Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Mengenang 12 Mei 1998: Tragedi Trisakti yang Menggugurkan 4 Mahasiswa

Mengenang 12 Mei 1998: Tragedi Trisakti yang Menggugurkan 4 Mahasiswa Tragedi Trisakti 1998. ©REUTERS

Merdeka.com - Menjelang lengsernya Soeharto, telah terjadi aksi mahasiswa besar-besaran hampir di seluruh wilayah Indonesia dengan tuntutan perubahan akan pemerintahan yang demokratis serta reformasi total. Demonstrasi mahasiswa itu ditangani dengan pola-pola represif, melalui pembubaran aksi-aksi demonstrasi mahasiswa, penembakan di luar proses hukum, maupun tindakan penganiayaan lainnya.

Dalam unjuk rasa yang dilakukan pada 12 Mei 1998 berakhir dengan kematian 4 mahasiswa Trisakti akibat penembakan aparat kepolisian dari satuan Brigade Mobile Polri maupun TNI yang berjaga. Tragedi Trisakti tersebut menimbulkan kerusuhan berikutnya yang utamanya terjadi di Medan, Jakarta dan Surakarta.

Dalam peristiwa tersebut, sasaran utama kerusuhan ini ialah orang-orang keturunan Tionghoa beserta aset-aset yang mereka miliki. Kerusuhan Jakarta selain terjadi di sekitar Jembatan Semanggi juga menyebar ke berbagai daerah Jabodetabek. Penjarahan tempat perbelanjaan umum, yaitu Matahari di daerah Jatinegara dan Plaza Yogya di Klender berakhir tragis dengan tiba-tiba dibarikade dan terbakar. Sebanyak 1.000 orang yang terperangkap di dalam akhirnya tewas terbakar hidup-hidup.

Berikut informasi lengkap mengenai 12 Mei 1998 yang telah dirangkum merdeka.com melalui repository.unair.ac.id pada Kamis, (12/05/2022).

Tragedi Kematian 4 Mahasiswa Trisakti

Pada Juli 1997, Kawasan Asia mengalami krisis finansial yang mempengaruhi mata uang, bursa saham dan harga aset lainnya di beberapa negara di Asia. Setelah Korea Selatan dan Thailand, Indonesia termasuk negara yang terkena imbas paling parah. Krisis yang melanda Indonesia dikenal dengan istilah krisis moneter atau krismon. Dimana harga-harga bahan pokok naik, inflasi parah dalam sejarah Indonesia terjadi.

Situasi tersebut mengakibatkan berbagai persoalan yang telah lama dirasakan masyarakat menjadi muncul dan semakin kompleks. Salah satu yang nampak adalah mahasiswa turun ke jalan untuk mengecam kenaikan harga dan menuntut turunnya Presiden Soeharto yang sudah terlalu lama menjabat sebagai Kepala Negara karena pada pemilu 1997 Soeharto kembali terpilih dan menjadi Presiden RI untuk keenam kalinya.

Hingga awal tahun 1998 ekonomi Indonesia semakin memburuk, mahasiswa melakukan demonstrasi besar-besaran ke Gedung DPR/MPR di Jakarta yang terjadi mulai 10 Maret 1998. Dalam unjuk rasa yang dilakukan pada 12 Mei 1998 berakhir dengan kematian 4 mahasiswa Trisakti yakni Elang Mulia Lesmana, Heri Hertanto, Hafidin Royadin dan Hendrawan Sie. Peristiwa penembakan oleh Brigade Mobile Polri dan TNI tersebutdikenal sebagai tragedi Trisakti.

Proses Hukum Mengecewakan Keluarga Korban

Keluarga korban yang mendesak negara untuk bertanggung jawab atas kasus ini harus berjuang keras menghadapi berbagai rintangan, baik yang bersifat politis maupun legalistis formal. Pengadilan Militer untuk kasus Trisakti yang digelar pada 1998 menjatuhkan putusan kepada 6 orang perwira pertama Polri.

Sementara pada 2002 pengadilan militer menjatuhkan hukuman kepada 9 orang anggota Gegana/Resimen II Korps Brimob Polri. Tahun 2003 pengadilan militer juga menggelar persidangan bagi pelaku penembakan pada peristiwa Semanggi II yang belum jelas hasilnya.

Pengadilan militer ini menimbulkan kekecewaan dari keluarga korban, karena hanya mengadili perwira bawahan dan tidak membawa pelaku penanggung jawab utama ke pengadilan. Selain itu, pengadilan militer yang digelar merupakan pengadilan yang bersifat internal. Desakan mahasiswa dan keluarga korban terus berlanjut, sehingga DPR membentuk Pansus Trisakti, Semanggi I dan Semanggi II pada tahun 2000, yang bertugas melakukan pemantauan proses penyelesaian kasus tersebut.

