Juta Tablet Senilai Triliunan Disita

Keberadaan gudang ini diketahui setelah sebelumnya dilakukan penggerebeken terkait produksi pil koplo di Bekasi.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Indonesia Kembali Impor Beras di 2024, Jumlahnya 2 Juta Ton
Indonesia Kembali Impor Beras di 2024, Jumlahnya 2 Juta Ton

Upaya Bulog untuk mendatangkan impor beras kali ini akan jauh lebih mudah dibandingkan tahun sebelumnya.

Baca Selengkapnya
Mudah Ditemukan di Sekitar Rumah, Berikut 5 Buah Segar Penurun Gula Darah
Mudah Ditemukan di Sekitar Rumah, Berikut 5 Buah Segar Penurun Gula Darah

Beberapa buah manis yang mudah ditemui di sekitar rumah ini bisa bantu turunkan gula darah loh! Berikut daftarnya.

Baca Selengkapnya
Gara-gara Bawa Emas Banyak, Sultan Arab Saat Pulang Kampung Kena Bea Cukai Rp360 Juta 'Wajar itu Sudah Peraturan'
Gara-gara Bawa Emas Banyak, Sultan Arab Saat Pulang Kampung Kena Bea Cukai Rp360 Juta 'Wajar itu Sudah Peraturan'

Kedatangannya di Tanah Air, membuat Risma harus membayar sejumlah uang bea cukai yang totalnya sampai Rp360 juta. Ternyata ini yang dibawa.

Baca Selengkapnya
10 Tanda Terlalu Banyak Konsumsi Gula, Sering Haus hingga Perubahaan Mood
10 Tanda Terlalu Banyak Konsumsi Gula, Sering Haus hingga Perubahaan Mood

Penting untuk memperhatikan batas maksimal konsumsi gula harian.

Baca Selengkapnya
Walau Terasa Gatal, Jangan Garuk Kulit saat Alami 10 Kondisi Ini
Walau Terasa Gatal, Jangan Garuk Kulit saat Alami 10 Kondisi Ini

Ketika terjadi sejumlah kondisi ini, menggaruk bagian kulit yang gatal tersebut merupakan hal terlarang.

Baca Selengkapnya
Tolak Angin Sido Muncul Masuk Pasar Modern UEA dan Jadi Andalan Warga Arab Saudi
Tolak Angin Sido Muncul Masuk Pasar Modern UEA dan Jadi Andalan Warga Arab Saudi

Sido Muncul memperluas penjualan produk produk Tolak Angin ke luar negeri, salah satu tujuan ekspor selanjutnya adalah Uni Emirat Arab.

Baca Selengkapnya