Warung Kerek Mpok Neneng di Himpitan Gedung Tinggi Ibu Kota
Merdeka.com - "Mpok, kopi item satu sama nasi paket ceban (Rp10.000), tambahin gorengan dua," teriak pembeli yang sedang kelaparan. Suara itu terdengar dari arah seberang kali.
Begitulah suasana saban sore di tepi Kali Mampang tepatnya di Kampung Kabelan, Mampang, Jakarta Selatan. Lokasinya persis di Hotel Four Season, Gatot Subroto Sejumlah pekerja dari proyek di sekitar antre membeli makan di warung seberang. Harganya, Rp10.000-Rp15.000 tergantung paketan nasi apa yang dipilih.
Selagi pesanan diracik, para pekerja pria mengistirahatkan tubuh yang lelah. Sebatang rokok terjepit di sela jari. Sedangkan pekerja wanita, sekadar bercengkrama dengan rekannya.
Di dalam warung, Neneng sibuk menyiapkan pesanan. Sigap meramu nasi dan lauk pauknya dalam bungkusan. Kemudian, dia masukkan ke dalam ember warna hitam dan mulai mengerek seutas tali agar sampai ke pembeli.
"Uangnya berapa? Biar sekalian entar dikembaliin," teriak Neneng kepada pembeli.
"Rp15 ribu duitnya," sahut pembeli.
"Ya udah, kembaliannya ditaro di dalem plastik ya. Kepakenya Rp13.000," sambung Neneng.
Neneng berkisah soal warung kereknya yang di bangun 2 tahun silam. Dahulu, bersama tetangga, Neneng berjualan makanan mengantarkan langsung ke pembeli.
"Tadinya di sana satu titik, saya kalau ada yang beli lari ke sana, kan panas, ujan ya keujanan. Waktu tangga dilepas kan kita pakai yang di sono embernya, satu doang," ujar Neneng.
Lelah berdagang model itu, Neneng punya ide membuat warung kerek. Modal awalnya lumayan, Rp400 ribu. Tetapi, sudah dilengkapi ember kerek. Seingatnya, ember sudah berganti beberapa kali karena rusak.
"Retak (ember) ini bagian bawah, terus kadang kupingnya, sangketannya putus, ini belah," ungkapnya.
Pernah suatu hari, kondisi ember dan tali kerek sudah benar-benar memprihatinkan. Saat mengantarkan pesanan, tiba-tiba saja tali kerek putus. Sudah berupaya diselamatkan, nyatakanya 10 bungkus 'nasi rames' itu berakhir ke kali.
"Ya buru-burulah nyari ember lari-lari, adalah setengah jam (nyari ember). Pelanggan nungguin, udah biasa beli dia maklumlah, enggak marah. Emang kita yang mau ember pecah," ungkap Neneng sambil mengerek tali untuk mengantar pesanan pembeli.
Tak hanya pesanan pembeli saja yang jatuh, tapi uang para pembeli maupun kembalian terjun bebas ke kali.
Duka lainnya, saat ada pembeli yang lupa memasukkan uangnya ke dalam ember setelah memesan makanan. Namun, dia tak ingin repot menagih, bergantung kesadaran pembeli..
"Ada, kalau yang enggak bayar yaudah biarin aje, berarti bukan rezeki saya. Dia mesen, saking banyaknya orang, kita kadang bingung. Tapi saya kadang udah hitung ada berapa orang, itu udah kehitung uangnya sama saya. Ada yang enggak bayar ketahuan, tapi itu udah sering," keluh Neneng.
"Tahu, kenal (orangnya). Cuma dianya pura-pura aje, kite masa mau nagih teriak-teriak, kasihanlah (dia pelanggan)," tambahnya.
Kelakuan satu dua pembeli tak beretika tak membuat Neneng emosi. Dia yakin rezekinya akan datang dari yang lain. Apalagi, dia juga menjual rokok hingga minuman dingin.
"Kalau lagi rame untung bisa Rp1,5 juta sama rokok, kalau lagi sepi gopek (Rp500 ribu), Rp700 ribu," sebut Neneng.
Dia menambahkan, musim penghujan ini juga tak mengganggu aktivitasnya berjualan. Ada saja cara agar pembeli tak kecewa.
"(Kalau hujan) kita break (istirahat) dulu. Kalau ada yang beli, kita plastikin di-double, untuk duitnya basah, kan ini (ember) air semua. Entar dikeringin (duit) di kompor," ujarnya.
Selain Neneng, tetangganya juga ikut berdagang. Ada menu bakso hingga soto. Memiliki banyak saingan, Neneng tak takut sepi pembeli. Sebab terpenting, katanya, semangat dan tak malas membuka warung sejak pagi pukul 6 hingga 10 malam.
"Ada enam (warung kerek), bakso, nasi rames, rokok atau warkop lah, soto. Enggak saingan, rezeki mah enggak ketuker sama sendal, udah ada yang ngatur," jelasnya.
(mdk/lia)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Merdeka.com merangkum informasi tentang rekomendasi makanan musang yang paling disukai, dan ampuh bikin hewan peliharaan jadi gemuk.
Baca SelengkapnyaCukup melihat warna lampu yang terpasang di depan warung, pelanggan bisa tahu ketersediaan stok makanan di warung tersebut
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Kemenkop mengaku tidak pernah melarang warung madura untuk beroperasi 24 jam
Baca SelengkapnyaAnda bisa mengolah pisang kepok dengan hemat gas sehingga tetap segar dan tidak mengalami perubahan warna yang tidak diinginkan. Berikut panduannya.
Baca SelengkapnyaBegini penampakan warung bakso yang ada di Madinah tepatnya di lembah gunung batu yang harus sewa sebanyak Rp24 juta perbulan.
Baca SelengkapnyaBegitu miris, ia hanya bisa memakan menu nasi dan micin serta tinggal di gubuk tak layak
Baca SelengkapnyaCerita Heru Setiawan rela nekat meninggalkan bangku perkuliahan demi memilih untuk membangun usaha kerupuk kulit sapi.
Baca SelengkapnyaMenu pilihan bersama kedua anak pun memiliki cita rasa yang khas hingga banjir pujian.
Baca Selengkapnya