Mengenal Kampung Jamu Gendong Semarang, Sentra Rempah yang Makin Laris Karena Corona
Merdeka.com - Jumlah penderita Virus Corona di Indonesia makin bertambah. Hal ini memicu kekhawatiran di tengah masyarakat. Mereka melakukan berbagai macam cara agar tak tertular virus COVID-19 itu. Salah satunya adalah dengan minum ramuan tradisional atau jamu.
Di Kota Semarang, ada beberapa kampung yang banyak warganya bekerja sebagai peracik jamu, yaitu kampung Sumbersari, Wonopolo Mijen, dan Ngadirgo Mijen. Dilansir dari Liputan6.com, Rabu (18/3), para ibu-ibu di kampung tersebut sudah bangun sejak dini hari untuk meracik jamu.
Karena aktivitas warga itu, kampung tempat mereka tinggal disebut kampung jamu. Karena gelar ini juga, kampung ini mendapat keuntungan saat merebaknya virus corona.
-
Dimana daerah penghasil jamu di Madura? Kini semua kabupaten di Pulau Madura punya wilayah dengan banyak industri rumahan (UMKM) pembuat jamu.
-
Bagaimana jamu dibuat di masa lalu? 'Sebenarnya pengobatan yang digunakan oleh masyarakat masa lalu tidak kalah dengan saat ini. Hanya saja tergerus perkembangan zaman,' kata Puger dikutip dari Kemdikbud.go.id.
-
Di mana buruh Jawa bekerja di perkebunan karet? Mereka bisa bekerja lebih dari 12 jam dan sangat memberatkan fisik para buruh. Mereka biasanya menyadap getah selama 5 jam, mengurus pohon karet muda selama 3 jam, dan mengolah lateks menjadi bahan karet yang memakan waktu 5 jam.
-
Dimana jamu tradisional banyak digunakan? Dalam kehidupan sehari-hari, rempah-rempah ini sering kali dijadikan bahan utama dalam pembuatan jamu tradisional yang tidak hanya menyehatkan tetapi juga menyegarkan.
-
Siapa yang menghuni kampung tersebut? Pasalnya di sini, seluruh penghuninya merupakan perempuan dan tidak ada laki-laki sama sekali.
-
Bagaimana proses pembuatan jamu di Bali? Dalam sesi Bali Herbal Walks, kamu bisa mengetahui cara mengidentifikasi tanaman dan teknik pengobatan tradisional masyarakat Bali. Sementara itu, dalam Jamu Class, kamu bisa melakukan sendiri proses pembuatan minuman herbal seperti jamu.
Penjaja Jamu Tradisional
2020 liputan6.com
Warga yang tinggal di kampung Sumbersari, Wonopolo dan Kampung Ngadirgo, Kecamatan Mijen mayoritas berprofesi sebagai pembuat jamu. Di Wonopolo, terdapat 50 orang perajin dan pedagang jamu, sementara itu di Ngadirgo ada 25 orang pengracik dan pedagang jamu.
Salah satu pedagang jamu itu adalah Suhanah. Dia selalu bangun pagi untuk meracik jamu gendong. Menurutnya meracik jamu itu butuh keahlian khusus. Meracik jamu itu tak bisa sembarangan dan butuh ketelatenan khusus.
"Bahan-bahan seperti kunyit, kayu pepet, asam jawa, dan sambiroto harus diracik secara telaten," ujar Suhanah dilansir Liputan6.com, Rabu (18/3).
Menjajakan Jamu dengan Cara Digendong
2020 liputan6.com
Setelah jamu selesai dibuat, mereka kemudian menjajakannya keliling kampung. Pada awal kemunculannya, mereka menjajakan jamu dengan cara digendong. Hal ini menjadi pemandangan yang menarik untuk dilihat. Namun seiring berkembangnya sarana moda transportasi, mereka mulai menjajakan jamu dengan sepeda atau kendaraan bermotor.
