Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

BMKG Sebut Bandung Raya Berpotensi Kekeringan, Minta Warga Siapkan Cadangan Air

BMKG Sebut Bandung Raya Berpotensi Kekeringan, Minta Warga Siapkan Cadangan Air Ilustrasi kekeringan. ©2012 Shutterstock/Leigh Prather

Merdeka.com - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyampaikan bahwa kawasan Bandung Raya berpotensi mengalami kekeringan. Berdasarkan hasil analisis, fenomena El Nino menjadi penyebabnya. Warga di sana kemudian diminta menyiapkan cadangan air.

Disampaikan Kepala BMKG Stasiun Geofisika Bandung Teguh Rahayu, Selasa (6/6), adanya peristiwa itu membuat musim kemarau menjadi lebih lama dari biasanya dan lebih kering.

"Apabila El Nino ini terjadi, maka wilayah Jawa Barat akan termasuk pada wilayah terdampak El Nino di Indonesia, termasuk juga wilayah Bandung Raya," kata Teguh, dikutip dari ANTARA

Wilayah Bandung Raya yang berpotensi kekeringan

005 hikmah wilda amalia

©2015 Merdeka.com

Teguh menyebut jika fenomena El Nino terkait memanasnya suhu permukaan air laut di kawasan Samudera Pasifik bagian tengah. Ini akan menciptakan gumpalan awan di sana sehingga menghambat air hujan di bagian Indonesia.

Adanya El Nino ini akan membuat wilayah Bandung Raya seperti Kota Cimahi, Kota dan Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, dan Kabupaten Sumedang akan mengalami musim kemarau yang lebih lama dan kering.

Kondisi itu akan meningkatkan potensi terjadinya kekurangan air bersih, kekeringan, kebakaran lahan hutan, sampai gangguan produksi pangan di daerah-daerah tersebut.

Warga diminta siapkan cadangan air

BMKG selanjutnya mengimbau masyarakat di wilayah-wilayah yang berpotensi kekeringan agar menyiapkan cadangan air. Beberapa yang bisa dilakukan adalah menampung sisa hujan di kolam retensi, penampungan air, sampai di skala besar seperti membiarkan air tertampung di waduk, danau dan embung.

Diperkirakan musim kemarau ini akan melanda wilayah Bandung Raya mulai Mei sampai Juni ini.

Ini didasarkan pada laporan menurunnya curah hujan dari beberapa pos pengamatan di Bandung Raya. Namun demikian ia menyebut jika hujan juga dimungkinkan terjadi saat kemarau dengan intensitas yang sangat rendah.

"Perlu dipahami bahwa musim kemarau tidak berarti hujan akan tidak terjadi sama sekali, tapi tetap terjadi namun dengan frekuensi dan intensitas yang jauh lebih kecil dibandingkan dengan musim hujan dan masa peralihan," kata dia.

Belum ada peringatan dini panas ekstrem

Sementara itu, BMKG belum pernah mengeluarkan peringatan dini tentang cuaca panas secara ekstrem.

Ini merujuk pada hasil pengamatan kondisi panas yang berlebihan belum pernah terjadi di Indonesia.

Masyarakat perlu memahami bahwa di musim kemarau sifat tutupan awan akan terjadi lebih sedikit dibanding saat musim hujan dan masa peralihan. Ini mengakibatkan sinar matahari dengan intensitas tinggi akan mendominasi. "Yang perlu dipahami adalah, pada musim kemarau tutupan awan akan lebih sedikit dibandingkan dengan musim hujan dan masa peralihan, sehingga sinar matahari akan lebih banyak mencapai permukaan bumi, yang menyebabkan cuaca terasa panas terik. Tetapi, suhunya tidak mencapai kategori ekstrem," kata dia.

(mdk/nrd)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
BMKG Bicara Potensi Puting Beliung Ekstrem Muncul di Jakarta, Apa Cirinya?
BMKG Bicara Potensi Puting Beliung Ekstrem Muncul di Jakarta, Apa Cirinya?

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) berbicara soal potensi angin puting beliung ekstrem muncul di DKI Jakarta.

Baca Selengkapnya
BMKG Ungkap Pemicu Munculnya Puting Beliung di Rancaekek Bandung
BMKG Ungkap Pemicu Munculnya Puting Beliung di Rancaekek Bandung

Penyebab angin puting beliung dampak dari ikutan pertumbuhan awan sibi. Di mana awan sibi ini merupakan awan yang menyebabkan terjadinya hujan lebat.

Baca Selengkapnya
Kepala BMKG Sebut Data Kelautan yang Akurat dan Andal Penting untuk Hadapi Perubahan Iklim
Kepala BMKG Sebut Data Kelautan yang Akurat dan Andal Penting untuk Hadapi Perubahan Iklim

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menilai saat ini kondisi bumi mengkhawatirkan dan tidak mudah diprediksi.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Warga Tangerang Mulai Pilih KA Bandara Dibanding KRL, Penumpang Diprediksi Membludak Saat Nataru
Warga Tangerang Mulai Pilih KA Bandara Dibanding KRL, Penumpang Diprediksi Membludak Saat Nataru

Jumlah penumpang KA Bandara saat ini telah naik tiga kali lipat.

Baca Selengkapnya
BMKG: Waspada Hujan Lebat Disertai Petir Landa Jakarta hingga Papua Selama Sepekan ke Depan
BMKG: Waspada Hujan Lebat Disertai Petir Landa Jakarta hingga Papua Selama Sepekan ke Depan

BMKG minta masyarakat waspada cuaca ekstrem periode 3-10 Januari 2024

Baca Selengkapnya
BMKG Umumkan Gelombang Tinggi di Perairan Selatan Banten, Waspadai 9 Titik Ini
BMKG Umumkan Gelombang Tinggi di Perairan Selatan Banten, Waspadai 9 Titik Ini

Warga dan wisatawan dilarang berenang karena berpotensi terseret.

Baca Selengkapnya
BMKG Ungkap Penyebab Gempa Sumedang M4,8: Ada Sesar Baru Belum Pernah Terpetakan
BMKG Ungkap Penyebab Gempa Sumedang M4,8: Ada Sesar Baru Belum Pernah Terpetakan

Wilayah Sumedang sebelumnya mengalami gempabumi sebanyak dua kali. Yaitu tanggal 14 Agustus 1955 dan 19 Desember 1972.

Baca Selengkapnya
BMKG Minta Masyarakat Waspada Potensi Puting Beliung Maret-April 2024
BMKG Minta Masyarakat Waspada Potensi Puting Beliung Maret-April 2024

"Maret- April lah pancaroba. Jadi itu yang harus diwaspadai. Angin kencang ya, tidak harus memutar, tetapi angin kencang pun juga bisa terjadi," ujar Dwikorita

Baca Selengkapnya
BMKG Pasuruan Catat 153 Kali Gempa Susulan di Tuban & Pulau Bawean Jatim Hingga Sabtu Pagi
BMKG Pasuruan Catat 153 Kali Gempa Susulan di Tuban & Pulau Bawean Jatim Hingga Sabtu Pagi

Rentetan gempa Tuban sejak Jumat pagi dipicu sesar aktif di Laut Jawa.

Baca Selengkapnya