Pakai Masker Tekan Kasus Covid-19 hingga 53 Persen, Ini Penjelasan Ahli
Merdeka.com - Pandemi Covid-19 hingga saat ini masih belum usai. Artinya berbagai upaya pencegahan seperti menerapkan protokol kesehatan harus terus dilaksanakan meskipun kasus Covid-19 beberapa waktu belakangan mengalami penurunan. Penggunaan masker termasuk salah satu protokol kesehatan yang tak bisa diremehkan.
Melansir World of Buzz, penelitian peer review yang dirilis British Medical Journal pada (18/11), menyebut bahwa memakai masker adalah satu-satunya tindakan kesehatan masyarakat yang paling efektif dalam menekan kasus Covid-19 hingga 53%.
Selain penggunaan masker, protokol kesehatan lainnya seperti mencuci tangan dan menjaga jarak juga mampu meminimalisir kasus Covid-19.
"Beberapa perlindungan personal seperti mencuci tangan, memakai masker, dan menjaga jarak sosial memiliki korelasi terhadap pengurangan kasus Covid-19," sebut penelitian tersebut yang dikutip merdeka.com pada (25/11).
Hasil dari lebih 30 penelitian memperlihatkan bahwa menjaga jarak sosial dapat menurunkan kasus hingga 25 persen. Sementara, mencuci tangan sebesar 53 persen. Meski demikian, studi tentang efektivitas mencuci tangan masih sangat terbatas dan tidak berkorelasi signifikan secara statistik.
“Cuci tangan menjadi salah satu perilaku protektif sama halnya seperti menghindari keramaian, menjaga jarak, dan memakai masker. Hasil dari studi observasional mungkin lebih baik diartikan sebagai efek dari sekumpulan perilaku protektif yang berkorelasi,” ujar peneliti.
Adapun menurut para peneliti di Monash University dan University of Edinburgh, sejumlah strategi lainnya yang kerap diterapkan guna menekan angka kasus Covid-19 seperti lockdown dan pembatasan kegiatan baik itu di sekolah maupun tempat kerja masih memerlukan analisis lebih lanjut.
Terpisah, kasus Covid-19 di Indonesia dalam beberapa bulan terakhir memang melandai, namun bukan berarti kita abai terhadap protokol kesehatan. Apalagi, mobilitas masyarakat diprediksi tinggi saat periode libur Natal dan Tahun Baru.
Hal ini harus diwaspadai karena beberapa libur panjang sebelumnya mengakibatkan lonjakan kasus Covid-19. Karena itu pula, sejumlah epidemiolog tak lelah mengingatkan semua pihak mewaspadai adanya ancaman gelombang ketiga Covid-19.
"Risiko penyebaran Covid-19 semakin meningkat seiring dengan semakin tingginya mobilitas dan kerumunan masyarakat. Belajar dari sebelumnya, beberapa kali lonjakan kasus Covid-19 di Tanah Air terjadi setelah melewati libur panjang yang mengakibatkan mobilitas dan kerumunan orang meningkat," kata Epidemiolog Universitas Indonesia (UI), Tri Yunis Miko beberapa waktu lalu.
"Pandemi belum usai, potensi lonjakan kasus masih bisa terjadi. Karenanya tetap disiplinmematuhi protokol kesehatan," jelasnya.
(mdk/anf)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Imbauan ini mengingat penularan Covid-19 dilaporkan kembali meningkat dalam beberapa waktu terakhir.
Baca SelengkapnyaImbauan ini seiring meningkatnya angka kasus Covid-19 di Indonesia dalam beberapa waktu terakhir.
Baca SelengkapnyaBandara sebagai pintu masuk pertama perlu melakukan persiapan terkait mitigasi Covid-19.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Selesma adalah infeksi virus yang menyerang saluran pernapasan bagian atas, seperti hidung dan tenggorokan.
Baca SelengkapnyaBeredar Surat Edaran (SE) Kementerian Kesehatan mewajibkan masyarakat pakai masker, benarkah?
Baca SelengkapnyaHingga 19 Desember 2023, jumlah kasus Covid-19 JN.1 mencapai 41 kasus.
Baca SelengkapnyaAni menjelaskan, JN.1 memiliki gejala yang sama seperti Covid-19 lainnya.
Baca SelengkapnyaTerkait mobilisasi orang yang banyak berpotensi terjadi pada liburan Natal dan Tahun Baru, pemerintah belum mengeluarkan kebijakan pembatasan perjalanan.
Baca SelengkapnyaBerbagai fasilitas umum telah mengeluarkan imbauan untuk memakai masker.
Baca Selengkapnya