Merdeka.com - Ratusan 'sukarelawan' Uni Soviet pernah berkiprah di Indonesia. Sebagian dari mereka benar-benar bertempur di garis depan. Bahkan hilang dalam pertempuran.
Oleh: Hendi Jo
Tahun 1962, Pangkalan Udara Iswahyudi di Madiun tiba-tiba dipenuhi orang kulit putih. Mereka adalah anggota Angkatan Udara Uni Soviet yang secara khusus ditugaskan untuk mengoperasikan sejumlah pesawat tempur yang saat itu baru saja dibeli Indonesia dari negeri Beruang Merah tersebut.
Misi Nasution yang dilakukan pada akhir 1960, membuat Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI) mendapatkan sejumlah pesawat tempur canggih pada era itu. Mulai dari Tu-16KS, MIG-17, MIG-19S, MIG-21 dan pesawat angkut An-12.
Tentu saja untuk menerbangkan semua pesawat tempur canggih itu, diperlukan para instruktur dan tenaga teknis dari Uni Soviet. Terutama untuk jenis pesawat-pesawat tempur yang secepatnya akan diterjunkan di palagan Irian Barat.
Atas persetujuan langsung dari Perdana Menteri Nikita Khrushchev, para 'sukarelawan' Uni Soviet pun dikirim ke Indonesia.
Kehadiran para teknisi dan pilot Rusia ini diungkap oleh Marsekal Muda (Pur) Wisnu Djajengminardo dalam biografinya Kesaksian Kelana Angkasa.
Wisnu bahkan masih ingat, ada suatu insiden yang menewaskan salah satu instruktur Rusia kala menjalankan latihan terbang malam di landasan Lanud Iswahyudi.
Ceritanya, perwira AU Uni Soviet itu sedang melakukan latihan mengoperasikan Tu-16KS dengan seorang penerbang AURI bernama Soewandi. Pada saat akan mendarat, pesawat mengalami kecelakaan (crash). Akibatnya, sang penerbang Rusia langsung tewas dan Soewandi luka-luka.
Sumber Rusia mengonfirmasi soal itu. Dalam bukunya berjudul Perang Rahasia Uni Soviet, Alexander Okorokov mengidentifikasi instruktur yang mengalami kecelakaan tersebut bernama Mayor Oleg Borisenko.
Bahkan sebagai bentuk penghormatan, pemerintah Uni Soviet telah menganugerahi mendiang Borisenko dengan Bintang Panji Merah. Itu nama salah satu penghargaan militer tertinggi di masa Uni Soviet berjaya.
Kecelakaan fatal pun pernah dialami oleh kru Uni Soviet lainnya di Lanud Iswahyudi. Adalah Letnan Senior Mikhail Grankov, teknisi MIG-21 yang harus menemui ajal karena mobil GAZ-69 yang dikendarainya ditabrak sebuah truk militer.
Advertisement
Agak berbeda dengan keterangan Wisnu yang tidak menyebut pilot Rusia pernah turun langsung ke perang di Irian Barat, Okorokov justru mendapatkan keterangan dari para 'veteran sukarelawan Indonesia'.
Menurut staf pengajar di Akademi Ilmu Militer Rusia itu, seorang pilot Rusia yang menerbangkan salah satu pesawat tempur beridentitas AURI tersebut bahkan pernah berhasil menghancurkan sebuah stasiun radar milik Belanda di Manokwari.
Sayangnya, misi itu harus diakhiri dengan hilangnya sang pilot dengan pesawat tempur MiG-19S. Usai menghancurkan instalasi radar musuh tersebut, pilot Uni Sovyet itu hilang kontak dengan Lanud Iswahyudi.
Sebuah sumber penting yang tak mau disebut namanya menyatakan jika pesawat tempur diperkirakan telah ditembak jatuh dan tenggelam di perairan Teluk Doreri, Manokwari.
Suatu hari di tahun 1962. Beberapa anggota Resimen Tempur ke-831 Angkatan Udara Uni Soviet tiba-tiba dipanggil ke Moskow. Awalnya tak ada informasi jelas untuk apa mereka dipanggil.
Barulah sampai di markas besar, seorang petinggi militer bernama Letnan Jenderal AF Semyonov memberitahukan jika mereka akan diturunkan ke salah satu tempat paling berbahaya saat itu.
"Dia tidak menyebut tempat atau nama negara mana pun saat itu kepada kami. Yang jelas wilayah yang akan dituju, kata dia, memiliki perbedaan adat istiadat dan cuaca yang sangat berbeda dengan negara kami," ungkap K. Dimitriev, seperti dikutip sejarawan militer Uni Soviet Alexander Okorokov.
Barulah ketika pesawat lepas landas jauh meninggalkan Moskow, di atas Rangoon, kopilot memberikan kepada mereka masing-masing sebuah amplop.
"Isinya pemberitahuan bahwa kami akan dikirim dalam suatu misi tempur ke Indonesia," ujar ahli spesialis senjata udara itu.
Singkat cerita sampailah mereka di Indonesia. Para instruktur dan teknisi pesawat tempur Uni Soviet itu kemudian ditempatkan di Pangkalan Udara Iswahyudi, Madiun.
Selain anggota Resimen Tempur ke-831, ikut pula para kru Angkatan Udara Uni Soviet dari Personel ke-2 Skuadron Resimen Pesawat Tempur Pengawal ke-32 yang berkedudukan di Pangkalan Udara Kubinka.
