Merdeka.com - Taawun adalah sifat suka menolong dengan sesama tanpa membeda-bedakan latar belakang. Sebagai umat muslim, kita dianjurkan untuk senantiasa berperilaku taawun dalam kehidupan sehari-hari. Ada banyak contoh sikap taawun yang penting diketahui setiap muslim.

Melansir dari NU Online, kata taawun berasal dari bahasa Arab yang memiliki arti saling membantu atau menolong. Mengingat manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri, maka sejak kecil harus menanamkan sikap taawun. Dengan begitu, nantinya umat muslim akan semakin bersatu dalam hal kebaikan.

Taawun adalah akhlak mulia yang perlu dimiliki seorang muslim. Maka dari itu, penting mengetahui penjelasan taawun dan contohnya dalam kehidupan sehari-hari. Berikut penjelasan taawun dan artinya yang merdeka.com lansir dari NU Online:

Mengenal Taawun dan Dalilnya

©2020 Merdeka.com/umroh.com

Setiap muslim dianjurkan untuk memiliki sikap taawun. Agama Islam mengarahkan tujuan dan bentuk tolong menolong dalam hal kebaikan dan untuk segala perkara baik dan bermanfaat atas izin Allah SWT. Hal ini sebagimana yang disebutkan dalam salah satu surah Alquran berikut, artinya:

...wa ta’aa wanuu ‘alalbirri wattaqwaa, wa ta’aa wanuu ‘alal itsmi wal’udwaan, wattaqullaaha, innallaaha syadiidul ‘iqaab.

Artinya: “.. Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebijakan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Bertakwalah kepada Allah, sungguh, Allah sangat berat siksaan-Nya.

Dari ayat di atas disebutkan bahwa umat muslim diperintahkan untuk memiliki sikap taawun. Hal ini bermakna bahwa tolong-menolong didasarkan atas iman, kebenaran, dan mendapatkan ridho dari Allah SWT. Dalam surah At-Taubah ayat 71 juga disebutkan tentang sikap taawun sebagai berikut:

Walmu’minuuna wal mu’minaatu ba’duhum awliyaa’u ba;d;yaamuruuna bilma’ruufi wa yanhawna’anil munkaei wa yuqiimuunas salaata wa yu’tuunaz Zakaata wa yutii’uunal laaha wa Rasulullah; ulaaa’ika sayarhamuhumul laah; innallaaha Aziizun Hakim.

Artinya:”Dan orang-orang yang beriman, laki-laki dan perempuan, sebagian meraka menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (berbuat) yang makruf dan mencegah dari yang mungkar, melaksanakan shalat, menunaikan zakat, dan taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka akan diberi rahmat oleh Allah. Sungguh, Allah Mahaperkasa, Mahabijaksana.”

Contoh Sikap Taawun

©2022 Merdeka.com/pixabay

Sebagaimana kita tahun, taawun adalah sikap saling menolong dalam hal kebaikan. Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial karena ketidakmampuannya untuk melakukan segala hal sendiri karena keterbatasan. Maka dari itu, setiap muslim dianjurkan untuk saling membantu. Hal ini sebagaimana yang disebutkan dalam sebuah hadis, artinya:

“Barangsiapa yang memberi petunjuk pada kejelekan, maka ia akan mendapatkan dosa dari perbuatan jelek tersebut dan juga dosa dari orang yang mengamalkannya setelah itu tanpa mengurangi dosa mereka sedikit pun juga.” (HR. Muslim no. 1017).

Upaya saling membantu yang dimaksud tidak harus dalam aspek yang besar. Ada beberapa contoh sederhana sikap taawun dalam kehidupan sehari-hari, di antaranya:

• Menolong orang yang sedang kesulitan

• Tidak membahas aib orang lain

• Memberi bantuan kepada orang-orang di sekitar

• ,Mengunjungi orang yang tengah sakit atau mengalami musibah

Upaya Mewujudkan Sikap Taawun

Taawun adalah kekuatan pelindung antar sesama umat muslim. Rasulullah SAW telah menyerukan ta’awun bagi kaum muslimin, persatuan, dan berpegang teguh kepada agama Allah. Hal ini sebagaimana yang disebutkan dalam sebuah hadis, artinya:

Artinya: “Seorang mukmin dengan mukmin lainnya bagaikan satu bangunan yang sebagiannya menguatkan bagian lainnya.” [HR. Al-Bukhari (no. 481, 2446, 6026), Muslim (no. 2585) dan at-Tirmidzi (no. 1928)]

Ada beberapa upaya mewujudkan sikap taawun yang bisa dilakukan umat muslim. Upaya ini bisa dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Berikut beberapa upaya mewujudkan sikap taawun, antara lain:

1. Menjalin silaturahmi atau mengikat persaudaraan dengan lingkungan sekitar.

2. Menanamkan sikap ikhlas dan kejujuran. Dua perkara ini bisa mengarah kepada berbagai bentuk kebaikan.

3. Menjauh dari sikap fanatik dan hizbiyyah. Hal ini bisa merusak dakwah dan merusak hubungan antara da’i ilallah serta bisa menghancurkan ummat.

4. Belajar dan memahami mu’amalah yang baik.