Kalahkan Jenderal TNI, Anak Buah Joget-Joget

Jumat, 3 Februari 2023 06:06 Reporter : Merdeka
Kalahkan Jenderal TNI, Anak Buah Joget-Joget Jenderal Edi Sudradjat. ©Wikipedia/Markas Besar ABRI - Difoto dari : Buku Karya Juang Seskoad

Merdeka.com - Kendati seorang pejabat tinggi militer, Jenderal Edi Sudradjat dikenal sebagai perwira yang menjunjung nilai-nilai sportivitas.

Penulis: Hendi Jo

Suatu hari, Panglima ABRI Jenderal Edi Sudrajat melakukan kunjungan kerja ke Timor Timur. Di sela-sela kunjungan itu, Edi mengajak Komandan Resort Militer (Danrem) di Dili, Kolonel Yunus Yosfiah, untuk bermain tenis. Yunus dikenal jagoan dalam bermain tenis.

Saat mendapat ajakan tersebut, alih-alih merasa gembira, Yunus malah merasa ketar-ketir. Lantas dia meminta saran kepada komandannya, Brigjen H.B.L Mantiri yang saat itu menjabat sebagai panglima komando operasi keamanan dan ketertiban di Timor Timur.

"Pak Mantiri, bagaimana ini? Apakah tidak masalah jika nanti saya dapat mengalahkan Panglima? Atau saya harus mengalah saja kepada beliau?" ujar Yunus.

"Ah kau tak perlu khawatir. Main saja segarang mungkin. All out. Aku tahu Pak Edi kok," jawab Mantiri.

Benar saja. Besoknya, Yunus main bak kesetanan. Dia memainkan bola-bola maut yang membuat Edi keteteran. Tak ada kecanggungan lagi. Pukulannya kuat dan selalu terarah.

Hasilnya bisa ditebak: Edi mengalami kekalahan. Usai bermain, dia pun menyalami Yunus dan memuji permainannya. Dengan itu, sang jenderal seolah ingin memperlihatkan semangat sportivitas. Dia menerima kekalahannya dengan besar hati.

2 dari 2 halaman

Main Gaple

Hal yang sama juga terjadi pada junior Edi yakni Kuntara, Sutiyoso dan Agum Gumelar. Syahdan, pada suatu siang di kala senggang, di penghujung 1980-an. Saat itu, Sutiyoso dan Agum Gumelar masih sama-sama berpangkat kolonel.

Sutiyoso menjabat sebagai Asisten Operasi Komandan Jenderal Kopassus, di bawah Brigadir Jenderal Kuntara. Sementara, Agum Gumelar sebagai asisten intelijennya.

Tiba-tiba, Kasad Edi Sudradjat meminta ketiganya datang ke rumahnya. Sambil bertanya-tanya dalam hati, mereka lantas datanglah ke rumah sang jenderal.

Bukan perintah resmi yang didapat. Setibanya di sana, Edi ternyata mengajak mereka bermain gaple, permainan yang digandrunginya sejak menjadi taruna di Akademi Militer Nasional (AMN).

Edi lantas berpasangan dengan Kuntara, karena sama-sama perwira tinggi. Sedangkan Sutiyoso berpasangan dengan Agum, yang sama-sama perwira menengah. Permainan pun dimulai dalam suasana cair.

Meski pangkatnya lebih rendah, ternyata pasangan Sutiyoso-Agum mujur. Pada suatu kesempatan, Agum bisa menggaple kartu, sehingga skor langsung 2-0. Entah girang atau karena apa, seketika itu juga Agum berteriak senang sambil menari-nari jejingkrakan.

Melihat ulah Agum itu, Sutiyoso sempat kebat-kebit juga. Maklum, lawan yang barusan mereka kalahkan adalah jenderal bintang empat, pucuk pimpinan TNI-AD pula, dan pasangannya adalah perwira bintang satu yang notabene atasan Sutiyoso dan Agum di Kopassus.

Namun, Sutiyoso akhirnya lega. Karena, ternyata Edi Sudradjat malah tertawa senang melihat ulah Agum. Dia pun tak segan memuji cara permainan dua juniornya tersebut.

"Di situlah saya melihat sosok Pak Edi yang sangat fair dan gentlemen. Kalau main kalah, ya kalah," kata Sutiyoso.

Tapi, tak urung, sepulang dari sana, Sutiyoso sempat menegur Agum.

"Gum, kamu enggak sadar ya, tadi kamu nari-nari di depan Kasad," kata Sutiyoso.

"Waduh, iya Yos, aku lupa," kata Agum sambil mesam-mesem.

[noe]
Komentar Pembaca

Ingatlah untuk menjaga komentar tetap hormat dan mengikuti pedoman komunitas kami

Be Smart, Read More

Indeks Berita Hari Ini

Opini