Tak Hanya Angker, Ini 5 Sisi Lain Alas Roban yang Perlu Kamu Ketahui

Merdeka.com - Alas Roban merupakan kawasan hutan yang berada di Kabupaten Batang, Jawa Tengah. Bila pada musim mudik, tempat ini menjadi rawan kecelakaan. Kecelakaan itu bukan tanpa sebab. Ketika memasuki kawasan Alas Roban, Jalan Pantura yang menjadi jalan nomor satu se-Jawa itu akan berkelok dan menanjak curam.
Secara geografis, Hutan Alas Roban berada di Kecamatan Gringsing, Kabupaten Batang, Jawa Tengah. Jalan yang membelah hutan ini berkelok-kelok dan kanan kirinya ditumbuhi pepohonan yang tinggi.
Kurangnya penerangan jalan juga membuat suasana tempat ini semakin seram terutama pada malam hari. Cerita mistis yang membayangi tempat ini memang sudah terkenal sejak dulu. Bahkan, pada tahun 1980-an, tempat ini menjadi tempat pembuangan mayat-mayat penembak misterius (Petrus).
Bicara soal Alas Roban tak hanya soal kisah seramnya. Tempat ini punya sejarah yang panjang, terutama sejak dibukanya jalan raya yang menembus hutan itu pada tahun 1811 yang merupakan jalan raya pos Daendles. Selain itu tempat ini ternyata menjadi tempat tumbuh suburnya beragam jenis pisang.
Sejarah Alas Roban
©2018 istimewa
Alas Roban mulai dikenal setelah dibangunnya jalan pos yang membelah kawasan itu. Jalan raya pos yang dibangun pada masa penjajahan Belanda itu dicetuskan oleh Herman Williem Daendles yang mempekerjakan rakyat Indonesia secara paksa.
Dilansir dari Batangkab.go.id, Hutan Alas Roban pada zaman Mataram Islam sempat akan dibabat untuk pembangunan sawah yang rencananya digunakan sebagai bahan pangan para prajurit perang mereka. Namun selama proses pembukaan hutan itu para pekerjanya banyak yang sakit dan mati. Konon mereka diganggu oleh jin yang mendiami kawasan itu.
Tapi pada akhirnya jin itu dapat dikalahkan oleh Bahurekso tapi dengan syarat para jin di sana harus mendapat bagian dari hasil panen tersebut.
Tiga Jalur yang Membelah Alas Roban
wordpress.com
Alas Roban merupakan salah satu titik rawan macet di Jalur Pantura, terutama pada masa lebaran. Tak jarang kecelakaan dijumpai pada titik ini karena lingkungan di sekitar hutan masih berbentuk hutan dan minim penerangan.
Saat ini, jalur Alas Roban ada tiga jalur yang dilewati yakni Jalan Poncowati (jalan lama), Jalan Lingkar Selatan, dan Jalan Pantura. Jalur utama biasanya dilewati truk gandeng dan bus, jalur selatan dilewati truk besar, sedangkan jalur utara dilewati kendaraan pribadi atau roda dua.
Terdapat Beraneka Ragam Jenis Buah
©Pixabay/skeeze
Namun di balik keangkerannya, ternyata Alas Roban merupakan tempat tumbuhnya beragam jenis pisang. Para penjual pisang banyak bertebaran di pinggir jalan raya dan buah-buahannya banyak dihasilkan dari lahan di sekitar hutan itu.
Namun tak hanya pisang saja, di sana juga tumbuh beraneka ragam buah-buahan lainnya di antaranya buah sirsak, buah nangka, buah sukun, durian, rambutan, dan lain sebagainya. Buah-buahan itu kemudian dijual di pinggir jalan raya yang membelah Alas Roban.
Lapak Pedagang di Pinggir Jalan Raya
wordpress.com
Lapak pedagang yang berjualan di pinggir jalan raya Alas Roban biasa dinamakan gubukan. Di sana dijual beraneka ragam buah-buahan terutama pisang. Dilansir dari Jatengprov.go.id, gubukan di Alas Roban sudah ada sejak zaman Belanda.
