Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Penyebab Demensia dan Gejala yang Sering Muncul, Perlu Diwaspadai

Penyebab Demensia dan Gejala yang Sering Muncul, Perlu Diwaspadai Ilustrasi demensia. © telegraph.co,uk

Merdeka.com - Demensia merupakan salah gangguan kesehatan yang sering menyerang di usia tua. Penyakit ini merupakan gangguan yang mempengaruhi memori otak, baik dalam berpikir maupun mengingat. Biasanya orang yang memiliki gangguan ini sulit untuk melakukan hubungan sosial dengan baik, akibat memori otak yang terganggu.

Seiring bertambahnya usia, risiko demensia bisa meningkat dan bisa terjadi pada siapa saja. Terlebih bagi Anda yang memiliki anggota keluarga dengan riwayat penyakit ini, maka perlu berhati-hati. Sebab, keturunan bisa berpengaruh pada risiko demensia yang dapat terjadi pada anggota keluarga lainnya.

Dengan begitu, penting untuk mengetahui beberapa penyebab demensia yang sering terjadi. Dalam hal ini, penyakit Alzheimer merupakan penyebab paling umum pada penderita demensia. Meskipun begitu, terdapat beberapa faktor penyebab lain yang perlu diwaspadai. Seperti penyakit Huntington, cedera otak traumatis, hingga penyakit Parkinson.

Selain mengetahui beberapa faktor penyebab demensia, perlu dikenali pula berbagai gejala yang sering muncul. Dengan memahami gejalanya, Anda bisa mendeteksi secara dini ketika mengalami beberapa tanda yang merujuk pada penyakit demensia. Anda juga bisa membantu anggota keluarga yang mengalami beberapa gejala ini.

Dilansir dari Mayoclinic, berikut kami merangkum penyebab demensia, gejala, hingga cara pencegahan yang dapat dilakukan.

Penyebab Demensia dan Faktor Risikonya

001 siti rutmawati

©2015 Merdeka.com/ www.iran-daily.com

Penyebab Demensia

Penyebab demensia tidak lain karena terjadinya kerusakan atau hilangnya sel saraf dan koneksinya di otak. Tergantung pada area otak yang rusak, setiap orang dapat mengalami dan mengembangkan gejala yang berbeda.

Dalam hal ini, penyakit Alzheimer menjadi penyebab paling umum pada penderita demensia. Meskipun tidak semua penyebab penyakit Alzheimer diketahui, para ahli mengetahui bahwa sebagian kecil terkait dengan mutasi tiga gen, yang dapat diturunkan dari orang tua ke anak.

Pada penderita Alzheimer, biasanya memiliki plak dan kusut di bagian otak. Plak adalah gumpalan protein yang disebut beta-amiloid, dan kusut adalah kusut berserat yang terbuat dari protein tau. Diperkirakan gumpalan ini merusak neuron sehat dan serat yang menghubungkannya.

Selain itu penyebab demensia juga bisa dipengaruhi oleh kondisi kesehatan lain. Mulai dari penyakit Huntington, cedera otak traumatis, hingga penyakit Parkinson. Berikut penjelasannya:

  • Penyakit Huntington. Disebabkan oleh mutasi genetik, di mana sel-sel saraf tertentu di otak dan sumsum tulang belakang terbuang sia-sia. Tanda dan gejalanya termasuk penurunan kemampuan berpikir (kognitif) yang parah, biasanya muncul sekitar usia 30 atau 40 tahun.
  • Cedera otak traumatis (TBI). Kondisi ini paling sering disebabkan oleh trauma kepala berulang. Petinju, pemain sepak bola atau tentara mungkin mengembangkan TBI . Tergantung pada bagian otak yang terluka, kondisi ini dapat menyebabkan tanda dan gejala demensia seperti depresi, kehilangan memori, dan gangguan bicara. TBI juga dapat menyebabkan parkinsonisme. Gejala mungkin tidak muncul sampai bertahun-tahun setelah trauma.
  • Penyakit Creutzfeldt-Jakob. Gangguan otak langka ini biasanya terjadi pada orang tanpa faktor risiko yang diketahui. Kondisi ini mungkin disebabkan oleh deposit protein infeksius yang disebut prion. Tanda dan gejala kondisi fatal biasanya muncul setelah usia 60 tahun. Penyakit Creutzfeldt-Jakob biasanya tidak diketahui penyebabnya tetapi dapat diturunkan. Ini juga dapat disebabkan oleh paparan jaringan otak atau sistem saraf yang sakit, seperti dari transplantasi kornea.
  • Penyakit Parkinson. Banyak orang dengan penyakit Parkinson akhirnya mengembangkan gejala demensia (penyakit Parkinson demensia).
  • Faktor Risiko

