Jadi Tempat Terlarang bagi Para Sinden, Ini 3 Fakta Unik Kampung Singomodo
Merdeka.com - Setiap desa punya keunikan masing-masing. Ada desa yang menyimpan cerita kelam, dan ada pula desa yang menyimpan sebuah mitos yang masih diyakini warganya.
Di Sragen, Jawa Tengah, ada sebuah desa yang terlarang bagi para sinden untuk menginjakkan kaki di sana. Desa itu bernama Singomodo. Di desa itu, terdapat sebuah makam Syekh Naser yang oleh warga setempat dikenal dengan nama Eyang Singomodo. Makam itu dijaga oleh seorang juru kunci bernama Mbah Slamet.
“Waktu zaman penjajahan, Belanda masuk sini. Tanahnya dikapling-kapling. Nah ada warga yang nggarap kaplingan dan menerabas areal batas larangan itu. Dia langsung sekarat. Sembuhnya saat dia dimintakan maaf dan doa di makam Syekh Naser itu,” kata Mbah Slamet dikutip dari Liputan6.com.
Dikenal Keramat
©2021 liputan6.com
Secara administratif, Kampung Singomodo terletak di Desa Kandangsapi, Kecamatan Jenar, Sragen. Oleh warga sekitar, makam Eyang Singomodo memang terkenal keramat.
Mbah Slamet bercerita, dulu pernah ada peziarah yang tidak berwudhu dan mengucapkan kata-kata yang tidak pantas saat berada di makam. Biasanya pengunjung itu langsung mengalami hal aneh.
“Yang sering itu kalau tidak wudhu. Tahu-tahu nanti kalau duduk pasti nggak betah karena tiba-tiba ada semut di bawahnya. Padahal peziarah lain yang wudhu biasa-biasa saja. Nggak tahu itu semut datangnya dari mana,” terang Mbah Slamet.
Kampung Anti Sinden
kanal YouTube Ganjar Pranowo ©2021 Merdeka.com
Kampung Singomodo juga terkenal sebagai kampung anti sinden. Biasanya kalau ada pesinden yang datang atau orang yang membunyikan suara sinden di kampung itu, mereka akan mendapat kutukan. Kejadian semacam itu pernah menimpa sopir travel pengantar rombongan ziarah ke makam Syekh Naser.
“Sang sopir nggak turun. Dia menunggu di mobil sambil menyetel musik klenengan di dalam mobil. Dia nggak tahu kalau ini kampung anti sinden atau penyanyi. Saat itu nggak terjadi apa-apa. Tapi saat perjalanan pulang sampai Mantingan, tiba-tiba empat ban mobilnya langsung kempes dan terjadi kecelakaan,” kata Mbah Slamet dikutip dari Liputan6.com.
Tak Masuk Akal
©2021 liputan6.com
Salah seorang sesepuh di Kampung Singomodo yang juga kepala desa Kandangsapi, Bopo Hartono (61) mengatakan bahwa kesakralan Makam Syekh Naser dan Kampung Singomodo memang tak masuk akal. Menurutnya, kutukan itu sebenarnya hanya berlaku di satu RT yaitu RT 5 atau yang wilayahnya berada di sekitar makam. Namun, mitos itu tak berlaku di RT lain di wilayah tersebut.
“Kalau di RT lain kehidupannya biasa. Boleh nanggap klenengan, tayub, dan sinden. Yang jelas sampai sekarang warga masih menolak sinden atau penyanyi karena mitos itu masih diyakini warga di RT tersebut,” jelas Bopo.
(mdk/shr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kata sindiran halus namun menohok menjadi salah satu cara mengungkapkan rasa tak suka secara tidak langsung pada seseorang yang menjengkelkan.
Baca SelengkapnyaSejumlah tempat sederhana hingga menakjubkan dikunjunginya. Tak lupa, ada momen unik saat sang jenderal bersantai. Seperti apa?
Baca SelengkapnyaWarga Kampung Pakuan, Desa Sukasari, Kecamatan Dawua, Kabupaten Subang Jawa Barat, bahu membahu membersihkan jalan raya dengan cara mengepel.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Bukan berseragam loreng, sosoknya justru tampil dalam pakaian sipil.
Baca SelengkapnyaBanyak warga lokalnya menggunakan ladang untuk dijadikan sebagai lahan menanam sayur-sayuran.
Baca SelengkapnyaSaat pembangunan waduk terjadi sebuah insiden jebolnya tanggul pembantu yang memakan korban hingga 127 orang.
Baca SelengkapnyaPria ini menyebut kandang kambingnya sebagai kebun binatang.
Baca SelengkapnyaPemkot Jakarta Barat berdalih telah melakukan pelbagai upaya mengantisipasi ruang terbuka hijau Wijaya Kusuma menjadi tempat prostitusi terselubung.
Baca SelengkapnyaBerkunjung ke Jalan Braga tak afdol jika tidak menikmati keindahan arsitektur gedung dan menikmati bacang panas.
Baca Selengkapnya