Banjir Pejaten Surut, Warga Gotong Royong Bersihkan Lumpur dan Bangun Dapur Umum
Merdeka.com - Banjir di kawasan Pejaten Timur, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, mulai perlahan surut. Meski tidak cepat, sebagian warga terdampak sudah berbenah dan gotong royong membersihkan endapan lumpur di rumah dan jalanan.
Siaga warga salah satunya lewat penyediaan dapur umum. Sejak pukul 10.00 WIB tadi, sebagian ibu-ibu mulai sibuk menyediakan makanan bagi warga terdampak banjir.
Di RT 05 RW 05 Pejaten Timur, Jakarta Selatan, ada sebanyak 340 KK yang 200 di antaranya menjadi korban banjir. Mereka mengungsi di sejumlah tempat, seperti Musala Jamiatul Khair, SDN 22 Jakarta dan SMPN 46 Jakarta.
Ketua RT 05/05 Pejaten Timur, Suhardi menyampaikan, jumlah warga terdampak di wilayahnya mencapai 900 jiwa lebih.
©2019 Liputan6.com"Kita posko dapur umum siaga dari jam 08.00 WIB. Memang dari jam 19.00 WIB malam sudah bertahap kasih kabar ke warga. Sudah dapat informasi dari Katulampa," tutur Suhardi kepada liputan6.com di dapur umum RT 05/05 Pejaten Timur, Jakarta Selatan, Jumat (26/4/2019).
Berdasarkan data yang tercatat, lanjut Suhardi, ada 180 rumah yang terendam banjir. Pemprov DKI pun lewat kelurahan setempat telah memberikan bantuan logistik berupa makanan, obat-obatan, dan selimut.
Salah seorang ibu tampak sibuk menggoreng telur di dapur umum. Menurut perempuan yang akrab disapa Ros itu, ada sekitar 10 orang yang diperbantukan mengelola dapur umum.
"Nanti diumumin di musala biar warga datang ambil sendiri," kata Ros.
©2019 Liputan6.comSejauh ini, sudah ada beberapa donatur yang datang menyerahkan bantuan dana untuk dapur umum. Termasuk para ibu-ibu alumni SMPN 104 Mampang Prapatan, Jakarta Selatan yang memberikan ratusan nasi kotak.
Seorang Alumni, Pipit mengatakan, mereka memang terbiasa berkeliling memberikan makanan siap saji ke sejumlah tempat pada hari Jumat. Kebetulan peristiwa banjir terjadi di waktu yang sama.
"Ada 105 nasi boks. Kita tahu Pejaten Timur kebanjiran, jadi langsung pilih tempat di sini untuk beri bantuan," ujar Pipit.
Sementara itu, warga bernama Rizal sibuk memantau banjir di pemukiman RT 05 RW 05 Pejaten Timur lewat tangga yang menjadi akses warga pinggir sungai Ciliwung ke dataran lebih tinggi. Rumahnya tinggal terlihat atapnya.
Pria 47 tahun itu sudah biasa menghadapi banjir. Meski bukan pengurus RT setempat, dia menjadi salah satu warga yang aktif bekerjasama melayani masyarakat setiap banjir datang. Warga lain menyebutnya 'Wakil RT'.
"Belum tidur dari malam ini. Dari jam 21.00 WIB malam ikut menginfokan ke masyarakat siaga banjir. Jam 03.00 WIB tadi air deras, jam 05.00 WIB sudah (naik tinggi)," tutur Rizal saat berbicang dengan liputan6.com di lokasi terdampak banjir, Jumat (26/4/2019).
Menurut Rizal, banjir kali ini termasuk bagian dari siklus 5 tahunan. Pada 2013 lalu, banjir lebih tinggi dua jengkal saja dibanding sekarang. Patokannya adalah meteran listrik rumah.
"Ini 160 sentimeter lah. Terakhir tadi saya kelelep. Itu lihat tembok bekas air, mulai surut tapi belum banyak," jelasnya sambil menunjuk tembok basah bekas terendam air.
Terhitung di RT 05 RW 05 Pejaten Timur, ada sekitar 300 KK lebih. Meski tidak semua warga terdampak banjir, diprediksi ratusan orang terpaksa mengungsi dari kediamannya hingga waktu yang tidak pasti.
"Biasanya surut itu sore sih. Saya keluarga mengungsi semua ke rumah mertua. Ini sendiri ngurusin warga lain," kata Rizal.
Meski sudah puluhan kali terdampak banjir, Rizal tetap tinggal di kediamannya yang sekarang. Meski begitu, jika ada program gusuran pemerintah untuk kepentingan pembangunan, dia tidak menolak untuk direlokasi.
"Dari 1991 di sini. Mau pindah kemana juga lahan sudah mahal-mahal. Pertama ngerasain banjir 1996, tahun 2002 paling parah sampai tanah longsor di sini. Zaman Sutiyoso itu," Rizal menandaskan.
(mdk/ded)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Ibunda Awan mengenang anaknya yang tewas di tangan ayahnya itu orang yang rajin membantu lingkungan.
Baca SelengkapnyaPemerintah mulai menyalurkan bantuan pangan cadangan beras untuk periode Januari hingga Juni 2024.
Baca SelengkapnyaSaat menerima nasi bungkus, kakek ini sengaja tak menghabiskan sayur dan lauknya lantaran untuk sang istri di rumah.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Mereka terdampar di pulau yang sangat terpencil di Samudra Pasifik.
Baca SelengkapnyaKebutuhan makan para pengungsi yang berada di pedesaan cukup memprihatinkan lantaran ketiadaan dapur umum.
Baca SelengkapnyaAksi pelaku itu diduga disebabkan emosi dan tidak terima ditegur pengurus pesantren karena merokok saat jam puasa.
Baca SelengkapnyaMemesan 270 porsi sate dan es teh, Nara pun membagikan makanan dan minuman ini pada para penghuni panti.
Baca SelengkapnyaPer 19 Februari, stok beras secara nasional yang dikelola oleh Bulog total ada 1,4 juta ton.
Baca SelengkapnyaSetelah kabur pasien tersebut diduga diperkosa oleh seorang pria. Peristiwa itu terjadi pada Senin (11/12) malam.
Baca Selengkapnya