Sosok KRT Wongsonegoro, Gubernur Pertama Jateng Setelah Kemerdekaan yang Pernah Ditunjuk sebagai Menteri Era Soekarno
Setelah tak aktif dalam kabinet pemerintahan, ia lebih banyak terlibat dalam pengorganisasian para penghayat kepercayaan.
Setelah tak aktif dalam kabinet pemerintahan, ia lebih banyak terlibat dalam pengorganisasian para penghayat kepercayaan.
Kanjeng Raden Mas Tumenggung (KRT) Wongsonegoro lahir di Surakarta pada 20 April 1897. Ayahnya merupakan abdi dalem panewu bagi Sri Susuhunan Pakubuwono X.
Sebagai keturunan priayi, Wongsonegoro punya kesempatan mengenyam pendidikan lebih besar dibandingkan anak keturunan pribumi lainnya.
Setelah lulus sekolah, ia kembali ke Surakarta pada tahun 1917 dan mendapat pekerjaan di Landraad Solo, setingkat Pengadilan Negeri.
Karena kiprahnya di bidang hukum cukup bagus, ia mendapat beasiswa dari Pemerintah Kasunanan Surakarta untuk bersekolah di Rechts Hogeschool (Sekolah Tinggi Hukum) dari Pemerintah Kasunanan.
Pada tahun 1929, Wongsonegoro berhasil menamatkan tugas belajarnya dan berhak atas gelar akademik Meester in de Rechten (Sarjana Hukum).
Pendidikannya yang cemerlang membuat kariernya terus berlanjut. Pada tahun 1939, ia diangkat menjadi Bupati Sragen dengan nama Bupati Raden Tumenggung Djaksonogoro.
(Foto: Wikipedia.org)
Pada tahun 1945, Wongsonegoro masuk dalam salah satu anggota BPUPKI. Saat itu, ia ikut bekerja mempersiapkan berbagai hal terkait aspek-aspek politik, ekonomi, tata pemerintahan, dan hal-hal lain yang diperlukan dalam usaha pembentukan Indonesia merdeka.
Dalam BPUPKI sendiri, Wongsonegoro masuk ke dalam tim kecil dari sidang panitia Perancang UUD pada 11 Juli 1945 yang diketuai Ir. Soekarno. Tim kecil itu beranggotakan tujuh orang yaitu Dr. Soepomo, Achmad Soebardjo, AA Maramis, Raden Panji Singgih, Agus Salim, Soekiman, dan Wongsonegoro sendiri.
Dalam sidang itu, Wongsonegoro memberi usulan perlunya menambah frasa ‘dan kepercayaannya itu’ pada Pasal 29 ayat 1 dan 2 Undang-Undang Dasar 1945.
Diketahui, Pasal 29 ayat 1 berbunyi : “Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa''. Sedang Pasal 29 ayat 2 berbunyi: “Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing- masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu”.
Keberadaan frase ini memungkinkan pemerintah Indonesia semenjak awal kemerdekaan memberikan pengakuan resmi kepada keberadaan para penghayat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sebagaimana tertuang dalam UUD 1945. Dengan demikian, Wongsonegoro secara tidak langsung telah meletakkan dasar pentingnya kerukunan agama-agama dan aliran kepercayaan.
Setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945, Wongsonegoro ditunjuk menjadi Gubernur Jawa Tengah, menggantikan R.P. Soeroso, pada 13 Oktober 1945. Tugas ini dilaksanakannya hingga 13 Oktober 1949.
Setelah menyelesaikan tugasnya sebagai Gubernur Jawa Tengah, Wongsonegoro melanjutkan kiprah kebangsaannya di tingkat nasional. Kiprah ini ditandai dengan masuknya Wongsonegoro sebagai anggota sejumlah kabinet pemerintahan Indonesia yang terus berganti di masa itu.
Pada tahun 1949-1950, ia ditunjuk sebagai Menteri Dalam Negeri mewakili Partai Indonesia Raya. Pada tahun 1950-1951, ia menjabat sebagai Menteri Kehakiman.
Pada tahun 1951-1952, ia menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Pada tahun 1953-1955, ia menjabat sebagai Wakil Perdana Menteri.
Setelah beberapa waktu terlibat dalam kabinet pemerintahan, Wongsonegoro selanjutnya lebih banyak terlibat dalam pengorganisasian para penghayat kepercayaan.
Kedekatannya dalam aliran kebatinan terlihat dari kepribadian sehari-harinya. Sikap perilaku semasa hidupnya dituliskan pada monumen makamnya di Astana Kandaran, Sukoharjo, yang berbunyi “Janma Luwih Hambuka Tunggal, “ yang berarti orang yang mempunyai kemampuan lebih akan selalu mendekatkan diri dengan Sang Pencipta.
Selain itu, dalam monumen itu dituliskan juga “Haruming Sabda Haruming Budi,“ yang berarti orang yang selalu bertutur kata baik dalam arti yang benar, menggambarkan pribadi orang yang berbudi luhur.
Tokoh politik sekaligus pejuang Indonesia asal Sumatra Barat ini pernah menjadi gubernur serta menduduki jabatan penting dalam pemerintahan.
Baca SelengkapnyaMegawati Soekarnoputri semangat menggulirkan Hak Angket untuk membongkar kecurangan Pemilu 2024
Baca SelengkapnyaIa lahir dari keluarga ulama besar Minangkabau yang terjun di dunia kemiliteran hingga menjabat sebagai menteri di era PRRI.
Baca SelengkapnyaBegini keunikan gedung istana kepresidenan tertua di Indonesia.
Baca SelengkapnyaWakil Ketua Umum Partai Golkar Bambang Soesatyo menilai, pemerintahan ke depan tidak membutuhkan oposisi.
Baca SelengkapnyaSaat berada di dalam kabinet, mantan Danjen Kopassus ini menyatakan Jokowi tidak pernah istirahat.
Baca SelengkapnyaTak disangka, Ibu Tien Soeharto hanya ingin diwawancara oleh pemuda ini. Siapakah dia? Berikut sosoknya.
Baca SelengkapnyaMerdeka.com merangkum informasi tentang kata-kata bijak Soekarno tentang perjuangan yang perlu Anda ketahui.
Baca SelengkapnyaPresiden Joko Widodo melantik dua menteri baru pada Rabu, 21 Februari 2024.
Baca Selengkapnya