Memanggil Pulang Alex Kawilarang dan Berakhirnya Pembangkangan PERMESTA
Merdeka.com - Tak memiliki harapan dengan kondisi internal di tubuh gerakan Perjuangan Semesta, A.E. Kawilarang memilih untuk menghentikan perlawanan terhadap Jakarta.
Penulis: Hendi Jo
Begitu didapuk sebagai Panglima Besar Angkatan Perang Revolusiener (APREV), Alex Evert Kawilarang langsung membenahi pasukan-pasukan yang ada. Selain soal mental dan disiplin, Alex juga harus memperbaiki sisi-sisi lemah terkait ketrampilan para gerilyawan PERMESTA dalam hal penguasaan senjata, terutama senjata-senjata terbaru buatan Amerika Serikat (AS).
Namun sejak jatuhnya Kotamobagu ke tangan Batalyon 330/Kudjang I Siliwangi pada akhir Agustus 1959, perlawanan para gerilyawan Permesta sendiri lambat laun mengalami kemunduran. Puncaknya terjadi ketika dua tokoh militer terkemuka Permesta (Jan Timbuleng dan J.F. Warouw) terbunuh dalam pertikaian internal tersebut.
"Pertumpahan darah di kalangan para pemberontak menjadikan banyak pemimpin pemberontak jenuh dan mempercepat rencana untuk mengadakan perundingan dengan pemerintah pusat," ungkap Audrey R. Kahin dan George McT. Kahin dalam Subversi Sebagai Politik Luar Negeri.
Selain friksi di internal, (terutama yang pro PRRI dengan yang tidak setuju dengan konsep PRRI), faktor lepasnya dukungan AS secara perlahan pun menjadi pelemah pemberontakan. Para tokoh Permesta seperti Ventje Sumual malah sangat berang dengan 'lepas tangannya' AS tersebut.
"Omong kosong! Mereka tidak membantu Permesta, tetapi memanfaatkan Permesta untuk diri sendiri," ujarnya dalam suatu wawancara dengan majalah Tempo pada Desember 1999.
Menurut Ventje, sikap AS berbalik 180 derajat ketika mereka mengetahui bahwa para petinggi TNI seperti A.H. Nasution dan Achmad Yani merupakan para jenderal yang anti-komunis juga. Karena itulah harapan politik mereka memblok pengaruh komunisme dialihkan sepenuhnya kepada para jenderal tersebut dan otomatis PRRI/Permesta dibengkalaikan begitu saja.
Spanduk Memanggil Pulang Kawilarang
Sebagai Menteri Pertahanan dan KASAD, pada 3 Maret 1961, Nasution menyerukan kepada kaum pemberontak untuk kembali ke pangkuan ibu pertiwi. Untuk Kawilarang sendiri, seruan untuk kembali juga dilakukan oleh para prajurit-prajurit dari Siliwangi yang sedang ikut menghadapi para gerilyawan Permesta di wilayah-wilayah Sulawesi Utara.
"Anak-anak Siliwangi ada yang memasang tulisan-tulisan di papan, yang isinya memanggil: ‘Pak Kawilarang supaya kembali!’," kenang Nasution dalam biografinya: Memenuhi Panggilan Tugas Jilid IV: Masa Pancaroba Kedua.
Pada 11 April 1961, terjadilah gencatan senjata. Tiga hari kemudian, Wakil Menteri Pertahanan RI Mayor Jenderal Hidajat Martaatmadja (yang tak lain sahabat dekat Alex sejak menjadi taruna di KMA) dan Alex Evert Kawilarang secara bersama-sama bertindak sebagai inspektur suatu barisan Permesta dan pasukan TNI di dekat Tomohon. Hadir pula dalam kesempatan itu beberapa atase militer asing, termasuk Kolonel George Benson, atase militer Kedubes AS di Jakarta.
