Melihat Rumah-Rumah Kolonial Tua di Tengah Hutan Jati Grobogan, Kental Nuansa Klasik
Salah satu bangunan pernah digunakan sebagai tempat penyekapan oleh tentara Belanda.
jateng![Melihat Rumah-Rumah Kolonial Tua di Tengah Hutan Jati Grobogan, Kental Nuansa Klasik](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/1200x630/bg/newsOg/2024/4/24/1713924107679-91i97.jpeg)
Salah satu bangunan pernah digunakan sebagai tempat penyekapan oleh tentara Belanda.
![Melihat Rumah-Rumah Kolonial Tua di Tengah Hutan Jati Grobogan, Kental Nuansa Klasik](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/480x/ori/feedImage/2024/4/24/1713923932414-22avuj.jpeg)
Melihat Rumah-Rumah Kolonial Tua di Tengah Hutan Jati Grobogan, Kental Nuansa Klasik
Kedungjati merupakan sebuah wilayah kecamatan yang letaknya berada di tengah kawasan hutan jati. Di sana masih banyak ditemukan bangunan-bangunan klasik peninggalan kolonial Belanda. Salah satunya adalah Stasiun Kedungjati. Stasiun itu dibangun pada tahun 1867 dan diresmikan pada tahun 1868.
-
Di mana rumah tua peninggalan Belanda di Salatiga itu berada? Di Jalan Diponegoro, Kota Salatiga, ada sebuah rumah tua yang masih berdiri utuh.
-
Di mana lokasi puing rumah Belanda di Situ Patenggang? Mengutip kanal YouTube Jejak Siborik, di tengah hutan kawasan Situ Patenggang terdapat puing-puing bangunan yang diduga sebagai rumah peninggalan Belanda.
-
Kenapa rumah tua peninggalan Belanda di Salatiga itu terbengkalai? Kini rumah tua itu tak ada yang menempati dan terbengkalai.
-
Kenapa Belanda membumihanguskan rumah Teuku Umar? Belanda yang merasa sangat dikhianati oleh Teuku Umar pun geram. Mereka langsung mencari keberadaan Teuku Umar. Namun, sebelum berhasil ditangkap para tentara Belanda lebih dulu membumihanguskan tempat tinggal Teuku Umar.
Tak jauh dari Stasiun Kedungjati, terdapat bangunan tua yang dulunya menjadi tempat tinggal pejabat kereta api. Bangunan itu dibangun sekitar tahun 1907. Rumah itu desainnya seperti rumah-rumah orang Eropa di tengah perkebunan Alpen.
![Melihat Rumah-Rumah Kolonial Tua di Tengah Hutan Jati Grobogan, Kental Nuansa Klasik](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/480x/ori/feedImage/2024/4/24/1713923993534-l525t.jpeg)
Ciri khas klasik masih tetap dipertahankan pada bangunan itu. Tampak dari samping, tiang penyangga bangunan itu diberikan besi dari rel agar bangunan itu bisa berdiri lebih kokoh. Bahan utama penyusun bangunan itu adalah kayu jati.
![Melihat Rumah-Rumah Kolonial Tua di Tengah Hutan Jati Grobogan, Kental Nuansa Klasik](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/480x/ori/feedImage/2024/4/24/1713924009888-qlvqn.jpeg)
Tak jauh di sebelah utara Stasiun Kedungjati, ada sebuah bangunan bernama Gereja Kaliceret. Mengutip YouTube Jejak Tempoe Doloe, gereja itu dibangun pada tahun 1898.
Keunikan dari bangunan itu adalah tidak ada pengait dari paku sekalipun untuk menyangga bangunan itu, melainkan sebuah pengancing yang terbuat dari kayu. Dinding-dinding itu juga terbuat dari kayu jati.
- Menyusuri Kampung Kapitan, Tempat Tinggal Etnis Tionghoa Pertama Masa Kolonial di Palembang
- Melihat Menara Air Peninggalan Kolonial di Kota Tegal, Bukti Kecanggihan Belanda dalam Mengelola Air Tanpa Mesin
- Berusia 200 Tahun, Intip Megahnya Istana Rokan Rumah Panggung Peninggalan Kerajaan Rokan
- Sosok Pong Tiku, Pemimpin Asal Bugis yang Melawan Kolonial Belanda Terlama di Sulawesi Selatan
- Tiga Orang di Jakarta Mau Bunuh Diri Gara-Gara Judi Online
- KPK Kembali Obok-Obok Kantor Pemkot Semarang, Bawa Koper dari Kantor Dinas Pendidikan
Di gereja itu pula terdapat sebuah lonceng tua. Menurut warga sekitar, gereja itu dikirim dari Belanda pada tahun 1960-an. Di sisi kanan halaman gereja, terdapat rumah dinas para pendeta. Kini rumah dinas itu berubah menjadi sekolah dasar.
![Melihat Rumah-Rumah Kolonial Tua di Tengah Hutan Jati Grobogan, Kental Nuansa Klasik](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/480x/ori/feedImage/2024/4/24/1713924036829-e4ytb.jpeg)
Triatmo, salah seorang warga Kaliceret mengatakan, tempat ibadah itu dibangun oleh kolonial Belanda.
“Bangunan ini masih asli peninggalan Belanda. Atapnya masih genteng, hanya beberapa genteng yang diganti karena sempat bocor,” kata Triatmo, mengutip YouTube Jejak Tempo Doeloe.
Sementara itu rumah pendeta yang tak jauh dari gereja itu dulunya pernah digunakan sebagai tempat penyekapan orang-orang pribumi oleh tentara Jepang, tepatnya antara Juni hingga Agustus 1945. Di sana para tahanan disekap dan disiksa oleh tentara Jepang. Bahkan beberapa di antaranya dieksekusi.
Tak jauh dari gereja itu, ada sebuah makam Belanda. Yang dimakamkan di sana adalah seorang pendeta.
Dia bernama Ginny Kuhnen, lahir pada 10 Agustus 1863 dan meninggal pada September 1899.
Di sebelah makam itu, terdapat satu makam lagi yaitu milik Iboekoe Ma. Paulus Soemare, wafat pada tahun 1919.
Di Kedungjati pula, terdapat sebuah rumah panggung peninggalan Belanda. Kini rumah itu difungsikan sebagai kantor BKPH. Dulunya rumah itu digungsikan sebagai rumah dinas kehutanan jati di area Kedungjati, Grobogan.
![Melihat Rumah-Rumah Kolonial Tua di Tengah Hutan Jati Grobogan, Kental Nuansa Klasik](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/480x/ori/feedImage/2024/4/24/1713924053773-3pzsn.jpeg)