Mengenali Perbedaan Tanah Bergerak dan Longsor
Merdeka.com - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta menyampaikan ada 10 kecamatan rawan tanah bergerak. Jakarta Selatan dan Jakarta Timur merupakan wilayah terbanyak dengan catatan kejadian tanah bergerak.
Adapun 10 kecamatan itu dan diunggah akun Instagram @bpbddkijakarta yakni:
1. Jakarta Selatan, meliputi wilayah Kecamatan Cilandak, Jagakarsa, Kebayoran Baru, Kebayoran Lama, Mampang Prapatan, Pancoran, Pasar Minggu, Pesanggrahan.
2. Jakarta Timur, meliputi wilayah Kecamatan Kramat Jati dan Pasar Rebo.
Banyak warga beranggapan bahwa tanah bergerak adalah tanah longsor. Begitu pula yang diyakini oleh Camat Mampang Prapatan, Jakarta Selatan, Djaharuddin.
"Pemahaman saya, tanah bergerak di Mampang adalah tanah yang berada di bantaran kali yang rawan longsor," kata Djaharudin kepada merdeka.com, Selasa (5/4).
Lantas, apakah tanah bergerak memiliki arti dan kondisi yang sama dengan tanah longsor?
Kepala Bidang Mitigasi Gerakan Tanah pada Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Agus Budiarto menyampaikan, merujuk definisi SNI 8291:2016, yang dimaksud gerakan tanah adalah, pergerakan massa batuan, tanah atau bahan rombakan, seperti campuran batuan, tanah, pohon, pembentuk lereng ke arah bawah lereng.
Dilihat dari jenis gerakannya, longsor masuk ke dalam jenis gerakan tanah cepat. Bencana banjir bandang juga masuk dalam jenis gerakan tanah cepat.
"Tipe cepat, yang sering disebut longsor," kata Agus kepada merdeka.com, Selasa (5/4).
Sedangkan jenis gerakan tanah lambat, umumnya hanya ditandai dengan retakan tanah, seperti fenomena nendatan, rayapan.
Di Jakarta, kata Agus, sangat banyak kriteria terjadinya pergerakan tanah seperti bukit-bukit kecil, dan bantaran sungai.
Namun tidak hanya kriteria tunggal yang menyebabkan tanah bergerak di Jakarta dan mengakibatkan longsor. Drainase tidak terkendali dan ulah manusia turut andil menyebabkan terjadinya longsor.
"Manusia juga menciptakan parameter seperti menciptakan tanah stabil dari urugan dan membangun talud tembok bangunan yang tidak sesuai kajian kestabilan lahan melalui kajian geoteknik," jelasnya.
Dia berujar, keniscayaan sebidang tanah bergerak jika tanah tersebut berada di daerah yang miring atau lereng. Kemudian, tanah di lereng menjadi tidak stabil karena tidak ada yang mengikat tanah di lereng seperti akar pohon.
Tanah akan bergerak seiring adanya penambah beban tanah seperti pemukiman, bangunan. Tanah akan bergerak saat terdapat jalur air yang tidak terkendali di tanah di lereng.
"Paramater selanjutnya aktivitas manusia yang memanfaatkan tanah di lereng tanpa pengaturan tata guna lahan yang benar," ujarnya.
"Jika curah hujan lebat, tanah yang tidak stabil di lereng akan bergerak turun, diguncang gempa atau tanah di lereng terkena gempa, manusia memakainya sembarangan (eksploitasi) dan ditambah hujan, maka sudah takdirnya tanah bergerak dan berakibat menjadi longsor," jelasnya
Agus juga menekankan bahwa penurunan muka tanah berbeda dengan pergerakan tanah baik jenis lambat ataupun cepat.
"Penurunan tanah bukan termasuk dalam gerakan tanah karena sifatnya terjadi secara vertikal. Sedangkan gerakan tanah cenderung terjadi pada daerah lereng," jelasnya.
Pergerakan tanah dengan jenis lambat atau cepat tetap memiliki dampak. Menyoroti bangunan dan gedung bertingkat di Jakarta, Agus mengatakan selama pembangunan gedung berpedoman terhadap analisis konstruksi, maka dampaknya dapat diminimalisir.
Begitu sebaliknya, bangunan tanpa kaidah analisis konstruksi dampak pergerakan tanah lambat pun patut diwaspadai.
"Untuk bangunan dengan konstruksi sesuai saran analisis kestabilan geoteknik tentunya dapat dipertanggungjawabkan sementara hati-hati bangunan yang dibangun tanpa analisis kestabilan lereng," ujarnya.
(mdk/fik)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Serahkan Sertifikat Tanah di Kabupaten Bogor, Menteri ATR/BPN Ungkap Keuntungan bagi Masyarakat
Hadi Tjahjanto menyerahkan 500 sertipikat tanah bagi masyarakat Desa Gunung Sari, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor.
Baca SelengkapnyaJenis-Jenis Batuan dan Kegunaannya, Perlu Diketahui
Batuan adalah benda padat yang terbentuk oleh agregasi atau kumpulan mineral, fragmen mineral atau material organik yang saling terikat bersama.
Baca SelengkapnyaPerkuat Pertahanan Indonesia, Ganjar Bakal Kembangkan Potensi Generasi Muda Buat Jadi Ahli Siber
Ganjar juga menekankan pentingnya menguatkan Badan Sandi dan Siber Negara (BSSN)
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Perusahaan yang Bantu Hijaukan IKN Bisa Dapat Pengurangan Pajak 200 Persen
Otorita IKN Nusantara akan membangun kawasan hijau atau lindung seluas 177 ribu hektare.
Baca SelengkapnyaMengenal Kelekak, Kearifan Lokal Masyarakat Bangka Belitung dalam Melestarikan Lingkungan
Masyarakat lokal Bangka Belitung memiliki cara tersendiri dalam melestarikan lingkungan yang berbasis kearifan lokal.
Baca SelengkapnyaContoh Permasalahan Lingkungan dan Solusinya, Cara Terbaik Antisipasi Bencana
Merdeka.com merangkum informasi tentang contoh permasalahan lingkungan hidup dan solusinya.
Baca SelengkapnyaKronologi Belasan Tahanan Polsek Tanah Abang Kabur: Potong Besi Pakai Gergaji Selundupan dan Kikis Tembok
Sementara dari 14 Tahanan yang melarikan diri telah 8 Tersangka telah diamankan kembali.
Baca SelengkapnyaJenderal TNI Kerahkan 2.010 Prajurit Sisir Gunung Lawu, Angkut 50 Ton Sampah dan Tanam 23.000 Pohon
Para prajurit TNI AD membersihkan sampah dan melakukan penghijauan kembali setelah beberapa waktu lalu lokasi tersebut kebakaran.
Baca SelengkapnyaTemuan Badan Geologi Ungkap Penyebab Rentetan Gempa di Sumedang
Badan Geologi mengimbau untuk meningkatkan upaya mitigasi dan penataan ruang di kawasan rawan bencana gempa bumi.
Baca Selengkapnya