"Semua sukarelawan Rusia itu dipimpin oleh seorang kolonel udara bernama Loginov," ungkap Okorokov.
Advertisement
Kisah Lucu Anak Presiden Main Perang-Perangan di Istana, Bikin TNI Se-DKI Panik
Sekitar 7 Jam yang laluPresiden Sukarno Ungkap Hadiah Paling Seram dari Gadis Cantik, ini Isinya
Sekitar 8 Jam yang laluLanggar Pantangan Bicara Cabul, Prajurit TNI Tewas di Medan Perang
Sekitar 1 Hari yang laluKisah Lucu Kasal, Kasau & Kapolri Ngumpet Merokok, Takut Sama Panglima
Sekitar 1 Hari yang laluTaruna Akmil Apes, Orang Pakai Baju Lusuh Dikira Pembantu, Tahunya Jenderal TNI!
Sekitar 2 Hari yang laluDi Mata Anak Buah Saat Perang, Soeharto Seolah Kebal Peluru, Benarkah?
Sekitar 2 Hari yang laluMayor TNI Temukan Harta Karun Tentara Jepang di Bogor, Isinya Emas Permata
Sekitar 3 Hari yang laluTerungkap, Tukang Rokok di Depan Rumah Menteri Pertahanan Ternyata Intel
Sekitar 5 Hari yang laluSosok Pengkhianat Terbesar China, Satu Negara Hancur Karena Serakah & Mesum
Sekitar 5 Hari yang laluKisah Lucu Paspampres Refleks Lari Mengawal R-1, Lupa Sedang Nikahkan Anak
Sekitar 6 Hari yang laluTak Mau Hadiri HUT PKI, Jenderal Yani 'Gerilya' ke Jawa Barat, Ini Alasannya
Sekitar 6 Hari yang laluMisi Rahasia Pilot Jet Tempur Rusia Bantu TNI Mengebom Militer Belanda
Sekitar 1 Minggu yang laluPulang Tugas dari Kongo, Pasukan TNI Borong Rolex & Jam Swiss 10 Koper
Sekitar 1 Minggu yang laluBung Karno Ingin Baju yang Dipakai Jenderal Yani, ini Komentar Soeharto
Sekitar 1 Minggu yang laluLong Weekend, Polisi Terapkan Ganjil Genap di Jalur Puncak Bogor
Sekitar 2 Jam yang laluViral Ibu Hamil 3 Bulan Ngidam Naik Motor Patroli Polisi
Sekitar 5 Jam yang laluInnalillahi Wainnailaihi Rojiun, Jenderal Polri Eks Ajudan Wapres Ma'ruf Amin Berduka
Sekitar 6 Jam yang laluIbu Bhayangkari Berkarier, Pilih Resign Demi Suami Polisi, Kini Sukses Jualan Kue
Sekitar 1 Hari yang laluTerang-terangan Mahfud MD Sebut Ada Pejabat Bekingi Mafia, Singgung Rafael & Sambo
Sekitar 23 Jam yang laluSurvei Populi Center: Citra Polri Mulai Membaik Pascakasus Ferdy Sambo
Sekitar 1 Hari yang laluMenakar Peluang Kasasi Diajukan Putri Candrawathi, Mengurangi atau Perberat Hukuman?
Sekitar 1 Minggu yang laluMembaca Peluang Ferdy Sambo Lolos dari Hukuman Mati
Sekitar 1 Minggu yang laluMenakar Peluang Kasasi Diajukan Putri Candrawathi, Mengurangi atau Perberat Hukuman?
Sekitar 1 Minggu yang laluMembaca Peluang Ferdy Sambo Lolos dari Hukuman Mati
Sekitar 1 Minggu yang laluSekuat Tenaga Ferdy Sambo Ingin Lolos dari Hukuman Mati
Sekitar 1 Minggu yang laluFerdy Sambo, Putri Candrawathi dan Kuat Maruf Ajukan Kasasi ke MA
Sekitar 1 Minggu yang laluIntip Liburan Ronny Talapesy Pengacara Bharada E di Luar Negeri, Sosok Istri Disorot
Sekitar 1 Bulan yang laluPermohonan Banding Kandas, Ricky Rizal Tetap Dihukum 13 Tahun Penjara
Sekitar 1 Bulan yang laluFerdy Sambo Tak Hadir di Sidang Putusan Banding Vonis Mati
Sekitar 1 Bulan yang laluSudin KPKP Jakarta Selatan Gelar Vaksin Rabies Gratis untuk Cegah Penyakit Menular
Sekitar 22 Jam yang laluIndonesia Kirim 1,5 Juta Dosis Vaksin Pentavalent untuk Nigeria, Nilainya Rp30 Miliar
Sekitar 2 Hari yang laluKagum dengan Dukungan Suporter, Pelatih PSIS Ucapkan Janji Manis untuk Liga 1 Musim Depan
Sekitar 2 Jam yang laluBek Anyar Persik Asal Filipina Apresiasi Regulasi Slot Pemain Asia Tenggara di Liga 1
Sekitar 2 Jam yang laluAdvertisement
Advertisement
Dicky Budiman
Peneliti dan Praktisi Global Health Security Griffith University AustraliaMemaknai Pencabutan Status Darurat Kesehatan Masyarakat Covid-19
AM Hendropriyono
Guru Besar Sekolah Tinggi Intelijen Negara
Ingatlah untuk menjaga komentar tetap hormat dan mengikuti pedoman komunitas kami