Menjelajahi Kekayaan Alam di Geopark Meratus, dari Hutan Hujan hingga Mata Air Panas Non Vulkanik
Geopark Meratus disebut menyimpan banyak keajaiban alam.
wisata alam![Menjelajahi Kekayaan Alam di Geopark Meratus, dari Hutan Hujan hingga Mata Air Panas Non Vulkanik](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/1200x630/bg/newsCover/2024/1/3/1704252868618-mscsc.jpeg)
Geopark Meratus disebut menyimpan banyak keajaiban alam.
![Menjelajahi Kekayaan Alam di Geopark Meratus, dari Hutan Hujan hingga Mata Air Panas Non Vulkanik](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/480x/ori/feedImage/2024/1/3/1704252728476-3g6vn.jpeg)
Menjelajahi Kekayaan Alam di Geopark Meratus, dari Hutan Hujan hingga Mata Air Panas Non Vulkanik
![Menjelajahi Kekayaan Alam di Geopark Meratus, dari Hutan Hujan hingga Mata Air Panas Non Vulkanik](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/480x/ori/feedImage/2024/1/3/1704252742529-5nliy.jpeg)
Pegunungan Meratus merupakan kawasan perbukitan yang membujur di bagian selatan Provinsi Kalimantan Selatan. Sisi selatan perbukitan itu merupakan Kawasan Geopark Meratus yang memiliki panjang rute sekitar 67,44 km dan terdapat 14 situs di dalamnya.
Situs di kawasan geopark itu cukup beragam mulai dari ladang pertanian, petilasan sejarah dan religi, desa wisata, hingga situs alam. Situs alam di geopark itu juga beragam, dari hutan hujan sampai mata air panas yang berada di kawasan tersebut.
Lalu apa saja hal menarik yang dapat dijumpai di situs tersebut? Berikut selengkapnya:
Situs pertama yang bisa dikunjungi wisatawan adalah Rumah Konservasi Anggrek. Lokasinya hanya sekitar 40 meter dari pusat informasi Geopark.
Taman seluas 1,5 hektare ini memiliki beberapa tempat yang bisa dikunjungi seperti rumah persemaian, rumah aklimatisasi, rumah perawatan, dan rumah display tanaman.
![Menjelajahi Kekayaan Alam di Geopark Meratus, dari Hutan Hujan hingga Mata Air Panas Non Vulkanik](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/480x/ori/feedImage/2024/1/3/1704252757970-e7ym7.jpeg)
Rumah konservasi ini punya 110 jenis anggrek, terdiri dari 58 jenis anggrek spesies asli dan 52 jenis anggrek yang berasal dari luar wilayah geopark tersebut.
- Air Terjun Doyam Gerigu, Wisata Alam di Desa Sumentai yang Memesona
- Misteri Hutan Awan, Tempat Mirip Dongeng yang Nyata dan Punya Hewan-Hewan Menakjubkan
- Menyusuri Indahnya Gunung Ranai, Kawasan Geosite yang Miliki 3 Puncak di Kabupaten Natuna
- Air Terjun Kilat Api Hingga Bukit Langara yang Memanjakan Mata di Geopak Meratus
- Tradisi Kearifan Lokal Mampu Depankan Toleransi
- Tersangka Pembunuhan Pria Terbungkus Sarung di Tangsel Dibantu Pedagang Soto, Begini Perannya
Situs kedua yang kita kunjungi kali ini adalah Batu Kulit Ular. Lokasi situs ini berada di Desa Mandiangin, Kecamatan Aranio, Kabupaten Banjar. Lokasinya dapat ditempuh dari Pusat Informasi Geopark sejauh 6 kilometer menggunakan kendaraan roda dua atau roda empat.
Mengutip Liputan6.com, lokasi situs ini berada pada ketinggian sekitar 400-600 meter di atas permukaan laut.
![Menjelajahi Kekayaan Alam di Geopark Meratus, dari Hutan Hujan hingga Mata Air Panas Non Vulkanik](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/480x/ori/feedImage/2024/1/3/1704252772785-1v49vg.jpeg)
Situs Batu Kulit Ular tersusun atas batuan sepertinit yang merupakan bagian dari Kelompok Batuan Ultrabasa yang berumur 180-152 juta tahun yang lalu.
Situs ketiga adalah tempat penambangan Tradisional Intan Cempaka.
Lokasi yang berada di dataran rendah dengan ketinggian sekitar 10 meter di atas permukaan laut itu terususun atas endapan alluvial seperti batu pasir, kerikil, lanau, lempung, lumpur, serta pembawa intan dan emas yang merupakan bagian Kelompok Aluvium berasal dari endapan Sungai Martapura Purba.
Proses penambangan di kawasan ini telah dilakukan sejak tahun 600 Masehi sampai saat ini, di mana pada 26 Agustus 1975 ditemukan intan dengan berat mencapai 166,7 karat dan diberi nama Intan Trisakti oleh Presiden RI pertama, Ir. Soekarno.
Pada tahun 1998 ditemukan juga intan dengan berat mencapai 200 karat yang diberi nama Putri Malu.
![Menjelajahi Kekayaan Alam di Geopark Meratus, dari Hutan Hujan hingga Mata Air Panas Non Vulkanik](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/480x/ori/feedImage/2024/1/3/1704252795435-iz4h8h.jpeg)
Situs berikutnya adalah mata air panas non vulkanik yang ditemui di daerah Tanuhi, Desa Hulu Banyu, Kecamatan Loksado, Kabupaten Hulu Sungai Selatan.
(Foto: meratusgeopark.org)
Mengutip ANTARA, fenomena mata air panas di kawasan tersebut terbentuk oleh proses peluruhan radioaktif seperti uranium, thorium, dan potassium yang bercampur sehingga menghasilkan sumber air panas.
Umumnya sistem ini ditemukan pada batuan plutonik (intrusi batuan granit) yang ditemukan pada batuan granit dari kelompok Granit Batanglai atau Belawayan yang berumur kapur awal, atau 95-135 juta tahun.
![Menjelajahi Kekayaan Alam di Geopark Meratus, dari Hutan Hujan hingga Mata Air Panas Non Vulkanik](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/480x/ori/feedImage/2024/1/3/1704252833929-gqnsw.jpeg)
Di luar beberapa situs yang disebutkan di atas, masih banyak situs-situs alam yang bisa dijumpai di kawasan Geopark Meratus. Apalagi geopark itu disebut banyak menyimpan keajaiban alam.