Nasution sendiri baru bisa bertemu dengan Alex pada 12 Mei 1961. Alex yang saat itu terlihat sangat payah (karena terkena malaria saat bergerilya di hutan-hutan Minahasa) menyatakan kesanggupannya untuk mengembalikan semua orang (eks Permesta) ke pangkuan RI.
"Pertentangan antara kita sekarang tak dapat dipertahankan lagi…" demikian pidato Alex seperti dikutip A.H. Nasution dalam Memenuhi Panggilan Tugas Jilid V: Kenangan Masa Orde Lama.
Amnesti untuk Pengikut Kawilarang
Pada 22 Juni 1961, terbit sebuah dekrit dari Presiden Sukarno yang berisi pemberian amnesti kepada para pengikut Kawilarang, Somba dan Saerang. Mereka dianggap telah menerima baik seruan kembali ke pangkuan ibu pertiwi.
"Satu upacara di Manado pada tanggal 29 Juli 1961 menandaskan amnesti tersebut dan penghapusan tuduhan-tuduhan resmi terhadap bekas pemberontak tersebut," tulis Barbara Sillars Harvey dalam PERMESTA, Pemberontakan Setengah Hati.
Namun Alex tahu diri. Sebagai orang yang dianggap pucuk pimpinan militer Permesta, dia tidak mau menyusahkan kawan-kawannya yang mungkin merasa risih berhubungan dengan bekas pemberontak seperti dirinya. Jadi minat untuk kembali berprofesi sebagai tentara sirna sudah.
"Saya sendiri menganggap bahwa kehidupan saya sebagai tentara sudah berhenti sejak Maret 1958," ujar Alex dalam biografinya, Untuk Sang Merah Putih.
(mdk/noe)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Status Jakarta Masih Ibu Kota sampai Presiden Terbitkan Keppres Perpindahan ke IKN
Menurutnya, IKN secara hukum akan efektif menjadi ibu kota negara menggantikan Jakarta pada saat Keppres diterbitkan.
Baca SelengkapnyaJakarta Diguyur Hujan Saat Hari Pencoblosan, Airlangga: Pertanda Enak Buat Tidur
Airlangga menyalurkan hak pilihnya di TPS 05 yang berlokasi di SMKN 6, Melawai, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan,
Baca Selengkapnya30 Persen Pemudik Belum Kembali ke Jakarta
Kondisi arus balik landai lantaran belum semua pemudik kembali ke Jakarta.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Usai Pemilu, Polisi Pastikan Kondisi Jakarta dan Sekitarnya Aman Terkendali
Pencoblosan Pemilu 2024 dilakukan pada Rabu, 14 Februari kemarin.
Baca SelengkapnyaWali Kota Balikpapan Anggap Membangun IKN Lebih Realistis daripada Buat 40 Kota Setara Jakarta
Dia juga menyoroti keberanian Gibran sebagai sosok pemuda yang ingin menghadirkan perubahan di Indonesia.
Baca SelengkapnyaPengamat: Statemen Presiden Boleh Memihak dan Berkampanye, Menyesatkan
Sebagai kepala pemerintahan sekaligus sebagai kepala negara, presiden merupakan penyelenggara pemilihan.
Baca SelengkapnyaKaesang Ingatkan Peran Penting Relawan di Pemilu 2024
Kaesang mengundang para relawan yang belum memiliki partai untuk bergabung dengan PSI.
Baca SelengkapnyaDPR dan Pemerintah Sepakat Rumusan Baru Dewan Kawasan Aglomerasi Ditunjuk Presiden Melalui Keppres
"Jadi ditunjuk lewat keputusan presiden. Jadi artinya dia mau kasih ke wapresnya, mau kasih ke siapa, problem ketatanegaraan kita menjadi selesai."
Baca SelengkapnyaArus Balik Lebaran Malam Ini, Pemudik ke Jakarta Menyemut di Pantura hingga Arteri Karawang
Rata-rata titik kemacetan terjadi di titik menjelang dan setelah SPBU.
Baca Selengkapnya