Pada 2001, Pansus menyimpulkan bahwa tidak terjadi pelanggaran berat dalam kasus Trisakti, Semanggi I dan Semanggi II serta merekomendasikan penyelesaian melalui proses yang sedang berjalan di pengadilan umum atau pengadilan militer.Hasil itu juga mengecewakan keluarga korban. Pada akhirnya proses hukum yang berjalan mandeg dalam proses penyelidikan. Hal ini tentu saja mengecewakan keluarga korban.

Sementara pada 15 Agustus 2005 Presiden SBY menganugerahi tanda kehormatan Bintang Jasa Pratama kepada empat orang mahasiswa Trisakti yang meninggal dunia akibat tembakan aparat keamanan dalam persitwa Trisakti Mei 1998, berdasarkan keputusan Presiden Nomor 057 / TK/ 2005 tanggal 9 Agustus 2005. 

(mdk/nof)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Ada di Mana Soeharto Saat  Momen Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945?
Ada di Mana Soeharto Saat Momen Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945?

Ini kesaksian Soeharto saat revolusi terjadi. Apa yang sedang dikerjakannya?

Baca Selengkapnya
Kisah Titiek Soeharto, Pernah Minta Maaf Atas Nama Soeharto
Kisah Titiek Soeharto, Pernah Minta Maaf Atas Nama Soeharto

Titiek pernah menjadi istri Prabowo Subianto. Namun keduanya memutuskan berpisah.

Baca Selengkapnya
Ternyata Ibu Tien Soeharto Cuma Mau Diwawancara Pemuda ini, Sosoknya Kini Jadi Capres 2024
Ternyata Ibu Tien Soeharto Cuma Mau Diwawancara Pemuda ini, Sosoknya Kini Jadi Capres 2024

Tak disangka, Ibu Tien Soeharto hanya ingin diwawancara oleh pemuda ini. Siapakah dia? Berikut sosoknya.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Pemilu 2019 Tanggal Berapa? Berikut Pelaksanaan dan Pemenangnya
Pemilu 2019 Tanggal Berapa? Berikut Pelaksanaan dan Pemenangnya

Pemilu 2019 menandai pemilihan presiden keempat dalam era reformasi Indonesia.

Baca Selengkapnya
Mengenang Petisi 50, Surat Protes Kepada Presiden Soeharto yang Ditandatangani 50 Tokoh di Indonesia
Mengenang Petisi 50, Surat Protes Kepada Presiden Soeharto yang Ditandatangani 50 Tokoh di Indonesia

Ini merupkan sebuah peristiwa sejarah di era Orde Baru yang mungkin tidak banyak orang ketahui.

Baca Selengkapnya
Datangi Prajurit di Perbatasan, Kasad Beri Pesan Mendalam 'Fokus, Ingat Ada Anak Istri Menunggu'
Datangi Prajurit di Perbatasan, Kasad Beri Pesan Mendalam 'Fokus, Ingat Ada Anak Istri Menunggu'

Isinya seputar profesionalisme, fokus, hingga keluarga.

Baca Selengkapnya
Empat Menteri Bersaksi di Sengketa Pilpres, Semua Dilarang Bertanya Kecuali Hakim
Empat Menteri Bersaksi di Sengketa Pilpres, Semua Dilarang Bertanya Kecuali Hakim

Suhartoyo meminta semua pihak untuk hadir dan mendengrkan kesaksian dari empat menteri terkait.

Baca Selengkapnya
Momen Lawas Upacara 17 Agustus Tahun 1969 di Istana, Banyak Nyonya Bule Berpakaian Tanpa Lengan
Momen Lawas Upacara 17 Agustus Tahun 1969 di Istana, Banyak Nyonya Bule Berpakaian Tanpa Lengan

Presiden Soeharto memimpin langsung Upacara HUT Kemerdekaan RI ke-24 di Istana Merdeka, Jakarta pada 17 Agustus 1969.

Baca Selengkapnya
Momen Lawas Presiden Soeharto Meresmikan Pabrik, Tak Tanggung-tanggung Jumlahnya 275 Pabrik
Momen Lawas Presiden Soeharto Meresmikan Pabrik, Tak Tanggung-tanggung Jumlahnya 275 Pabrik

Presiden ke-2 RI resmikan 275 pabrik di 21 provinsi secara serentak.

Baca Selengkapnya