Mengunjungi Masjid Kauman Sragen, Masih Ada Kaitan dengan Keraton Solo
Merdeka.com - Masjid Kauman merupakan masjid bersejarah di Sragen yang didirikan pada 1840 Masehi. Pada saat masjid itu didirikan, wilayah Sragen masih masuk ke dalam wilayah Kasunanan Surakarta.
Pada masa itu, Masjid Kauman Sragen merupakan bangunan penanda batas wilayah kekuasaan Keraton Surakarta. Meskipun sudah mengalami renovasi berkali-kali, sejumlah bagian peninggalan masa-masa pembangunan awal masjid itu masih tersisa.
“Masjid ini didirikan oleh ulama dari Bojonegoro bernama Kiai Zainal Mustofa. Dia ditugaskan oleh Keraton Kasunanan Surakarta untuk penyiaran agama Islam di daerah yang dulu disebut sebagai Bumi Sukowati,” kata Drs. Arkanuddin Masruri, Takmir Masjid Kauman Sragen, dikutip dari ANTARA.
Lalu apa saja keunikan masijd itu? Berikut selengkapnya:
Tentang Bangunan Masjid
©YouTube/MTATVDocumentary
Arkanuddin mengatakan, bila tampak dari luar, Masjid Kauman Sragen tampak tak berbeda jauh dari masjid-masjid kebanyakan di Sragen. Bangunan itu berarsitektur khas Jawa dengan bentuk bujur sangkar dan atap bersusun dengan bahan material baru.
Sementara itu di bagian dalam masjid, ada sejumlah bagian bangunan yang sebenarnya sudah berumur tua seperti empat buah pilar berbahan kayu jati yang dipertahankan sejak masjid itu berdiri pada 1840.
“Memang bentuk bangunan di sini tidak terlepas dari Kasunanan Surakarta. Bentuk gapuranya saja terinspirasi dari Persia, seperti yang ada di Keraton Surakarta,” kata Arkanuddin.
Mimbar Bersejarah
©YouTube/MTATVDocumentary
Beberapa fasilitas di Masjid Kauman Sragen masih terjaga keasliannya. Salah satunya adalah mimbar bersejarah yang masih digunakan hingga kini. Mimbar berwarna hijau itu ukurannya memang cukup kecil, namun keberadaannya sudah selama ratusan tahun sejak masjid itu awal-awal digunakan.
“Jadi mimbar ini diperbaharuinya cuma dicat saja. Tapi aslinya memang seperti ini. Makanya banyak orang yang tidak berani mengubah mimbar ini,” kata Arkanuddin dikutip dari kanal YouTube MTATVDocumentary.
Ada Ruang Perpustakaan
©YouTube/MTATVDocumentary
Bagi jemaah yang suka membaca buku, di masjid itu ada sebuah ruang khusus perpustakaan. Buku-buku yang tersedia di sana berasal dari wakaf para jemaah. Selain itu wakaf Al-Qur'an juga diberikan dari pemerintah.
“Selain itu di sini kegiatannya banyak sekali. Ada pengajian, TPA, kemudian pengajian bapak-bapak, pengajian ibu-ibu, kuliah Ahad pagi, kuliah bakda Subuh, dan juga ada kajian agama,” kata Arkanuddin.
Masih di dalam kompleks masjid, terdapat makam pendiri dan pemelihara Masjid Kauman. Menurut Arkanuddin, keberadaan makam-makam itu merupakan wujud kesetiaan para pelaku sejarah masjid itu kepada agama Islam dan Keraton Surakarta meskipun tugas mereka telah berakhir karena takdir memisahkan.
(mdk/shr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Dulunya Gua Suran digunakan sebagai tempat sujud dan semedi Kyai Ageng Gribig saat belum membuat masjid.
Baca SelengkapnyaDulu, busana ini memiliki makna yang digunakan hanya pada acara-acara formal. Namun, zaman telah berubah, kini telah melebur menjadi pakaian sahari-hari.
Baca SelengkapnyaMasjid itu punya kemiripan dengan masjid agung Keraton Surakarta.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Lokasi ini jadi salah satu destinasi sejarah untuk mengenang kejayaan Kesultanan Banten yang pernah berkuasa.
Baca SelengkapnyaKeberanian prajurit Kopassus ini jadi legenda di medan tempur.
Baca SelengkapnyaDalam sejarahnya, bregada Kraton Yogyakarta telah mengikuti beragam peperangan.
Baca SelengkapnyaMomen warga tarawih di rumah sultan Samarinda curi perhatian.
Baca SelengkapnyaSetiap bulan suci Ramadan tiba, salah satu tradisi yang paling dinantikan adalah ngabuburit.
Baca SelengkapnyaBegini kisah unik Masjid An Nawier yang sudah ada sejak abad ke-18 di Tambora Jakarta Barat
Baca Selengkapnya