    Selain beberapa penyebab di atas, terdapat beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko demensia pada seseorang. Beberapa faktor risiko ini meliputi:

  • Usia. Risiko demensia meningkat seiring bertambahnya usia, terutama setelah usia 65 tahun. Namun, demensia bukanlah bagian normal dari penuaan, dan demensia dapat terjadi pada orang yang lebih muda.
  • Riwayat keluarga. Memiliki riwayat keluarga demensia, menyebabkan anggota keluarga lain mempunyai risiko yang lebih besar untuk mengembangkan kondisi tersebut. Namun, banyak orang dengan riwayat keluarga tidak pernah mengalami gejala, dan banyak orang tanpa riwayat keluarga mengalaminya.
  • Sindrom Down. Pada usia paruh baya, banyak orang dengan sindrom Down mengembangkan penyakit Alzheimer dini.
  • Gejala Demensia

    Setelah mengetahui penyebab demensia dan faktor risikonya, berikutnya terdapat beberapa gejala yang sering muncul pada penderita demensia. Dengan memahami beberapa gejala ini, Anda bisa mendeteksi lebih dini jika terjadi tanda-tanda yang merujuk pada penyakit demensia. Berikut beberapa gejala demensia yang perlu diperhatikan:

    Perubahan kognitif

  • Kehilangan ingatan, yang biasanya diperhatikan oleh orang lain
  • Kesulitan berkomunikasi atau menemukan kata-kata
  • Kesulitan dengan kemampuan visual dan spasial, seperti tersesat saat mengemudi
  • Kesulitan penalaran atau pemecahan masalah
  • Kesulitan menangani tugas yang kompleks
  • Kesulitan dengan perencanaan dan pengorganisasian
  • Kesulitan dengan koordinasi dan fungsi motorik
  • Kebingungan dan disorientasi
  • Perubahan psikologis

  • Perubahan kepribadian
  • Depresi
  • Kecemasan
  • Perilaku yang tidak pantas
  • paranoid
  • Agitasi
  • Halusinasi
  • Cara Mencegah Demensia

    ilustrasi demensia

    ©Pixabay

    Setelah mengetahui beberapa penyebab demensia, faktor risiko, dan berbagai gejalanya, terakhir terdapat beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mencegah risiko demensia. Cara pencegahan ini tidak lain dengan menerapkan pola hidup sehat untuk tubuh dan otak guna menurunkan risiko demensia yang dapat terjadi. Berikut beberapa cara mencegah demensia yang bisa dipraktikkan:

  • Jaga pikiran tetap aktif. Aktivitas yang merangsang mental, seperti membaca, memecahkan teka-teki dan bermain permainan kata, dan pelatihan memori dapat menunda timbulnya demensia dan mengurangi efeknya.
  • Aktif secara fisik dan sosial. Aktivitas fisik dan interaksi sosial dapat menunda timbulnya demensia dan mengurangi gejalanya. Bertujuan untuk 150 menit latihan seminggu.
  • Berhenti merokok. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa merokok di usia paruh baya dan lebih tua dapat meningkatkan risiko demensia dan kondisi pembuluh darah. Berhenti merokok dapat mengurangi risiko dan meningkatkan kesehatan Anda.
  • Dapatkan vitamin yang cukup. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa orang dengan kadar vitamin D rendah dalam darah mereka lebih mungkin untuk mengembangkan penyakit Alzheimer dan bentuk lain dari demensia. Anda bisa mendapatkan vitamin D melalui makanan tertentu, suplemen dan paparan sinar matahari. Konsumsi vitamin B kompleks dan vitamin C setiap hari juga dapat membantu menurunkan risiko demensia.
  • Kelola faktor risiko kardiovaskular. Mengobati tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi dan diabetes juga dapat dilakukan untuk mencegah risiko demensia. Selain itu, Anda juga perlu mengontrol berat badan dengan baik untuk mencegah penyakit kardiovaskular, di mana penyakit ini dapat berpengaruh pada jenis demensia.
  • Rawat kondisi kesehatan. Temui dokter untuk pengobatan depresi atau kecemasan agar tidak semakin parah dan mencegah meningkatnya risiko demensia.
  • Pertahankan pola makan yang sehat. Diet seperti diet Mediterania, yaitu banyak konsumsi buah-buahan, sayuran, biji-bijian dan asam lemak omega-3 dari ikan dan kacang-kacangan tertentu, dapat meningkatkan kesehatan dan menurunkan risiko terkena demensia. Jenis diet ini juga meningkatkan kesehatan kardiovaskular, yang dapat membantu menurunkan risiko demensia.
  • Dapatkan kualitas tidur yang baik. Latih kebersihan tidur yang baik, dan bicarakan dengan dokter jika Anda mendengkur keras atau mengalami periode di mana Anda berhenti bernapas atau terengah-engah saat tidur.
  • Mengobati masalah pendengaran. Orang dengan gangguan pendengaran memiliki peluang lebih besar untuk mengalami penurunan kognitif. Perawatan dini gangguan pendengaran, seperti penggunaan alat bantu dengar, dapat membantu mengurangi risiko.
  • (mdk/ayi)
    Geser ke atas Berita Selanjutnya

    Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
    lihat isinya

    Buka FYP
    6 Kebiasaan Sehari-hari yang Tak Disangka Bisa Tingkatkan Risiko Demensia
    6 Kebiasaan Sehari-hari yang Tak Disangka Bisa Tingkatkan Risiko Demensia

    Kebiasaan sehari-hari yang kita miliki ternyata bisa berpengaruh terhadap munculnya risiko demensia di diri kita.

    Baca Selengkapnya
    Penyakit Penyebab Kesemutan yang Perlu Diwaspadai, Jangan Diabaikan
    Penyakit Penyebab Kesemutan yang Perlu Diwaspadai, Jangan Diabaikan

    Kesemutan bisa menjadi sensasi yang mengganggu, namun sering kali dianggap sepele. Padahal, kondisi ini bisa terjadi sebagai bagian dari gejala penyakit serius

    Baca Selengkapnya
    Apa sih Penyebab Kematian Alami yang Harusnya Dialami Manusia?
    Apa sih Penyebab Kematian Alami yang Harusnya Dialami Manusia?

    Kematian secara alami lebih sering dijumpai dan dialami oleh manusia. Yuk, simak penjelasan lengkap tentang kematian alami yang seharusnya dialami oleh manusia!

    Baca Selengkapnya
    Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
    video untuk kamu.
    SWIPE UP
    Untuk melanjutkan membaca.
    Sering Berkeringat di Malam Hari? Waspada, Bisa Jadi Tanda 5 Masalah Kesehatan Ini!
    Sering Berkeringat di Malam Hari? Waspada, Bisa Jadi Tanda 5 Masalah Kesehatan Ini!

    Nggak hanya karena keringat berlebih, ini beberapa masalah kesehatan yang bisa jadi penyebabnya.

    Baca Selengkapnya
    Tumbuh Gigi Bisa Menyebabkan Munculnya Demam pada Anak
    Tumbuh Gigi Bisa Menyebabkan Munculnya Demam pada Anak

    Sejumlah kondisi kesehatan bisa menyebabkan demam pada anak, salah satunya adalah kondisi tumbuh gigi.

    Baca Selengkapnya
    7 Penyebab Berat Badan Susah Naik, Kurang Asupan Kalori Hingga Stres
    7 Penyebab Berat Badan Susah Naik, Kurang Asupan Kalori Hingga Stres

    Susah menaikkan berat badan adalah problem yang cukup serius bagi sebagian orang. Apa penyebabnya?

    Baca Selengkapnya
    Gejala ISPA pada Anak, Ketahui Penyebab dan Cara Mengatasinya
    Gejala ISPA pada Anak, Ketahui Penyebab dan Cara Mengatasinya

    Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah penyakit yang sering menjangkiti si kecil.

    Baca Selengkapnya
    Bayi Nangis Tak Henti-Henti? Bisa Jadi Mengalami Kolik
    Bayi Nangis Tak Henti-Henti? Bisa Jadi Mengalami Kolik

    Kolik adalah kondisi ketika bayi yang sehat menangis dan disertai dengan rewel yang cukup intens dan berkepanjangan tanpa alasan yang jelas.

    Baca Selengkapnya
    Penyebab Anak Terlambat Bicara, Kenali Ciri-Cirinya
    Penyebab Anak Terlambat Bicara, Kenali Ciri-Cirinya

    Keterlambatan bicara pada anak dapat dapat menjadi sumber kekhawatiran bagi orang tua.

    Baca Selengkapnya