Kisah Kelompok Tani di Batang Budidaya Madu Liar, Sempat Alami Pasang Surut
Setiap tahun, mereka bisa menghasilkan omzet mencapai Rp66 juta.
news![Kisah Kelompok Tani di Batang Budidaya Madu Liar, Sempat Alami Pasang Surut](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/1200x630/bg/newsCover/2023/8/21/1692604499866-kcijzf.jpeg)
Setiap tahun, mereka bisa menghasilkan omzet mencapai Rp66 juta.
![Kisah Kelompok Tani di Batang Budidaya Madu Liar, Sempat Alami Pasang Surut](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/480x/ori/feedImage/2023/8/21/1692603771679-9fz5j.jpeg)
Kisah Kelompok Tani di Batang Budidaya Madu Liar, Sempat Alami Pasang Surut
![Kisah Kelompok Tani di Batang Budidaya Madu Liar, Sempat Alami Pasang Surut](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/480x/ori/feedImage/2023/8/21/1692603963293-dhw1f.jpeg)
Sore itu hutan Alas Roban di Kabupaten Batang, Jawa Tengah, baru saja diguyur hujan gerimis. Tak berselang lama, sekelompok peternak lebah madu tiba. Mereka tampak riang.
Hari itu adalah waktu panen madu yang dihasilkan oleh Lebah Apis Cerana. Jenis lebah ini biasanya tinggal di kawasan hutan hujan tropis. Salah satu lokasi di Pulau Jawa yang menjadi habitat Lebah Apis Cerana adalah Hutan Alas Roban.
![Kisah Kelompok Tani di Batang Budidaya Madu Liar, Sempat Alami Pasang Surut](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/480x/ori/feedImage/2023/8/21/1692604450389-mq9v4.jpeg)
![Kisah Kelompok Tani di Batang Budidaya Madu Liar, Sempat Alami Pasang Surut](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/480x/ori/feedImage/2023/8/21/1692604465350-u6y99f.jpeg)
Keberadaan Lebah Apis Cerana di Alas Roban dimanfaatkan warga setempat untuk memanen madunya. Biasanya kotak-kotak sarang lebah tergantung pada pohon-pohon karet yang berada di hutan itu.
Casman, Ketua Kelompok Tani Hutan (KTH) Alam Roban yang berada di Desa Kedawung, Kecamatan Banyuputih, Kabupaten Batang, Jawa Tengah, mengatakan bahwa panen madu liar biasanya dilakukan tiga kali dalam setahun. “Jika cuaca sedang cerah, panen madu selama 1 tahun bisa dilakukan sebanyak 3 kali. Tapi kalau curah hujan tinggi, biasanya produksi agak menurun,” kata Casman dikutip dari Liputan6.com pada Senin (21/8).
- Karyawan Bobol Gudang Sembako Milik Bosnya, Mentega Senilai Rp200 Juta Raib Dicuri
- Dua Mantan Anak Buah SYL Dituntut 6 Tahun Penjara dan Denda Rp250 Juta
- Kisah Lettu Budi Santoso, Prajurit TNI Sukses jadi Peternak Perkutut Penghasilan Perbulan Jutaan
- Kisah Pasutri Asal Tulungagung Nekat Tinggalkan Pekerjaan dan Pilih Jualan Baju, Modal Rp1 Juta Hasilkan Rp2 Miliar
- Cabuli 6 Remaja Laki-Laki, Pria Ini Diringkus Polda Jambi
- VIDEO:Zainul Maarif Usai Dipecat "Israel Biadab, Tapi Enggak Mungkin Saya Pukuli Presidennya"
Casman mengatakan, proses penyaringan madu di kelompoknya masih terbilang sederhana, terlebih sarang madu di sana terbentuk secara alami. Pertama-tama, sarang lebah diambil dan disaring isinya, kemudian sarang diekstrak kembali sehingga diperoleh madu berkualitas tinggi. Rasa madu yang dihasilkan sudah cukup manis tanpa tambahan gula.
Casman mengatakan bahwa perjalanan KTH Alam Roban dalam beternak madu liar sempat mengalami pasang surut. Namun dari keterpurukan, Casman dan kawan-kawan tidak patah semangat untuk terus memanfaatkan sumber daya yang mereka miliki.
![Kisah Kelompok Tani di Batang Budidaya Madu Liar, Sempat Alami Pasang Surut](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/480x/ori/feedImage/2023/8/21/1692604473246-3v999.jpeg)
“Awal berdiri kelompok ini di tahun 2013, omzet yang kami peroleh dalam sekali panen terbilang cukup minim. Jumlahnya tak lebih dari Rp5-6 juta. Jadi tak sedikit petani-petani di sini yang menjadikan pekerjaan ini sebagai sampingan serta mengalami penurunan jumlah anggota dari 23 orang menjadi 15 orang,” ujar Casman dikutip dari Liputan6.com.
Sejak tahun 2021, KTH Alam Roban mendapatkan pendampingan dari PT Askrindo. Sejak saat itu, produktivitas KTH Alam Roban terus meningkat. Saat ini, omzet penjualan madu setiap anggota KTH Alam Roban sudah mencapai Rp22 juta. Jika tiap tahun terdapat 3 kali masa panen, maka omzet penjualan madu per tahun mencapai Rp66 juta. Hingga kini, madu liar dengan merek “Madu Mak Lebah” eksis mengikuti pameran. KTH Alam Roban optimistis bisa terus maju dan berkembang secara mandiri agar produk mereka bisa tersebar dan dikenal pada tingkat nasional maupun internasional.