Pada awalnya, usaha jamu dirintis oleh ibu-ibu di tempat itu karena mereka menganggur di saat suaminya bekerja. Diawali ibu-ibu yang menganggur dan mencoba berdagang jamu gendong.
"Ternyata hasilnya luar biasa. Bahkan hasil penjualannya menjadi penopang utama kampung ini," ujar Kholidi, Ketua Paguyuban Jamu Gendong Sumber Husodo, dilansir dari Liputan6.com, Rabu (18/3).
Bahan Jamu Ditanam di Pekarangan
Seiring berjalannya waktu, ibu-ibu di kampung Ngadirgo dan Wonopolo tidak hanya menjajakan jamu, tapi mereka juga menanam bahan-bahan mentahnya. Mereka menanam rempah, sebagai bahan dasar jamu, di pekarangan rumah mereka.
Shutterstock
Di perkarangan itu juga, mereka menanam temulawak, kunyit, kencur, daun papaya, manjakani, cabai jawa, dan bahan-bahan lainnya.
Omset Meningkat Karena Virus Corona
2020 liputan6.com
Setiap hari, para penjual jamu itu membawa 15-20 liter jamu gendong. Bahkan bagi yang menjajakan jamu menggunakan sepeda motor, mereka sanggup membawa 70 liter jamu per hari. Dilansir dari Liputan6.com, Kholidi menyebut saat berjualan mereka membawa aneka jamu seperti beras kencur, gula asem, cabai puyang, daun papaya, brotowali, dan lainnya.
Segelas jamu gendong biasanya dihargai Rp2.000 - 3.000. Sementara itu dalam sehari Suhanah bisa mendapatkan Rp 150-200 ribu dari penjualan jamu itu. Namun belakangan omset itu meningkat karena jamu semakin dicari setelah merebaknya Virus Corona.
Dikemas secara Tradisional dan Ramah Lingkungan
2020 liputan6.com
Tidak hanya menanam dan menjualnya saja, para penjual jamu di kampung ini juga meracik sendiri dagangan mereka. Ketika sudah masak, jamu harus segera dimasukkan ke dalam botol kaca yang sudah diberi garam. Jamu tidak boleh dimasukkan ke dalam botol kaca maupun plastik karena berbahaya.
"Memasukkannya ke dalam botol plastik dapat merusak kualitas jamu dan menimbulkan penyakit akibat reaksi kimia. Jamu itu dibuat untuk membuat orang sehat, bukan penyakitan," ujar Suhanah.
Menurut Kholidi, pemilihan usaha jamu di kampungnya telah mendatangkan manfaat. Salah satu manfaat itu digunakan untuk penataan lingkungan kampung jamu agar terlihat rapi, bersih, dan menarik. (mdk/shr)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Resep jamu Kiringan sudah bertahan selama 74 tahun. Kini jadi aset budaya Khas Bantul
Baca SelengkapnyaSelain 20 varian jamu siap minum, Dapur Jamu Ibu ini juga menyediakan sirup dan jamu serbuk instan.
Baca SelengkapnyaMenyambut Hari Jamu Nasional 2024, Sido Muncul menggelar acara Ayo Minum Jamu.
Baca SelengkapnyaIkan yang diasap bervariasi, mulai dari ikan air laut hingga ikan air tawar
Baca SelengkapnyaDi Dusun Banger sebenarnya masih banyak rumah tidak layak huni. Bahkan beberapa penghuninya tidak pernah mendapat bantuan sama sekali.
Baca SelengkapnyaKampung Jaha terkenal sebagai sentra pengrajin bawang goreng di Bekasi.
Baca SelengkapnyaPada malam Jumat Kliwon sering terdengar keramaian seperti pasar.
Baca SelengkapnyaMurjiyati terus bergerak bersama ibu-ibu penjual jamu di Kiringan untuk mengangkat potensi desa wisata jamu
Baca SelengkapnyaMeski Lebaran masih 3 pekan lagi, permintaan kue kering meningkat 100 persen.
Baca Selengkapnya