4 Fakta Unik Bahasa Jawa Serang yang Populer di Banten, Bukan Sunda
Merdeka.com - Sunda menjadi bahasa yang dituturkan oleh masyarakat di Provinsi Banten. Kondisi geografis yang berdekatan dengan Jawa Barat membuat kebudayaan di sana yang tak jauh berbeda. Namun siapa sangka jika bahasa Jawa juga populer di daerah berjuluk tanah jawara itu.
Kota dan Kabupaten Serang menjadi wilayah dengan penutur bahasa Jawa tertinggi di sana. Bahkan selama ini bahasa khasnya memiliki julukan Jaseng alias Jawa Serang. Ini merujuk ke dialek yang unik dan hanya dituturkan khususnya oleh masyarakat di wilayah pesisir tersebut.
Bahasa Jawa Serang diketahui juga berbeda dengan bahasa Jawa di daerah lainnya, karena terdapat akhiran e (pepet). Ini cukup tegas membedakan dengan akhiran e yang biasa ditemui di wilayah pulau Jawa bagian tengah sampai timur.
Lantas bagaimana asal usul bahasa Jawa Serang ini muncul dan berkembang di sana? Berikut 4 faktanya yang berhasil dirangkum merdeka.com, Selasa (2/5).
Identik dengan Banten
Kota Serang ©2023 kesbangpol.serangkota.go.id/ Merdeka.com
Dikutip dari tulisan Asep Muhyidin dalam Jurnal Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta), bahasa Jawa ini ternyata cukup melekat bagi masyarakat Banten. Walau sebagian besar penuturnya menggunakan bahasa Sunda, mereka turut memahami bahasa Jawa Serang yang banyak diucapkan oleh masyarakat pantura di sana.
Menurut Asep, bahasa Jawa Serang ini juga lebih dikenal dengan Bahasa Jawa Dialek Banten (BJB). Para penuturnya tak hanya masyarakat Kota dan Kabupaten Serang, melainkan sampai ke wilayah Cilegon termasuk sebagian Tangerang.
Disebutkan bahwa bahasa Jawa Serang atau Jawa Dialek Banten ini merupakan bahasa pergaulan yang biasa digunakan sehari-hari.
Asal Mula Munculnya Bahasa Jawa Serang
Bahasa Jawa Serang ini diperkirakan muncul sejak pertengahan abad ke-15 masehi tepatnya tahun 1526. Saat itu, bahasa ini mulai dikenalkan oleh kalangan kerajaan Kasultanan Banten, lewat pemimpinnya Sultan Maulana Hasanuddin.
Saat itu, bahasa di lingkungan kerajaan menggunakan bahasa Jawa tersebut sebagai bahasa pergaulan. Sejak saat itu penguncapannya mulai berpengaruh hingga ke luar kerajaan, dan menjadi dialek sehari-hari warga.
Berdasarkan sejarahnya, bahasa Jawa tersebut termasuk kategori bahasa kuno yang beberapa unsurnya juga terpengaruh oleh bahasa Sunda.
Sementara itu, hanya wilayah Kota dan Kabupaten Serang serta Cilegon dan sebagian Tangerang yang menggunakan dialek ini. Selebihnya seperti di Banten selatan dengan kota-kota seperti Pandeglang dan Lebak masih menggunakan bahasa Sunda.
Alasan Bahasa Jawa Muncul di Banten
Masih dari sejarahnya, bahasa Jawa Dialek Banten atau Jawa Serang ini awalnya diperkenalkan oleh Sultan Maulana Hasanuddin yang merupakan pendiri Kasultanan Banten.
Merujuk Danasasmita dalam Iskandarwassid (1985: 10), Sultan Maulana Hasanuddin sendiri memiliki darah keturunan Cirebon yang sebelumnya sudah menggunakan bahasa Jawa dialek pantura.
Cirebon juga memiliki kerja sama dan ikatan kekeluargaan dengan kerajaan Demak, ini semakin mendukung barakulturasinya bahasa Jawa di wilayah pantura Jawa Barat tersebut. Dari sejarahnya juga, bahasa Jawa Dialek Banten dan Serang di awal-awal penggunaannya masih identik dengan kromo alus sehingga berakhiran O.
Walaupun demikian, bahasa Jawa ini hanya digunakan sebagai dialek sehari-hari, dan untuk kegiatan formal seperti kerja sama dan perniagaan, masih menggunakan bahasa Sunda.
Terdapat Dua Versi dengan Akhiran e dan a
Keunikan lainnya dari bahasa Jawa Dialek Banten adalah terdapatnya dua variasi yakni dengan akhiran ‘e’ dan ‘a’.
Seperti disinggung sebelumnya, untuk akhiran ‘e’ biasanya diucapkan dengan sedikit samar seperti “kule”, “ore”, “kite”, “sire”, dengan contoh misalnya kule bade tumbas daging (saya mau membeli daging). Atau priben kabare sire? (gimana kabarmu).
Sedangkan untuk dialek akhiran ‘a’ mirip dengan bahasa Jawa dialek kuno dan Banyumasan yakni, ‘sira’, ‘kita’, ‘kula’ dan ‘ora’.
Daerah pelafalan ‘e’ meliputi Kecamatan Serang, Kasemen, Bojonegara, Kramatwatu, Ciruas, Anyer sampai Cipocok Jaya. Sedangkan untuk akhiran ‘a’ populer di Kecamatan Cikande, Kopo sampai Pamarayan.
(mdk/nrd)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kata baku dan tidak baku kerapkali digunakan dalam keseharian manusia. Begini penjelasan lengkap beserta contohnya.
Baca SelengkapnyaKata-kata Lebaran Bahasa Jawa memiliki makna yang mendalam dalam budaya dan tradisi Jawa.
Baca SelengkapnyaMenamai anak dengan bahasa Jawa yang bermakna indah bisa menjadi pilihan tepat untuk Anda.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Ada banyak fakta menarik dari Kemang, mulai dulu dikenal sebagai kampung terpencil hingga dapat julukan tempat jin buang anak.
Baca SelengkapnyaMinimnya lapangan pekerjaan dan upah buruh yang rendah membuat warga Blitar rela meninggalkan kampung halamannya
Baca SelengkapnyaMerdeka.com merangkum informasi tentang 30 ucapan selamat ulang tahun bahasa Jawa yang penuh doa dan harapan.
Baca SelengkapnyaPada 2024 ini Kabupaten Kediri berusia 1220 tahun.
Baca SelengkapnyaSebagai salah satu negara maju di dunia, Jepang ternyata juga mempunyai sisi lain yang tidak banyak diketahui orang kebanyakan.
Baca SelengkapnyaKereta api Turangga adalah salah satu kereta api yang memiliki sejarah panjang, nama kereta ini diambil dari kendaraan mitologi tunggangan para bangsawan Jawa.
Baca Selengkapnya