Rumah Ini Pernah Jadi Tempat Pertemuan Soedirman dengan Tan Malaka, Begini Kisahnya
Merdeka.com - Rumah bercat putih yang dilapisi keramik biru tua itu terletak di daerah Patikraja, Banyumas. Tampak, rumah itu sudah seperti tidak terurus sekian lama. Namun siapa sangka, rumah kecil yang sederhana itu merupakan bangunan bersejarah. Dulunya, rumah itu pernah menjadi tempat pertemuan antara dua tokoh besar Republik Indonesia, Tan Malaka dan Jenderal Soedirman.
Dilansir dari Liputan6.com, sebenarnya rumah itu sudah kehilangan bentuk aslinya. Pada era 1990-an, rumah itu dipugar hingga tampak seperti sekarang. Saat ini, rumah itu ditempati oleh Sri Astuti dan Cahyo Muhammad Gusti, anak menantu dan cucu dari Slamet Gandha Wijaya. Slamet merupakan orang ketiga dalam pertemuan dua tokoh besar itu.
Walaupun telah dilakukan pemugaran, namun masih ada bekas-bekas perabotan yang menjadi peninggalan dari pertemuan bersejarah itu. Lalu apa saja peninggalan itu? dan sebenarnya dalam rangka apa Tan Malaka dan Jenderal Soedirman bertemu di rumah itu?
Pertemuan Tan Malaka dengan Jenderal Soedirman
©2018 Merdeka.com/Hari Aryanti
Sri Astuti membenarkan kalau rumah yang ia tempati itu menjadi tempat pertemuan antara Jenderal Soedirman, Tan Malaka, dan ayah mertuanya, Slamet Gandha Wijaya. Di rumah itu, masih terdapat sebuah peti tua yang sempat digunakan Tan Malaka dan Jenderal Soedirman untuk menyimpan pakaian dan bekal lainnya. Yang ia tahu, pertemuan itu diadakan untuk mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia.
Dari informasi yang ia peroleh, ayah mertua dan kedua tokoh besar itu bertemu selama dua hari dua malam nyaris tanpa berhenti. Namun Sri Astuti tidak mengetahui pasti kapan pertemuan itu dilaksanakan.
“Ya, betul. Antara Jenderal Soedirman dengan Tan Malaka. Dua hari menginap di sini. Nggak selesai-selesai ngobrolnya,” jelas Astuti dikutip dari Liputan6.com.
Menyimpan Peninggalan Bersejarah
©2021 Liputan6.com
Di rumah itu, masih tersimpan beberapa barang yang menjadi peninggalan masa lalu. Mengingat begitu bersejarah rumah itu dan barang-barang yang tersimpan di dalamnya, Sri Astuti mengaku pernah ada sejumlah orang yang datang ke rumahnya untuk mendata meja, kursi, serta petinya.
Bahkan di antara mereka sudah ada beberapa yang hendak membeli meja, kursi dan peti bersejarah itu. Namun Sri Astuti menolaknya. Dia menegaskan akan menjaga benda-benda itu, kecuali jika negara membutuhkan. Itupun harus ia musyawarahkan dulu dengan sanak saudara lainnya yang masih keturunan Slamet Gandha Wijaya.
“Ada orang yang pernah mengecek ke saya. Itu katanya, ’Bu, meja, kursi, dan peti ini mau saya beli.’saya jawab, mau dibeli berapa juta enggak akan saya jual,” kata Sri Astuti.
Pertemuan Penting
©2021 Liputan6.com
Sementara itu Direktur Tan Malaka Institute, Khotibal Umam Wiranu, mengatakan bahwa pertemuan antara Tan Malaka, Jenderal Soedirman, dan Slamet Gandha Wijaya terjadi pada awal Bulan Januari 1946.
Saat itu, ketiga tokoh itu tengah mempersiapkan pertemuan yang dihadiri oleh 141 laskar dalam rangka mencegah kembalinya kolonialisme Belanda. Menurut Wiranu, pertemuan itu merupakan pertemuan penting di mana Tan Malaka dan Jenderal Soedirman menegaskan merdeka 100 persen dan menolak negosiasi yang merugikan bangsa Indonesia.
“Pertemuan yang pasti terlacak waktunya 1-2 Januari, data lainnya 203 Januari 1946,” ungkap Wiranu dikutip dari Liputan6.com pada Jumat (15/1).
(mdk/shr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Peninggalan rumah Fatmawati di Bengkulu ini dulunya menjadi saksi bisu pertemuan dirinya dengan Presiden Soekarno saat pengasingan.
Baca SelengkapnyaKeduanya turut mendapat perlakuan tak terduga dari Titiek.
Baca SelengkapnyaWarga setempat mengaku pernah melihat sesosok menyerupai Bung Karno di rumah tersebut
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Presiden Soeharto memimpin langsung Upacara HUT Kemerdekaan RI ke-24 di Istana Merdeka, Jakarta pada 17 Agustus 1969.
Baca SelengkapnyaSesaat setelah diberi pangkat, Soeharto mengabadikan momen dengan sosok jenderal bintang 4.
Baca SelengkapnyaMeletusnya Gunung Gede Pangrango menandai berdirinya rumah dinas gubernur Jawa Barat ini
Baca SelengkapnyaTepat di tengah-tengah bangunan candi terdapat sebuah sumur.
Baca SelengkapnyaMengungkap sederet fakta Aty Kodong, Dulu rumah sederhana kini rumahnya bak istana
Baca SelengkapnyaGanjar mengutarakan pelajaran yang dapat dipetik dari kunjungannya ke Rumah Sejarah Rengasdengklok di Karawang, Jawa Barat.
Baca Selengkapnya