Peristiwa 6 Januari 1951: Pembantaian Ganghwa Terhadap Warga Sipil di Kota Incheon
Merdeka.com - Pembantaian Ganghwa adalah pembantaian yang dilakukan oleh pasukan Korea Selatan, pasukan Polisi Korea Selatan dan milisi pro-Korea Selatan, antara tanggal 6 dan 9 Januari 1951, pada 212 hingga 1.300 warga sipil tak bersenjata di daerah Ganghwa kota metropolitan Incheon di Korea Selatan.
Para korban adalah kolaborator Tentara Rakyat Korea selama pemerintahan Korea Utara. Sebelum pembantaian ini, 140 orang telah dieksekusi di Ganghwa yang dikenal sebagai pembantaian Liga Bodo pada tahun 1950.
Pada tahun 2003, sebuah buku sejarah yang menggambarkan pembantaian tersebut diterbitkan oleh Pusat Kebudayaan Ganghwa. Pada 26 Februari 2006, Arsip Nasional Korea mengakui dokumen resmi 30 Agustus 1951 di mana Jaksa Agung Jo Jinman melapor kepada Perdana Menteri Chang Myon tentang pembantaian tersebut. Pada 17 Juli 2008, Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi pemerintah Korea Selatan mengakui pembantaian warga sipil tersebut.
Sejarah Perang Korea
Pembantaian Ganghwa pada 6 Januari 1951 merupakan satu dari banyak peristiwa pembantaian selama Perang Korea.
Dilansir dari laman calendarz.com, Perang Korea adalah perang yang terjadi antara Korea Utara dan Korea Selatan dari tahun 1950 hingga 1953. Perang dimulai pada 25 Juni 1950 ketika Korea Utara menginvasi Korea Selatan menyusul bentrokan di sepanjang perbatasan dan pemberontakan di Korea Selatan.
Korea Utara didukung oleh China dan Uni Soviet, sedangkan Korea Selatan didukung oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa, terutama Amerika Serikat. Pertempuran berakhir dengan gencatan senjata pada 27 Juli 1953.
Pemisahan Korea
Pada tahun 1910, Kekaisaran Jepang menganeksasi Korea, di mana ia memerintah selama 35 tahun hingga menyerah pada akhir Perang Dunia II pada 15 Agustus 1945. Amerika Serikat dan Uni Soviet membagi Korea sepanjang paralel ke-38 menjadi dua zona pendudukan. Soviet mengelola zona utara dan Amerika mengelola zona selatan.
Pada tahun 1948, akibat ketegangan Perang Dingin, zona pendudukan menjadi dua negara berdaulat. Sebuah negara sosialis, Republik Demokratik Rakyat Korea, didirikan di utara di bawah kepemimpinan komunis totaliter Kim Il-sung sementara negara kapitalis, Republik Korea, didirikan di selatan di bawah kepemimpinan otokratis otoriter Syngman Rhee.
Kedua pemerintah dari dua negara Korea tersebut mengklaim sebagai satu-satunya pemerintah yang sah di seluruh Korea, dan tidak ada yang menerima perbatasan itu sebagai aturan yang permanen.
Berakhirnya Konflik
Dalam konflik antara dua wilayah Korea ini, Seoul direbut empat kali, dan pasukan komunis didorong kembali ke posisi sekitar paralel ke-38, dekat tempat dimulainya perang. Setelah itu, garis depan menjadi stabil, dan dua tahun terakhir terjadi perang gesekan.
Korea Utara menjadi sasaran pengeboman besar-besaran AS. Jet tempur saling berhadapan dalam pertempuran udara untuk pertama kalinya dalam sejarah, dan pilot Soviet diam-diam terbang untuk membela sekutu komunis mereka.
Pertempuran berakhir pada 27 Juli 1953 ketika Perjanjian Gencatan Senjata Korea (Korean Armistice Agreement) ditandatangani. Perjanjian tersebut menciptakan Zona Demiliterisasi Korea (DMZ) untuk memisahkan Korea Utara dan Selatan, dan mengizinkan kembalinya para tahanan. Namun, tidak pernah ada perjanjian damai yang ditandatangani, dan kedua Korea secara teknis masih berperang, terlibat dalam konflik yang membeku. Pada April 2018, para pemimpin Korea Utara dan Korea Selatan bertemu di DMZ dan sepakat untuk bekerja menuju perjanjian untuk secara resmi mengakhiri Perang Korea.
Perang Korea adalah salah satu konflik paling merusak di era modern, dengan sekitar 3 juta korban jiwa perang dan tewasnya korban sipil yang lebih besar daripada Perang Dunia II atau Perang Vietnam. Perang ini menyebabkan kehancuran hampir semua kota besar Korea, ribuan pembantaian oleh kedua belah pihak, termasuk pembunuhan massal puluhan ribu tersangka komunis oleh pemerintah Korea Selatan, dan penyiksaan dan kelaparan tawanan perang oleh Korea Utara. Korea Utara menjadi salah satu negara yang paling banyak dibom dalam sejarah. Selain itu, beberapa juta warga Korea Utara diperkirakan telah melarikan diri dari Korea Utara selama perang.
(mdk/ank)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Perayaan Hari Raya Imlek bagi masyarakat Tionghoa di Indonesia akan segera tiba, berikut sejarahnya.
Baca SelengkapnyaSetiap tanggal 22 Februari 2024, Indonesia memperingati Hari Istiqlal.
Baca SelengkapnyaSetelah peluit pertandingan berakhir berbunyi, mereka larut dalam euforia kemenangan.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Dua anggota kru ditemukan tidak sadarkan diri di dalam kapal dan telah dibawa ke rumah sakit. Sementara itu, operasi pencarian anggota lainnya masih dilakukan.
Baca SelengkapnyaWarteg menjadi pilihan banyak orang lantaran harganya ramah kantung para pekerja di kota-kota besar.
Baca SelengkapnyaHari Pertahanan Sipil memiliki sejarah yang terkait erat dengan perkembangan politik dan keamanan nasional.
Baca SelengkapnyaBerikut kesaksian pilu anggota KKO TNI AL saat berjuang di operasi Dwikora hingga nyaris meregang nyawa. Simak informasinya.
Baca SelengkapnyaPangeran Diponegoro wafat pada tanggal 8 Januari 1855 di Makassar, Sulawesi.
Baca SelengkapnyaSebanyak 120 negara menyetujui adanya resolusi gencatan senjata, 14 negara menolak, dan 45 negara abstain.
Baca Selengkapnya