Para awalnya hanya ada tiga orang yang berjualan di sana. Namun kemudian menjamur jadi 16 orang pedagang yang merupakan warga asli Desa Timbang Kecamatan Banyuputih. Keberadaan pedagang yang semakin banyak itulah yang membuat tempat tersebut kerap diburu para pembeli dari berbagai kota.
Melimpahnya Pisang di Alas Roban
©2018 Merdeka.com/Pixabay
Salah satu yang khas dari Alas Roban adalah buah pisang tanduk. Warga di Batang biasanya menyebut buah itu “pisang byar”. Pisang tanduk di Alas Roban memiliki ukuran pohon yang sangat besar, yakni dua sampai tiga meter.
Setiap kali berbuah, tandan pisangnya bisa mencapai satu meter, yang biasanya terdiri dari 8-13 sisir. Jika ditotal, berat buah dalam satu tandannya bisa mencapai 30 kilogram. Dilansir dari Jatengprov.go.id, buahnya sendiri berukuran sangat besar dan bentuknya melengkung seperti tanduk kerbau atau banteng.
Selain bentuknya yang besar, pisang ini kaya akan gizi. Rasanya pun manis seperti madu. Untuk ukuran kecil, pisang ini dihargai Rp2.000 per biji, sementara untuk ukuran besar, pisang ini dihargai Rp2.500-3.000 per biji.
(mdk/shr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Fakta Alas Roban Banyuwangi yang Menarik Diketahui, Terkenal Mistis
Terletak di kaki Gunung Raung, Alas Roban memiliki ragam ekosistem sekaligus kisah misteri yang menggugah.
Baca Selengkapnya
Terkenal Rute Pendakian yang Sulit, Ini Fakta Menarik Gunung Pesagi di Lampung
Gunung Pesagi di Lampung ini terkenal dengan rute pendakian yang sulit namun memiliki pemandangan alam yang begitu indah.
Baca Selengkapnya
Punya Jalur Pendakian Terpanjang Kedua di Sumatra, Ini 4 Fakta Gunung Patah Bengkulu
Gunung Patah mempunyai medan pendakian yang sulit, tutupan hutan yang rapat akan menghambat perjalanan yang bisa berhari-hari.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.

Deretan Fakta Menarik Bukit Barisan, Jajaran Gunung yang Membentang di Pulau Sumatra
Bukit Barisan dengan gagah membentang di sepanjang pulau Sumatra ini memiliki deretan fakta unik yang belum banyak orang ketahui.
Baca Selengkapnya
Dikabarkan Ada Bongkahan Emas di Puncaknya, Ini 4 Fakta Menarik Gunung Talamau Pasaman Barat
Gunung Talamau menjadi salah gunung tertinggi di Sumatra Barat yang termasuk dalam kategori tipe gunung api tidak aktif.
Baca Selengkapnya
Asyiknya Berkemah di Bukit Kanaga Cikijing, Pemandangan Kabut dan Hutan Pinusnya Bikin Nagih
Bukit ini berada di atas ketinggian, dengan hamparan pohon pinus yang berjajar rapi.
Baca Selengkapnya
Arkeolog Temukan Harta Karun Zaman Perunggu Terbuat dari Benda Luar Angkasa 1 Juta Tahun Lalu
Arkeolog Temukan Perhiasan Zaman Perunggu Terbuat dari Benda Luar Angkasa 1 Juta Tahun Lalu
Baca Selengkapnya
Bak Ada di Tahun 1980-an, Ini Cerita Unik Dusun Malangbong yang Letaknya di Tengah Hutan Bojonegoro
Berkunjung ke Dusun Malangbong seakan bernostalgia dengan suasana pedesaan tahun 1980-an.
Baca Selengkapnya
Hendak Bangun Apartemen, Tukang Bangunan Temukan Tulang Manusia Berusia 9.000 Tahun dan Ribuan Artefak
Hendak Bangun Apartemen, Tukang Bangunan Temukan Tulang Manusia Berusia 9.000 Tahun dan Ribuan Artefak
Baca Selengkapnya